II. TINJAUAN PUSTAKA. tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T ). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi kg/m 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

PENGARUH AGREGAT KASAR BERGRADASI CELAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Laksmi Irianti 1) Surya Sebayang 1) Rivan Adila Wibowo 2)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

Viscocrete Kadar 0 %

BAB III LANDASAN TEORI

Berat Tertahan (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERSENTASE BAHAN RETARDER TERHADAP BIAYA DAN WAKTU PENGERASAN CAMPURAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

STUDI KUAT TEKAN BETON BERAGREGAT RAMAH LINGKUNGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN I 1

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MIX DESIGN Agregat Halus

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

KAJIAN KUAT TARIK BETON SERAT BAMBU. oleh : Rusyanto, Titik Penta Artiningsih, Ike Pontiawaty. Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BETON STRUKTURAL MENGGUNAKAN AGREGAT PASIR - BATU ALAM

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

PENGARUH PENAMBAHAN BATU KAPUR PADAT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB II KERANGKA TEORITIS. Pada konstruksi bangunan kita akan menemukan keberadaan struktur

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

BAB III LANDASAN TEORI

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat kasar, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa campuran tambahan yang membentuk massa padat (SK SNI T-15-1991-03). Beton Normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200-2500 kg/m 2 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan (SK SNI T-15-1991-03).. Secara umum dalam volume beton tergakandung: Agregat ± 68% Semen ± 11% Air ± 17% Udara ± 4% B. Sifat- Sifat Beton Untuk keperluan perancangan struktur beton, maka pengetahuan tentang sifat- sifat beton perlu diketahui. Sifat- sifat tersebut antara lain (Mulyono,2004):

6 1. Durability (Keawetan) Merupakan kemampuan beton bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam waktu yang direncanakan. 2. Kuat Tekan Kuat tekan beton ditentukan berdasarkan pembebanan uniaksial benda uji silinderbeton berdiameter 150 mm, tinggi 300 mm dengan satuan Mpa (N/mm 2 ) untuk standar ACI maupun SNI 91. Sedangkan British Standar benda uji yang digunakan adalah kubus dengan sisi ukuran 150 mm. 3. Kuat Tarik Kuat tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan kuat tekannya, yaitu sekitar 10%-15% dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok. 4. Modulus Elastisitas Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton biasanya pada 25%-50% dari kuat tekan beton. 5. Rangkak dan Susut Rangkak ( Creep) merupakan sala satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus menerus menurut waktu dibawah beban yang dipikul. Susut (Shrinkage) merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan.

7 6. Kecelakaan (Workabiliity) Workabiliity adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau besarya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh. Salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mengukur kecelakaan beton adalah dengan slump test. C. Bahan Pembentuk Beton 1. Semen Semen hidraulik adalah semen yang mengeras apabila dicampur dengan air dan setelah mengeras tidak mengalami kimia jika dikena air. Semen Portland adalah semen yang diperoleh dengan mencampur bahan-bahan yang mengandung kapur dan lempung, membakarnya pada temperatur yang mengakibatkan terbentuknya klinker dan kemudian menghaluskan klinker dengan gips sebagai bahan tambahan. Semen portland terbagi menjadi 5 type yaitu (Popovics, S. 1982): a. Type I atau Portland Composite Cement (PCC) Merupakan semen yang dipergunakan secara luas untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus, antara lain : bangunan, perumahan, gedung-gedung bertingkat, jembatan dan jalan raya.

8 b. Type II Semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah seragan sulfat maka pada semen jenis ini, senyawa C 3 A harus dikurangi. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunanbangunan sebagai berikut: 1. Pelabuhan, bangunan-bangunan lepas pantai. 2. Pondasi atau basement dimana tanah/air tanah terkontaminasi oleh sulfat. 3. Bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa. 4. Saluran-saluran air buangan/limbah. c. Type III Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi. Pada semen jenis ini kuat tekan pada umur 3 hari mendekati dengan umur 7 hari pada semen type I. Untuk mmempercepat proses hidrasi maka semen jenis ini dibuat lebih halus dengan specific surface tidak kurang dari 2800 cm 2 /gr. Proporsi senyawa C 3 S dibuat lebih besar dan proporsi senyawa C 3 A lebih kecil. Semen jenis ini biasanya digunakan padda bangunan-bangunan sebagai berikut: 1. Pembuatan beton pracetak 2. Bangunan yang membutuhkan pembongkaran bekisting yang lebih cepat. 3. Perbaikan pavement (beton).

