BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. program indoktrinasi wajib mengenai ideologi negara Pancasila bagi semua

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nisa Rizkiah, 2014 Pers Mahasiswa Indonesia Pada Akhir Pemerintahan Orde Baru

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Mahasiswa dan Majelis Mahasiswa merupakan lembaga

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB III METODE PENELITIAN

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN POLITIK DI ORGANISASI FRONT MAHASISWA NASIONAL CABANG BANDUNG

PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH PEMULA. Oleh RANGGA Kamis, 19 Juni :56

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

RUBRIK RESENSI KEBEBASAN ATAU KEBABLASAN PERS KITA

BAB I PENDAHULUAN. agama. Media massa merupakan salah satu alat yang dapat digunakan dalam

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dan kognitif yang diperlukan, tetapi menekankan perkembangan karakter.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia hendaknya kita cermati sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

I PENDAHULUAN. yang lebih berorientasi pada kekuasaan yang berkembang di kalangan elit politik.

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh

GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN KERJA ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 (GBPK OPM FT UM 2016)

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan pergaulan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, masyarakat, maupun

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB V PENUTUP. kemasyarakatan adalah kelompok kepentingan Asosiasonal. dibentuk atas tujuan yang eksplisit. Terorganisir dengan sangat baik pada

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. 2.2 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam Silabus SMKN 21 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang menganut paham demokrasi. Sebagaimana dikemukakan Abraham Lincoln bahwa demokrasi adalah

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

Dinamika Politik Muhammadiyah

I. PENDAHULUAN. Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

46. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEJARAH INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

MENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)

Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu generasi bangsa yang akan menentukan perubahan- perubahan dimasa akan datang. Hal ini dapat di pahami, mengingat pemuda berperan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang akan mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan. Salah satu kelompok pemuda yang amat ditunggu partisipasinya bagi keberlanjutan pembangunan adalah mahasiswa. Selain dianggap sebagai kelompok yang berpendidikan, mahasiswa juga dihadiahi gelar agent of change (agen perubahan). Dengan sifat, watak yang kritis, ketajaman intelektual, independensi, serta energi yang besar, kelompok mahasiswa selalu identik dengan perubahan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, sejarah mencatat dimana kaum pemuda khususnya mahasiswa memegang peranan penting dalam tonggak perubahan di negeri ini. Mahasiswa kemudian menjadi penggerak utama dalam banyak dimensi perubahan sosial-politik di tanah air. Pergerakan mahasiswa perlu di letakkan secara konstektual sesuai dengan kondisi zaman, dimana dinamika sosial politik menjadi acuan dasar pembedahannya. Gerakan mahasiswa identik dengan aksi penyikapan ataupun penolakan terhadap kebijakan rezim, mobilisasi massa, boikot serta penyikapan terhadap isu-isu lokal, nasional maupun internasional. Keseluruhan kebijaksanaan kemahasiswaan itu, secara langsung atau tidak, membatasi gerak organisasi mahasiswa keideologian di kampus. Jelas kegiatan mereka yang berfokus politik tak dimungkinkan lagi. Sanksi yang berat seperti pemecatan dan pengucilan dari dunia pendidikan, mematikan niat dan inisiatif

mahasiswa untuk menyatakan pandangannya secara kritis. Resikonya adalah mandulnya organisasi atau mati sama sekali (Sanit, 1999:108). Pada masa Orde Baru, mulai berkembang organisasi-organisasi mahasiswa di Perguruan Tinggi. Pemerintah Orde Baru merasa khawatir dengan kondisi ini. Pemerintah khawatir organisasi-organisasi mahasiswa ini berkembang kearah politik yang membahayakan Pemerintah dan Negara. Dengan demikian, Pemerintah Orde Baru memberlakukan konsep NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) dan BKK (Badan Koordinasi Kemahasiswaan) serta menerapkan Sistem Kredit Semester di Perguruan Tinggi. Konsep ini melarang mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi yang berbau politik. Hal ini menyebabkan melemahnya peranan mahasiswa dalam kehidupan sosial-politik era 80-an. Lembaga-lembaga kemahasiswaan saat itu telah berhasil menata sedemikian rupa oleh Pemerintah. Secara kelembagaan usaha yang dilakukan Pemerintah sebenarnya tidak tanggung-tanggung. Paling tidak ada tiga institusi yang dikerahkan untuk mengendalikan kehidupan mahasiswa yakni ABRI/Kopkamtip, Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sendiri. Lewat kekuatan ABRI/Kopkamtip gerakan dan potensi gerakan mahasiswa berhasil dilumpuhkan. Hal ini terjadi dengan pembubaran Dewan Mahasiswa, lembaga kemahasiswaan yang paling efektif menggalang kesatuan aksi mahasiswa ke dalam dan keluar kampus. Sementara itu Departemen Penerangan juga menemukan peranannya yang cukup penting merendam aksi dan potensi aksi yang dilakukan mahasiswa. Usaha tersebut dilakukan dengan membredel pers mahasiswa dan mengeluarkan berbagai ketentuan penerbitan pers mahasiswa. Di samping itu tentu saja lembaga ini juga mengatur sistem pemberitaan mengenai berbagai

