BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengawasan agar produk pangan yang dihasilkan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DALAM PEREDARAN JAJANAN ANAK (HOME INDUSTRY) YANG TIDAK TERDAFTAR DALAM DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting, hal ini karena adanya aspek ekonomi yang melekat pada merekmerek

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

BAB I PENDAHULUAN. minuman memberikan asupan gizi yang berguna untuk kelangsungan hidup. bidang produksi pengolahan bahan makanan dan minuman bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. unsur tersebut terpenuhi, maka baru dapat disebut dengan makanan sehat. 2 Karena

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan uraian-uraian pada bagian pembahasan, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT CACAT TERSEMBUNYI PADA PRODUK MINUMAN BOTOL

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERUGIAN AKIBAT TIDAK DICANTUMKANNYA INFORMASI MENGENAI KOMPOSISI PRODUK SECARA LENGKAP

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau oleh daya beli masyarakat tercantum dalam UU no. 18, th Pangan yang aman merupakan faktor yang penting untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT BAHAYA KONSUMSI ROKOK ELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia merupakan cerminan untuk

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA LAUNDRY DI KELURAHAN KADIPIRO KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA. (Skripsi) Oleh BEKI ANTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Ali, Zainudin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Arifin, Syamsul, 1992, Falsafah Hukum, UNIBA PRESS, Medan.

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DITINJAU DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN TERHADAP PRODUK MAKANAN YANG DIPASARKAN PELAKU USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Daging ayam memiliki nilai gizi

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGALAMI KERACUNAN MAKANAN

PERLINDUNGAN HUKUM UNTUK KONSUMEN PENGGUNA PARKIR KENDARAAN BERMOTOR (Studi Pasar Tavip Kota Binjai)

BAB I PENDAHULUAN. Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai

BAB III. A. Pasal 43 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERKAIT DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN SERVICE CHARGE DI RESTORAN

(Studi Di Dinas Usaha Kecil Menengah, Perindustrian Dan Perdagangan Kota Batu dan Lembaga Perlindungan Konsumen) PENULISAN HUKUM OLEH: INA ZAKHINA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Imam Baehaqi, dkk, 1990, Menggugat Hak: Panduan. Konsumen bila dirugikan, YLKI Jakarta

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNGJAWAB PRODUK TERHADAP UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA TERHADAP PENJUALAN KOSMETIK YANG TIDAK DISERTAI DENGAN KEJELASAN LABEL PRODUK DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Makanan Kemasan. Industri Rumah Tangga Tanpa Izin di Boyolalin

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

III. METODE PENELITIAN. empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

HAK-HAK KONSUMEN DALAM PEREDARAN PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Oleh : Arrista Trimaya *

PENERAPAN STANDAR MUTU AIR MINUM ISI ULANG DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangatlah bermacam-macam, dimulai dari

TUGAS-TUGAS BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atau kaidah kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Pariwisata bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi, baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri.

Menimbang : Mengingat :

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan peningkatan kesejahteraannya. Beberapa kebutuhan manusia antara lain, kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan tersebut adalah kebutuhan pangan atau makanan. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi setiap masyarakat disamping kebutuhan sandang dan papan. Makanan mempunyai peranan yang sangat luas bagi kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup karena mendapat asupan gizi yang cukup dari makanan yang dikonsumsinya. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi setiap masyarakat disamping kebutuhan sandang dan papan. Makanan mempunyai peran yang sangat luas bagi kehidupan, karena kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kebutuhan akan makanan. Manusia dapat hidup karena mendapat asupan gizi dari makanan yang dikonsumsinya. Hal itulah yang memacu para pengusaha yang bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan bahan makanan untuk memproduksi makanan bagi masyarakat (konsumen) dalam jumlah yang besar. Pada era modem seperti ini banyak industri makanan dan minuman tumbuh berkembang. Salah satu industri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman adalah home industry. Home 1

industry makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang sangat potensial dan memiliki prospek yang baik untuk ditumbuh kembangkan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya home industry yang tersebar secara luas diseluruh pelosok tanah air meski dalam jenis dan skala usaha yang berbedabeda. Berbagai inovasi diciptakan dengan membuat berbagai bentuk atau macam kreasi hasil home industry seperti roti, donat, keripik, bolu dan sebagainya. Faktor yang mendukung tumbuh kembangnya home industry adalah hampir semua bahan baku yang digunakan tersedia didalam negri, dan dipasarkan dalam negri, dikonsumsi olehmasyarakat secara luas dan memberikan kontribusi bagi pengembangan masyarakat kecil dan menengah. Dalam upaya menumbuhkembangkan industri tersebut, maka pemerintah melalui berbagai instansi terkait melakukan berbagai upaya pembinaan, baik yang bersifat teknis produksi, manajemen pemasaran maupun melalui peraturan yang ada untuk menjamin tersediannya pangan bagi masyarakat. Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pangan, tidak terlepas dari perlindungan konsumen, agar dapat mengkonsumsi makanan dengan aman. Pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan, dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat. Tetapi dalam kenyataan dilapangan produsen home industry kurang memahami perizinan peredaran prodiksi panagn home industry. Dan kurang memahami tata cara pemohonan izin 2