9 d. Type IV Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah. Retak yang terjadi setelah pengecoran beton massa membuat para ahli memikirkan jenis semen yang sesuai untuk pengecoran beton massa. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C 3 S dan C 3 A dikurangi. Semen jenis ini mempunyai kuat tekan yang lebih rendah dari semen type I. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut: 1. Konsturksi Dam 2. Basement 3. Pembetonan pada daerah bercuaca panas. e. Type V Semen portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan yang sangat tahan terhadap sulfat. Penggunaan semen jenis ini sama dengan pada semen type II dengan kontaminasi sulfat yang lebih pekat.

10 Tabel 1. Kuat Tekan Minimum Semen Portland Umur Kuat Tekan Minimum (kg/cm 2 ) Jenis I Jenis II Jenis III Jenis IV Jenis V 1 hari - - 125 - - 3 hari 125 100 250-85 7 hari 200 175-70 150 28 hari - - - 175 210 (Sumber: Buku Ajar Bahan Bangunan I Teknik Sipil Universitaas Lampung) 2. Agregat Agregat adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilam ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasl disintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian (Popovics, S. 1982).

11 D. Gradasi Agregat Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran agregat. Dapat juga disebut pengelompokan agregat dengan ukuran yang berbeda sebagai persentase dari total agregat atau persentase kumulatif butiran yang lebih kecil atau lebih besar dari masing-masing seri bukaan saringan. Gradasi agregat juga berguna untuk menentukan proporsi agregat halus terhadap total agregat. Gradasi agregat dapat digolongkan menjadi 3 macam (Popovics,S. 1982): 1. Gradasi kontinu, dimana ukuran butiran pada agregat kasar dan halus bervariasi mulai dari ukuran yang terbesar sampai ukuran yang terkecil. Seperti pada Gambar 1. a. Gradasi ini merupakan gradasi standar yang secara umum dipakai untuk campuran beton. 2. Gradasi seragam, dimana ukuran butiran hampir sama baik pada agregat halus maupun di agregat kasar, seperti pada Gambar 1.b. Gradasi agregat jenis ini pada umumnya didapati pada agregat untuk beton ringan. 3. Gradasi celah, merupakan suatu gradasi dimana salah satu atau lebih agregat dalam ukuran tertentu tidak ada, seperti terlihat pada Gambar 1.c. Gradasi agregat jenis ini biasanya terdapat pada pasir yang terlalu halus atau terlalu kasar. Jika salah satu atau lebih dari ukuran butir atau fraksi pada satu set ayakan tidak ada, maka gradasi ini akan menunjukan satu garis horizontal dalam grafiknya.

12 Keistimewaan dari gradasi ini antara lain (Setiyo, Fendi. 2006) : 1. Pada nilai Faktor Air Semen tertentu, kemudahan pengerjaan akan lebih tinggi bila kandungan pasir lebih sedikit. 2. Pada kondisi kelecakan yang tinggi, lebih cenderung mengalami segregasi, oleh karena itu gradasi celah disarankan dipakai pada tingkat kemudahan pekerjaan yang rendah, yang pemadatannya dengan penggetaran (vibration). 3. Gradasi ini tidak berpengaruh buruk terhadap kekuatan beton. a. b. c. Gambar 1. Macam- macam Gradasi Agregat Terdapat beberapa gradasi standar untuk agregat antara lain terdapat pada American Society for Testing and Material (ASTM), British Standard (BS), Standar Nasional Indonesia (SNI). Pada dasarnya susunan dan ukuran saringan yang digunakan hampir sama. Gradasi standar agregat halus dan agregat kasar menurut ASTM-C33 masing-masing terlihat pada Tabel 2 dan Tabel 4. Sedangkan gradasi standar agregat halus dan agregat kasar menurut BS 882 masing-masing terliat pada Tabel 3 dan Tabel 5.

