SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

PARTISIPASI REMAJA SMA DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN SUKOHARJO

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. virus dari golongan Arbovirosis group A dan B. Di Indonesia penyakit akibat

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial ekonomi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

Seminar Nasional Mewujudkan Kemandirian Kesehatan Masyarakat Berbasis Preventif dan Promotif ISBN:

EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB I. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: HAFSHAH RIZA FAWZIA J

I. Pendahuluan Pada awal tahun 2004 kita dikejutkan kembali dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), dengan jumlah kasus yang cukup

ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu kejadian luar biasa dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERAN SERTA KADER KESEHATAN DAN PEMERINTAH DESA DENGAN UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J 410 040 028 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah. Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat/wilayah yang terdapat nyamuk penular penyakit tersebut (Depkes RI, 2005). Data kasus penderita DBD tiga tahun terakhir di Indonesia menunjukkan pada tahun 2005 jumlah penderita 95.279, dengan Case Fatality Rate (CFR) 1,36%, dan Insidence Rate (IR) 43,42/100.000. Tahun 2006 jumlah penderita 114.656 dengan CFR 1,04% dan IR 52,48/100.000. Tahun 2007 jumlah penderita menjadi 158.115 dengan CFR 1,01% dan IR 71,78/100.000 (Depkes RI, 2008). Visi Indonesia sehat 2010 yang di dalamnya telah ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, dan salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat (Depkes RI, 2003). Tahap awal pemberdayaan masyarakat, melalui pendekatan kepada para tokoh masyarakat. Tahap ini digunakan karena masyarakat Indonesia masih paternalistic artinya menganut kepada seseorang atau sosok tertentu, yaitu tokoh masyarakat, kader dan pemerintah setempat sebagai pimpinan wilayah (Notoatmojo, 2007). Adanya hubungan antara kepemimpinan dengan sikap kader, bahwa kepemimpinan

pemerintah desa yang tidak berjalan dengan semestinya, sangat berpengaruh baik terhadap sikap kader maupun peran sertanya di masyarakat (Widagdo, 2006). Menurut Satari dan Meliasari (2004), DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia termasuk Jawa Tengah. Selama ini DBD tidak ada obatnya dan belum ada vaksinnya (Achmadi, 2005). Pemerintah mengambil langkah cepat melaksanakan upaya pencegahan penyebaran kasus DBD dengan mengutamakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak dan periodik melalui pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader kesehatan untuk dibentuk tim khusus pembarantasan DBD (Depkes RI, 2004). Upaya membasmi DBD tidak cukup dilakukan pemerintah pusat saja, melainkan butuh partisipasi tokoh masyarakat/kader kesehatan yang telah dipilih oleh masyarakat atau pemerintah setempat (Depkes RI, 2005). Oleh karena itu untuk mencegah meluasnya DBD perlu dilakukan pembinaan masyarakat melalui kader yang telah dilatih oleh puskesmas atau dinas kesehatan di bawah koordinasi kepala daerah/wilayah setempat (Depkes RI, 1992). Menurut Notoatmojo (2007), di masyarakat ada organisasi formal dan nonformal, misalnya perangkat desa, kader kesehatan, dan sebagainya, yang mempunyai potensi yang harus dimanfaatkan dan menjadi mitra kerja dalam upaya memberdayakan masyarakat termasuk dalam memberantas DBD. Menurut WHO (1995) kader kesehatan masyarakat seyogyanya membantu pemerintah sesuai bidang tugasnya. Tugas kader kesehatan dalam pemberantasan DBD

seperti PSN, abatisasi, fogging, Pemantauan Jentik Berkala (PJB), pencatatan, pelaporan dan penyuluhan (Depkes RI, 2005). Sesuai pemberlakuan sistem desentralisasi dan otonomi daerah (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Pasal 2 ayat 10), pelaporan dan penanganan wabah penyakit menular DBD di tingkat daerah menjadi tugas dan wewenang pemerintah daerah (Koban, 2005). Penanggulangan DBD oleh pemerintah desa sampai tingkat bawah yaitu RT/RW melalui tim khusus pemberantasan DBD yang telah dibentuk seperti tim juru pemantau jentik. Peran serta pemerintah desa, kader kesehatan dan tokoh-tokoh pimpinan lain di desa sangat diperlukan untuk turut serta dalam alur penanggulangan kasus DBD yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah (Dinkes, 2006). Kejadian DBD di Jawa Tengah tergolong KLB selama dua tahun terakhir berturut-turut, tercatat tahun 2005 jumlah penderita DBD baru 10.924 kasus dengan IR 19,51/100.000 dan CFR 2,29%. Pada tahun 2006 terjadi 20.565 kasus dengan IR 33,72/100.000 dan CFR 2,01%, dan tahun 2007 ada 19.285 kasus DBD dengan IR 61,96/100.000 dan CFR 1,60%. Dapat disimpulkan bahwa angka kesakitan DBD selama 3 tahun terakhir melebihi standar yang telah ditetapkan oleh Depkes RI, yaitu IR 2/100.000 maupun CFR <1% (Depkes RI, 2008). Menurut data profil Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Boyolali pada tahun 2006, Kabupaten Boyolali memiliki 172 kasus DBD dengan jumlah kematian 6 orang atau IR 1,82/100.000 dan CFR 3,49% (Dinkes Boyolali, 2006). Tahun 2007 menjadi 419 Kasus dengan jumlah kematian 11 orang atau IR