aktivitas mahasiswa di surat kabar-surat kabar nasional yang akhirnya mempengaruhi opini publik. Sementara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga yang sebetulnya paling berhak menata kehidupan perguruan tinggi, mendapat peranan mengatur aktivitas kemahasiswaan melalui birokrasi yang ada di tiap Universitas. Praktek pengaturan ini terlihat dengan pengisian jabatan Rektor dan Dekan, pembentukan unit-unit kegiatan kemahasiswaan yang turut memperkecil peranan Senat Mahasiswa di Fakultas, dan penciptaan mekanisme dan prosedur penyelenggaraan setiap kegiatan yang hendak dilakukan oleh mahasiswa. Peranan dari tiga institusi ini beserta perangkat-perangkat pendukungnya, cukup terasa keampuhannya. Dunia kemahasiswaan selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir ini tidak saja sepi dari kegiatan bersifat politik melainkan juga telah melahirkan kecenderungan baru dalam aktivitas mahasiswa. Dihapuskannya Dewan Mahasiswa menyebabkan mahasiswa kehilangan kekuatan penggalang kesatuan. Dibatasinya penerbitan pers mahasiswa menyebabkan mahasiswa kehilangan sarana pembentuk opini. Tumbuh suburnya berbagai kegiatan dan unit kegiatan yang didirikan oleh pimpinan universitas menyebabkan pula aktivis organisasi intra kampus semakin bingung menghadapi urusan interen. Sementara itu Sistem Kredit Semester yang masih mekanis dan di birokratisasi turut menbayangbayangi beban mahasiswa hingga saat ini. Di sinilah letak berbedanya lingkungan kampus era 80-an dengan era sebelumnya. Maka itu mustahil pula menanti mahasiswa sekarang turun ke jalan membawa slogan-slogan politik sambil menggalang massa (Jonminofri, 1988:152-153).

Para mahasiswa memindahkan pusat kegiatan perkumpulannya di mesjidmesjid. Di mesjid-mesjid inilah para mahasiswa tetap dapat melakukan diskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada pada masa Orde Baru tanpa menimbulkan kecurigaan pemerintah. Pada perkembangannya, perkumpulan ini justru membentuk suatu organisasi baru yang bernafaskan Islam, yang disebut dengan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Pemerintahan Orde Baru yang memang berkeinginan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, dan stabilitas politik pada akhirnya sangat menekan dan juga menindas hal-hal yang tidak sesuai dengan ideologinya yaitu Pancasila. Reaksi umat Islam cukup bervariasi dalam menyikapi gagasan asas tunggal. Tidak sedikit tokoh Islam yang menyatakan menolak penunggalan asas tersebut. Penolakan ini di latar belakangi kekhawatiran Pancasila akan menggantikan fungsi agama, yang berarti pula akan menjurus pada terbentuknya negara sekuler, yang pada gilirannya dapat memarginalisasi peranan agama. Peristiwa penolakan ini diawali dengan serangkaian pidato dan khutbah yang menyerang berbagai kebijakan-kebijakan diskriminatif rezim Orde Baru terutama tentang asas tunggal Pancasila. Sikap sebagian umat Islam tersebut ditanggapi dengan penindasan represif fisik oleh rezim Orde Baru. Proses represif yang dilakukan oleh Pemerintah ini bukan hanya wacana atau isapan jempol belaka, tetapi memang ada bukti yang menunjukkan bahwa Pemerintah sangat menekan dan menindas Islam pada saat itu dengan hal yang sangat berbahaya (Online: http://journal.uii.ac.id/index.php/unisia/article/). Kekuasaan rezim Orde Baru yang menekan gerakan Islam selama tiga dekade lebih ternyata melemahkan gerakan Islam untuk bangkit kembali memperjuangkan aspirasi Islam secara lebih luas. Bangkitnya gerakan (Ormas) Islam ini diwarnai dengan karakternya yang formalistik, militan dan radikal (Noer, 2002:4).