peredaran produk pangan home industry. Oleh karena itu dinas kesehatan kota salatiga perlu mensosialisasikan bentuk-bentuk perizinan dan tata cara permohonan izin memproduksi berbagai jenis panagan home industry. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 1999 tentang pangan mengatur bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalahuntuk tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia. Mengingat hal tersebut diatas maka SP-IRT (Sertifikat Produksi Industri Rumah Tangga) dan izin Dinas Kesehatan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas Industri Rumah Tangga pangan, meletakkan Industri Rumah Tangga pangan dalam posisi strategis dan sehat. Bertolak dari luas dan kompleknya hubungan antara produsen dan konsumen, serta banyaknya mata rantai penghubung keduanya, maka untuk melindungi konsumen sebagai pemakai akhir dari produk barang dan/atau jasa membutuhkan berbagai aspek hukum agar benar-benar dapat dilindungi dengan adil. Dalam hal ini peranan negara sangat dibutuhkan dalam melakukan pembinaan dan pengawasan guna melindungi kepentingan konsumen pada umumnya. Pemerintah membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur kepentingan konsumen yaitu undang-undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disingkat denngan undang-undang Perlindungan Konsumen, diundangkanpada tanggai 20 april 1999 dan dinyatakan berlaku mulai tanggai 20 april 2000 satu tahun setelah Undang- Undang tersebut dikeluarkan. Dengan berlakunya undang-undang 3

perlindungan konsumen tersebut, maka ketentuan dalam perundang-undangan sebelumnya masih dapat berlaku sejauh belum diatur yang baru menurut undang-undang tersebut atau jika tidak bertentangan dengan undang-undang tersebut. Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ini dapat dijadikan payung (umbrella act) bagi perundang-undangan lain yang bertujuan untuk melindungi konsumen, baik yang sudah ada maupun yang masih akan dibuat nanti. 1 Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen diatur tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yakni. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan peundang-undangan. Larangan yang dimaksudkan untuk mengupayakan agar setiap barang dan/atau jasa yang beredar dimasyarakat merupakan produk yang layak edar, antara lain asai usul, kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan dll. 2 Adanya undang-undang yang mengatur perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha. Undang-Undang Perlindungan Konsumen justru bisa mendorong iklim usaha yang sehat serta mendorong lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang ada dengan menyediakan barang/jasa yang berkualitas. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Perlindungan 1 Janus Sidabolok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2010. 2 Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hlm. 65 4

Konsumen disebutkan bahwa dalam pelaksanaannya akan tetap memerhatikan hak dan kepentinganpelaku usaha kecil dan menengah. 3 Selain alasan pemilihan judul yang didasarkan pada hal tersebut diatas, penulis juga akan memberikan perbandingan dengan skripsi yang pernah ditulis. Salah satunya skripsi milik Kikis Barunawanto yang berjudul Peran Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang Dalam Pembinaan dan Pengawasan Terhadap Usaha Kecil Produk Makanan Berkemasan. Skripsi milik Kikis Barunawanto mengangkat mengenai : Bagaimana upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dalam mewujudkan perlindungan konsumen sebagai pembina dan pengawas usaha kecil produk makanan berkemasan? Faktor-faktor apa saja yang menghambat upaya Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dalam melakukan pembinaan dan pengawasan, khususnya usaha kecil makanan berkemasan? Dari paparan diatas mendorong penulis untuk mengangkat peran dinas kesehatan kota salatiga terhadap pembinaan produsen pangan home indusrty dalam rangka melindungi konsumen. Judul yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam Melakukan Perlindungan Konsumen Produk Industri Rumah Tangga (P.I.R.T) 3 Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Visimedia, Jakarta, 2008, hlm.4. 5

Untuk memperjelas pemahaman tentang judul dibawah ini penulis berikan definisi operasional judul sebagai berikut: 1. Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Adalah segala kegiatan yang diselenggarakan dalam pembinaan produsen pangan home industry. 2. Perlindungan Konsumen Segala upaya yang menjamin adanya kepaetian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. 4 3. Konsumen Adalah setiap orang yang memanfaatkan barang yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.? 5 4. Home Industry Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan home industry dapat diartikan industri rumahan dimana suatu kegiatan memproduksi berupa barang dan jasa yang dilakukan dirumah dalam skala kecil. 6 B. Latar Belakang Masalah 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 ayat (1) 5 Ibid, Pasal 1 ayat (2) 6 http://satriamadangkara.blogspot.com/2009/03/home-industri-kasanah-ekonomi-mikro.html, diunduh pada tanggal 15 April 2013. 6