44,24/100.000 dan CFR 1,16%. Tahun 2008 jumlah kasus DBD di Boyolali ada 434, dengan jumlah korban meninggal 7 orang atau IR 45,82/100.000 dan CFR 0,7% (Dinkes Boyolali, 2008). Menurut laporan dari Dinas Kesehatan Boyolali ada 15 kecamatan yang endemis DBD, dan kecamatan yang masih aman dari endemis DBD hanya Selo, Musuk, Ampel dan Cepogo (Joglosemar, 2008). Distribusi kasus DBD di Kecamatan Nogosari pada tahun 2006 mencapai 17 kasus dengan tanpa adanya kematian atau IR 27,93 dan CFR 0%. Tahun 2007 mencapai 37 kasus dengan jumlah kematian 1 orang atau IR 60,88 dan CFR 1,64%. Tahun 2008 menjadi 52 kasus dengan 1 orang meninggal atau IR 85,34 dan CFR 1,64% (Dinkes Boyolali, 2009). Menurut data rutin laporan kasus DBD di Puskesmas Nogosari tahun 2008, Kecamatan Nogosari memiliki 4 desa endemis yaitu Desa Sembungan, Jeron, Ketitang, dan Guli. Desa Ketitang Kecamatan Nogosari dari tahun 2006-2008 terjadi peningkatan kasus DBD, yaitu tahun 2006 ada 1 kasus IR 15,2/100.000. Tahun 2007 ada 6 kasus atau IR 91,18/100.000 serta menurun 4 kasus atau IR 60,68/100.000 pada tahun 2008, (Puskesmas Nogosari 2009). Standar nasional IR adalah 2/100.000 dan CFR < 1%. Berdasarkan data 3 tahun tersebut IR DBD telah melebihi standar yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2003). Kader kesehatan di Desa Ketitang terdiri dari ibu-ibu yang dipilih dan dipercaya oleh masyarakat untuk bisa membantu menyelesaikan masalah kesehatan, termasuk DBD. Tugas rutin kader kesehatan di Ketitang sebagai Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk PJB setiap minggu sekali, yang masih berjalan

di beberapa RT/RW. Peran serta pemerintah Desa Ketitang dalam menanggulangi DBD yaitu memberikan motivasi, evaluasi, dan memfasilitasi kebutuhan kader kesehatan dan pelayanan masyarakat seperti menyediakan alat PJB (senter, formulir PJB, dan alat tulis), tempat untuk musyawarah, pelatihan, serta penyuluhan (Perdes Ketitang, 2009). Organisasi atau lembaga yang ada di lingkup desa yang memiliki peran serta dalam upaya penanggulangan DBD meliputi pemerintah desa, kader kesehatan, dan Lembaga Masyarakat Desa (Dinkes,2006). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul hubungan antara peran serta kader kesehatan dan pemerintah desa dengan upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009. B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara peran serta kader kesehatan dan pemerintah desa dengan upaya penanggulangan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis antara hubungan peran serta kader kesehatan dengan upaya Penanggulangan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.

2. Menganalisis anatara hubungan peran serta pemerintah desa dengan upaya penanggulangan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pemerintah desa Sebagai sumbangan informasi, motivasi, dan bahan evaluasi untuk meningkatkan peran serta masyarakat, kader kesehatan dan pemerintah desa dalam menanggulangi masalah DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 2. Bagi instansi kesehatan Sebagai sumbangan informasi, evaluasi, dan perhatian untuk pertimbangan dalam mengambil sebuah keputusan/kebijakan dan tindakan dalam menanggulangi DBD di wilayah kerja baik di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari maupun desa/wilayah lain. 3. Bagi bidang keilmuan Sebagai sumber referensi dan informasi untuk mengembangkan dan meneliti sesuatu baru yang masih terkait dengan hubungan peran kader kesehatan dan pemerintah desa dengan upaya penanggulangan DBD.

4. Bagi peneliti Sebagai tambahan pengetahuan, pengalaman, evaluasi diri dalam proses pembelajaran dan pengembangan ilmu dan seni mengenai hubungan antara peran serta kader kesehatan dan pemerintah desa dengan upaya penanggulangan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali atau masalah lain yang masih berkaitan dengan judul serta pokok bahasan dari penelitian tersebut. 5. Bagi peneliti lain Sebagai dasar acuan maupun referensi untuk penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara peran serta kader kesehatan dan pemerintah desa dengan upaya penanggulangan demam berdarah dengue di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2009.