13 Tabel 2. Gradasi Standar Agregat Halus (ASTM-C33) Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos 9,5 100 4,75 95-100 2,36 80-100 1,18 50-85 0,6 25-60 0,3 10-30 0,15 2-10 pan Tabel 3. Gradasi Standar Agregat Halus (BS 882) Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos 9,5 100 4,75 89-100 2,36 60-100 1,18 30-100 0,6 15-100 0,3 5-70 0,15 0-15 pan

14 Tabel 4. Gradasi Standar Agregat Kasar (ASTM-C33) Ukuran Saringan Persentase Lolos (mm) 37,5-4,75 19,0-4,75 12,5-4,75 50 100 - - 38,1 95-100 - - 25-100 - 19 35-70 90-100 100 12,5 - - 90-100 9,5 10-30 20-55 40-70 4,75 0-5 0-10 0-15 2,36-0-5 0-5 pan Tabel 5. Gradasi Standar Agregat Kasar (BS 882) Ukuran Saringan Persentase Lolos (mm) 40-5 mm 20-5 mm 14-5 mm 50 100 - - 37,5 90-100 100-20 35-70 90-100 100 14 - - 90-100 10 10-40 30-60 50-85 5 0-5 0-10 0-10 2,36 - - - pan

15 1. Daerah Gradasi Agregat Halus SNI 03-2834-2000 memberikan syarat-syarat gradasi untuk agregat halus yang diadopsi dari British standard (BS 812).Gradasi agregat halus dikelompokkan menjadi 4 daerah gradasi yaitu daerah 1, daerah 2, daerah 3 dan daerah 4. Gambar 2. Kurva Batas Gradasi Agregat Halus (Kasar) Daerah 1 (Sumber: Grafik 3, SNI 03-2834-2000)

16 Gambar 3. Kurva Batas Gradasi Agregat Halus (Sedang) Daerah 2 (Sumber: Grafik 4, SNI 03-2834-2000) Gambar 4. Kurva Batas Gradasi Agregat Halus (Agak Halus) Daerah 3 (Sumber: Grafik 5, SNI 03-2834-2000)

17 Gambar 5. Kurva Batas Gradasi Agregat Halus (Halus) Daerah 4 (Sumber: Grafik 6, SNI 03-2834-2000) 2. Daerah Gradasi Agregat Kasar British Standard (BS 812) memberikan syarat-syarat daerah gradasi untuk agregat kasar yang dikelompokkan menjadi 3 daerah gradasi yaitu gradasi agregat kasar untuk ukuran agregat maksimum 10 mm, 20 mm, dan 40 mm. Syarat gradasi agregat kasar ini digunakan sebagai panduan dalam pengujian kelayakan gradasi agregat kasar.

18 Gambar 6. Kurva Batas Gradisi Agregat Kasar Ukuran Maksimum 10mm (Sumber: Grafik 7, SNI 03-2834-2000) Gambar 7. Kurva Batas Gradisi Agregat Kasar Ukuran Maksimum 20 mm (Sumber: Grafik 8, SNI 03-2834-2000)

19 Gambar 8. Kurva Batas Gradisi Agregat Kasar Ukuran Maksimum 40 mm (Sumber: Grafik 9, SNI 03-2834-2000) 3. Daerah Gradasi Agregat Campuran Daerah gradasi agregat campuran adalah daerah gradasi gabungan agregat halus dan agregat kasar sesuai dengan ukuran agregat maksimumnya. Standar SNI 03-2834-2000 memberikan syarat-syarat daerah gradasi untuk agregat campuran yang diadopsi dari British Standard (BS 812). Daerah gradasi agregat campuran dikelompokkan menjadi 3 daerah gradasi yaitu gradasi agregat campuran untuk agregat maksimum 10 mm, 20 mm dan 40 mm.