Adanya peluang yang terbuka untuk tumbuh kembangnya home industry termasuk dalam hal ini home industry yang memproduksi berbagai bentuk produk pangan. Tumbuh kembangnya potensi bisnis ini dapat memberikan keuntungan dan membuka lapangan kerja. Tetapi keadaan tersebut juga menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen pengguna hasil produksi pangan home industry tersebut, yang sama-sama harus dipikul sesuai hak dan kewajiban masing- masing. Untuk itu pelaku usaha wajib menghasilkan produk pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia. 7 Sebab kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar 1945 dan pancasila. Oleh karena itu setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. 8 Dikota Salatiga banyak terdapat home industry pangan yang menghasilkan beragam makanan dan minuman. Hal ini memeberikan gabaran terhadap dinamika perekonomian masyarakat yang berkembang. Home industry pangan di Kota Salatiga terdiri dari: Jenis makanan 305 home industy: 70,7% Jenis minuman 26 home industry: 29.3% Jumlah : 431 home industry: 100% Daftar nama, alamat dan jenis produk home industry di Salatiga terlampir. 7 Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. 8 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 7

Namun kenyataannya yang terjadi dipasaran masih banyak terdapat pelanggaran terhadap ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebesarbesarnya, seringkali pelaku usaha mengesampingkan hak-hak konsumen serta larangan yang telah diatur dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen. Akhir- akhir ini masyarakat sering dikejutkan dengan adanya pemberitaan diberbagai media masa bahwa banyak produk pangan home industry, terutama makanan yang sering dikonsumsi sehari-hari mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan, seperti adanya kandungan formalin, bahan pengawet makanan dan zat pewarna pakaian, hal ini tentu saja tidak sejalan dengan penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan. 9 Dalam kondisi demikian, konsumen pada umumnya belum mempunyai kesadaran tentang keamanan makanan yang mereka konsumsi, sehingga belum banyak konsumen yang menuntut produsen makanan tersebut. Hal ini pula yang menyebabakan produsen makanan semakin mengabaikan keselamatan konsumen demi memperoleh keuntunganyang sebanyak-banyaknya. 10 Sebagai konsumen tentunya masyarakat akan sangat dirugikan dengan kondisi produk yang tidak sesuai dengan standar kesehatan, apalagi membawa dampak yang buruk dalam kehidupan masyarakat. Realitas diatas menujukkan bahwa masalah perlindungan konsumen adalah masalah yang sangat serius. Permasalahan yang terjadi tersebut menutut 9 Keppres No. 3 Tahun 2002, Tentang Kewenangan BPPOM, Pasal 68 10 Celina Tri Siwi Kristiyani, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm.170 8

peran yang semakin besar dari Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam hal memberi perlindungan konsumen terhadap pemanfaatan hasil produksi pangan home indusrty. Dari permasalahan diatas penulis akan mengkaji tentang peran Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam memberikan perlindungan kepada konsumen pengguana hasil produk pangan home industry. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang maka penulis ingin mengupas beberapa masalah yang dijadikan obyek dalam penulisan proposal ini yaitu : 1. Bagaimana pengaturan tentang peredaran pangan produk industri rumah tangga di salatiga? 2. Bagaimana peran Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam memberikan perlindungan konsumen tentang keamanan pangan? D. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran Dinas Kesehatan kota Salatiga dalam memberikan perlindungan konsumen terhadap hasil produk pangan home industry di Salatiga terutama dalam hal keamanan pangan. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Yang Digunakan 9

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yaitu penelitian yang mengamati bagaimana peraturan dan perundangan yang berlaku digunakan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga agar terwujud perlindungan bagi konsumen pengguna produk pangan Home Industry dalam hal keamanan pangan. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Diskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisa data secara teliti dengan tujuan agar dapat menguraikannya secara sistematis serta menjelaskan keadaan yang sesungguhnya. 11 Karena jenis penelitian ini adalah Diskriptif, maka analisa yang akan digunakan adalah Diskripsi analisis dan kualitas analisis dengan metode berfikir induksi dan deduksi dimana satu dengan yang lain akan saling mengisi untuk mendapatkan suatu kesimpulan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Ada dua macam data yang akan penulis gunakan, yaitu data sekunder dan primer. Data sekunder berupa data-data tertulis yang penulis peroleh dalam proses penelitian. Sedangkan data primer merupakan datadata yang penulis peroleh secara langsung melalui wawancara dan observasi ke objek penelitian penulis. Data sekunder dibedakan menjadi: a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti Undang-Undang No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 11 Ronny Hanitjo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 117 10

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu data yang memberikan penjelasan mengenai hukum primer. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum dan ensyklopedia. 12 F. Unit Amatan dan Analisis dalam penelitian ini yaitu : 1. Unit amatan dalam penelitian ini adalah : Dinas Kesehatan kota Salatiga Jl. Hasanudin salatiga 2. Unit analisis dalam penelitian ini adalah : Perlindungan konsumen pengguna hasil produk pangan home industry sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No.8 tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. 12 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, 1997, hlm. 17. 11