Fenomena kebangkitan gerakan Islam ini tampak terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga sebelumnya, mengingat kukuhnya gerakan Islam moderat di masa Orde Baru sejak 1970-an. Indonesia yang diwarnai Islam moderat, Islam kultural dan Islam inklusif sekarang ini tersaingi dengan gerakan Islam politik dan Islam radikal pasca Orde Baru (Noer, 2002:5). Pada pertengahan 1980 an sampai akhir 1990 an, telah muncul varian baru dari aktivis dakwah kampus. Mereka terlembagakan dalam lingkungan usrahusrah yang akrab dengan pemikiran Ikhwanul Muslimin. Usrah pada dasarnya adalah sebentuk respon yang dikembangkan oleh sekelompok mahasiswa dan intelektual muda Islam di kampus-kampus umum, yang saat itu harus berhadapan dengan kekuasaan represif Pemerintah Orde Baru (Damanik, 2002:14). Dakwah di kampus jelas berandil bagi terbentuknya basis kekuatan ummat secara baru. Nafas Islam di berbagai kota besar seputar tahun 80-an harus diakui sangat dipengaruhi di kampus. Pada tahun 1989 BDKS (Bulan Dana Kesetiakawanan Sosial) bersaing ketat dengan peredaran kupon SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah). Target pemasukan dari kupon BDKS tercatat sebesar Rp. 47 Juta yang diharapkan bisa direalisasi sampai 20 Maret 1989 mendatang, sementara hasil penjualan kupon SDSB kini mencapai Rp. 20 Juta setiap kali bukaan (Pikiran Rakyat, 1990). Selain isu yang berkaitan dengan SDSB ini ada juga isu mengenai pelarangan jilbab di sekolah maupun Perguruan Tinggi pada masa rezim Orde Baru. Hal-hal di atas banyak mendapat kecaman dari berbagai Ormas terutama dari Ormas yang bernafaskan Islam. Salah satu organisasi yang berperan dalam memperjuangkan masalah jilbab dan penghapusan SDSB ini adalah Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Mengenai pergerakan Islam di Indonesia pada masa Orde Baru yang telah di bahas diatas, khususnya Gerakan Lembaga Dakwah Kampus, penting untuk dibahas. Karena belum ada tulisan tentang sejarah Gerakan Lembaga Dakwah Kampus yang menyeluruh. Penulis sering mendapati sejarah Gerakan Lembaga Dakwah Kampus ditulis hanya sepintas saja, seperti hanya sebagai gambaran awal bagaimana sebuah peristiwa, organisasi, atau partai lahir. Saat ini, LDK ada hampir di setiap Perguruan Tinggi di Indonesia. Keberadaan LDK merupakan bukti dari pergerakan dakwah mahasiswa Islam. Fungsi-fungsi konstruktif, mengubah dan mengajukan solusi-solusi yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam yang universal menjadi karakteristik tersendiri ditengah menjamurnya lembaga atau organisasi kemahasiswaan. Berdasarkan beberapa latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti bermaksud mengangkat judul penelitian skripsi dengan judul : Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998). 1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas, terdapat permasalahan yang akan menjadi kajian penulis yaitu Bagaimana Gerakan Lembaga Dakwah Kampus dan Eksistensinya Dalam Pergerakan Mahasiswa (1980-1998)?. Rumusan tersebut peneliti akan membatasi permasalahan dengan pertanyaanpertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana kebijakan Orde Baru terhadap Gerakan Mahasiswa Islam? 2. Bagaimana latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus? 3. Bagaimana aktivitas-aktivitas Lembaga Dakwah Kampus?

4. Bagaimana sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu-isu yang berkaitan dengan Gerakan Islam? 5. Bagaimana dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap aktivitas mahasiswa di Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah yang telah dibahas pada point sebelumnya, maka tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan kebijakan Orde Baru terhadap gerakan mahasiswa Islam. 2. Untuk mendeskripsikan latar belakang berdirinya sebuah Lembaga Dakwah Kampus di Kota Bandung. 3. Untuk mendeskripsikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan para aktivis kampus di Kota Bandung. 4. Untuk menganalisis sikap Lembaga Dakwah Kampus terhadap isu-isu yang berkaitan dengan pada masa Orde Baru seperti pelarangan jilbab di sekolah maupun dikampus, SDSB, diberlakukannya NKK/BKK terhadap mahasiswa untuk melarang terjun dalam dunia kepolitikan dan sebagainya. 5. Untuk mendeskripsikan dampak dari Lembaga Dakwah Kampus terhadap para aktivis mahasiswa di Kota Bandung khususnya terutama di perguruan tinggi ITB, UNISBA, UNPAD dan UPI. 1.4 Manfaat Penelitian Pada dasarnya suatu penelitian dilakukan untuk memenuhi tujuan dan memperoleh manfaat baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak lain yang