20 Gambar 9. Kurva Batas Gradasi Agregat Gabungan Untuk Besar Butir Maksimum 10mm (Sumber: Grafik 10, SNI 03-2834-2000) Gambar 10. Kurva Batas Gradasi Agregat Gabungan Untuk Besar Butir Maksimum 20mm (Sumber: Grafik 11, SNI 03-2834-2000)

21 Gambar 11. Kurva Batas Gradasi Agregat Gabungan Untuk Besar Butir Maksimum 40mm (Sumber: Grafik 12, SNI 03-2834-2000) E. Pengujian Beton Pengujian beton bertujuan untuk mengetahui apakah mutu beton yang telah dicor sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pengujian yang umum dilakukan adalah pengujian kuat tekan terhadap benda uji kubus atau benda uji silnder. Untuk mendeteksi kuat tekan yang lebih cepat, maka silakukan pengujian pada umur 3 hari atau 7 hari kemudian dikonversi ke umur 28 hari sesuai dengan spesifikasi. Dengan demikian kaau terjadi penurunan mutu maka dapat dengan cepat diperbaiki.

22 1. Pengujian Kuat Tekan Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menekan benda uji silinder 150 m x 300 mm pada standar ACI, SNI, dan kubus 150 mm x 150 mm pada standar Inggris. Benda uji yang lebih kecil dapat juga dipakai namun harus dikaitkan dengan ukuran agregat maksimum yang akan digunakan. Biasanya ukuran terkecil cetakan minimal 4 kali diameter agregat maksimum yang digunakan. Sebelum dilakukan pengujian maka permukaan tekan benda uji silinder harus rata agar tegangan terdistribusi secara merata pada penampang benda uji. Dalam hal ini maka permukaan tekan benda uji silinder harus dicapping yaitu dengan memberi lapisan belerang setebal 1,5 mm 3 mm pada perumkaan tekan benda uji silinder. Cara lain dapat juga dilakukan yaitu dengan memberi lapisan pasta semen (Murdock,L.J. dan Brook,K.M. 1999). Pengujian dilakukan dengan alat Compression Testing Machine dengan kecepattan pembebanan 0,15 Mpa/detik sampai 0,34 Mpa/detik. Kuat tekan silinder untuk beton normal rata-rata 0,83 kali kuat tekan kubus, namun angka sebenarnya tergantung dari mutu beton yang diuji. Semakin tinggi kuat tekan beton maka rasio kuat tekan silinder terhadap kubus akan mendekati satu (Mulyono,2004). Kuat tekan beton ditentukan sebagai tegangan normal tekan maksimum dari pengujian tekan silinder beton.

23 Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 kuat tekan beton dapat dihitung dengan rumus dibawah ini. Tegangan tekan maksimum. f c =... (1) dengan : f c = kuat tekan (MPa) P = beban tekan maksimum (N) A = luas penampang silinder beton = π D (mm 2 ) Kuat tekan beton yang disyaratkan. f c = fcr 1,64 S... (2) dengan : f c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa) fcr = Kuat tekan beton rata-rata (MPa) fcr =... (3) n = jumlah benda uji S = deviasi standar S = ( ᵢ )...(4)

24 2. Modulus Elastisitas Beton Modulus elastisitas beton merupakan perbandingan dari tegangan tarik/tekan yang diberikan dengan perubahan panjang/pendek bentuk persatuan panjang (regangan), sebagai akibat dari tegangan yang diberikan pada bahan beton tersebut. Persamaan yang digunakan untuk mengitung modulus elastisitas beton ringan : 1. Persamaan Modulus Elastisitas hasil penelitian: Modulus Elastisitas (E c ) =... (5) = tegangan pada 40% tegangan batas (MPa) = regangan pada 40% tegangan batas Regangan (ε) = L/L (dalam hal ini L = 200)...(6) dengan : L = perpendekan tinggi silinder beton 2. Prediksi berdasarkan persamaan empiris a. Usulan persamaan ACI 318-83 M E c = 0,043.W c 1,5. (MPa)... (7) untuk W c antara 1500-2500 kg/m 3 dengan : W c = berat volume padat beton = f c = kuat tekan silinder beton (MPa) berat beton volume beton (kg/m3 )

25 b. Usulan persamaan Hognestad E c = 6900 + 250 f c... (8) dengan : f c = kuat tekan silinder beton (MPa)