berhubungan dengan penelitian tersebut. Adapun hasil penelitian terhadap Gerakan Lembaga Dakwah Kampus 1980-1998 ini di harapkan : 1. Dapat memiliki nilai guna atau manfaat bagi berbagai pihak diantaranya, Dapat memperkaya penulisan tentang Sejarah Islam dan mengandung nilainilai dan norma-norma dan menjadi landasan dalam hubungan sosial internal maupun eksternal lembaga dakwah serta sebagai bahan referensi bagi para peneliti dan atau yang menaruh minat pada bidang ini. 2. Bagi siswa akan berdampak pada peningkatan kualitas individu dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya sebagai bekal agar mampu memecahkan masalah individu ataupun sosial kemasyarakatan yang akan dihadapinya di masa yang akan datang. 3. Bagi guru akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dengan menyajikan proses pembelajaran yang adil yang berorientasi pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seluruh siswa. 4. Bagi peneliti atau dosen, akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dan profesionalitas untuk terus meningkatkan keilmuan khususnya pengembangan proses pembelajaran dan pendidikan sejarah. 5. Bagi lembaga Universitas Pendidikan Indonesia akan meningkatkan prestasi dan nama baik dengan memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di tingkat persekolahan. 6. Dalam kurikulum pendidikan pada program Ilmu Pengetahuan Sosial kelas XII, melihat di Kompetensi Inti pada nomor Tiga yaitu memahami, menerapkan dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasarnya pada nomor 3.6 yaitu menganalisis kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa Orde Baru. Dengan demikian judul peneliti masuk kedalam KI dan KD yang dipelajari oleh siswa-siswa. 1.5 Struktur Organisasi Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini, penulis memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan skripsi, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan datadata temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penulisan dari penelitian yang dilakukan, penjelasan judul, metode penelitian serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab II Kajian Pustaka Dalam bab ini dipaparkan mengenai buku-buku sumber, website, dokumen, artikel-artikel maupun jurnal yang digunakan sebagai referensi yang dianggap sesuai dengan judul skripsi penulis. Sehingga penulis mengharapkan kajian pustaka ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang kami uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan. Bab III Metode Penelitian Dalam bab ini dijelaskan mengenai serangkaian kegiatan dan cara-cara yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian guna mendapatkan sumber yang sesuai

dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Diantaranya Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penulisan skirpsi ini. Setelah Heuristik dilakukan kritik yaitu pengolahan data-data yang didapatkan dari proses heuristik sehingga data yang diperoleh adalah data yang reliable dan otentik, lalu interpretasi adalah penafsiran sejarawan terhadap datadata yang telah disaring. Dan tahap akhir adalah historiografi adalah penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang asyik dibaca dan mudah dimengerti. Bab IV Gerakan Lembaga Dakwah Kampus Dalam Pergerakan Mahasiswa Islam di Kota Bandung (1980-1998) Dalam bab ini penulis memaparkan semua hasil penelitian dalam bentuk uraian deskriptif yang ditujukan agar semua keterangan yang diperoleh dari bab pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Adapun pemaparan dalam bagian ini akan dijelaskan diantaranya: Pertama kebijakan Orde Baru terhadap Gerakan Mahasiswa Islam yang meliputi organisasi-organisasi yang berada di Perguruan Tinggi. Pembahasan kedua latar belakang berdirinya Lembaga Dakwah Kampus yang berada di Kota Bandung khususnya Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran dan Universitas Negeri Islam Bandung. Pembahasan ketiga akan menguraikan tentang kegiatan-kegiatan Lembaga Dakwah Kampus yang dilakukan oleh para aktivis di Kota Bandung terutama di Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, dan Universitas Negeri Islam Bandung. Pembahasan keempat yaitu para aktivis di Perguruan Tinggi menyikapi mengenai isu-isu yang berkaitan dengan Gerakan Islam pada tahun 1980-1998. Pembahasan kelima mengenai dampak Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap aktivitas

mahasiswa Kota Bandung terutama di Perguruan Tinggi UPI, UNISBA, UNPAD dan ITB. Bab V Kesimpulan Bab terakhir ini berisi suatu kesimpulan dan pembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan. Bab ini juga merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Gerakan Lembaga Dakwah Kampus terhadap eksistensinya dalam Pergerakan Mahasiswa (1980-1998) berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.