BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

1.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

-169- BAB VI AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

KABUPATEN SUBANG N E R A C A DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PER 31 DESEMBER TAHUN 2015 DAN TAHUN 2014

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

BAB II DASAR TEORI. A. Pengertian Aset Tetap. 1. Definisi Aset Tetap. Aset tetap memiliki peranan besar dalam organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

BAB II LANDASAN TEORI

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TAHUN ANGGARAN 2013 (dalam rupiah) NO.

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 18 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

LAPORAN KEUANGAN POKOK 1. Neraca Komparatif NERACA PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN Per 31 Desember 2009 Dan 2008 (Dalam Rupiah)

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

Kata Pengantar. Binjai, 27 Februari 2017 Pengguna Anggaran. Ir. Dewi Anggeriani NIP

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH

1 of 6 18/12/ :00

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2016

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 8 TAHUN 2013

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROFIL KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Keuangan Daerah Pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang diikuti dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemeritah Pusat dengan Pemerintah Daerah timbul hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka APBD (Widjaja, 2001 :147). Yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil 9

10 perusahaan milik daerah dan lain-lain, dan untuk menerima sumbersumber penerimaan lain seperti dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sesuai dengan yang ditetapkan. Hak tersebut akan meningkatkan kekayaan daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan semua kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan, infrastruktur, pelayanan umum dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut akan menurunkan kekayaan daerah (Halim,2004:18). Keadaan keuangan daerah sangat menentukan corak, bentuk, serta kemungkinan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Posisi keuangan daerah sangat penting karena Pemerintah Daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan, pembangunan dan keuangan inilah merupakan salah satu kriteria untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya daerah memerlukan biaya dan uang. Tanpa adanya biaya yang cukup maka bukan saja tidak mungkin bagi daerah untuk dapat menyelenggarakan tugas, kewajiban serta kewenangan yang ada padanya dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya, tetapi juga ciri pokok dan mendasar dari suatu daerah otonomi menjadi hilang.

11 Desentralisasi menekankan agar urusan yang merupakan tugas Pemerintah Daerah dibiayai atas beban APBD. Disini pentingnya pengelolaan keuangan daerah yang optimal baik struktur penerimaan maupun pengeluaran keuangan daerah yang tercermin dalam APBD. 2.1.2. Laporan Keuangan Daerah Laporan keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Selain sebagai informasi, laporan keuangan dijadikan sebagai pertanggungjawaban (accountability) yang menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Harahap, 2004:201). Laporan keuangan daerah adalah informasi keuangan yang disusun oleh suatu Pemerintah Daerah yang terutama ditujukan bagi kepentingan pihak luar Pemerintah Daerah tersebut (Halim, 2004:142). Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan umtuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan undang-undang.

12 Basis laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Entitas pelaporan diperkenankan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Namun entitas pelaporan tersebut tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) berdasarkan basis kas. Rekonsiliasi dari LRA berbasis akrual ke LRA berbasis kas wajib disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan : a. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah ;

13 b. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah ; c. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi ; d. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya ; e. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya ; f. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan ; g. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Komponen-komponen laporan keuangan yang terdapat dalam suatu laporan keuangan pokok adalah : a. Laporan Realisasi Anggaran b. Neraca c. Laporan Arus Kas d. Catatan atas Laporan Keuangan Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan dalam setiap entitas pelaporan, kecuali laporan arus kas yang hanya disajikan oleh satu unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.

14 a. Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan selama satu periode. Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat / Daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN / APBD dengan menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola oleh Pemerintah Pusat / Daerah dalam satu periode pelaporan. LRA menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur sebagai berikut : 1. pendapatan 2. belanja 3. transfer 4. surplus / defisit 5. pembiayaan 6. sisa lebih / kurang pembiayaan anggaran b. Neraca Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan aset non lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang dalam neraca. Setiap entitas pelaporan

15 mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 bulan. Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos berikut ini : 1. kas dan setara kas 2. investasi jangka pendek 3. piutang 4. persediaan 5. investasi jangka panjang 6. aset tetap 7. dana cadangan 8. aset lainnya 9. kewajiban jangka pendek 10. kewajiban jangka panjang 11. ekuitas dana c. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas Pemerintah

16 Pusat / Daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari : 1. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara / Daerah. 2. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara / Daerah (Standar Akuntasi Pemerintahan). d. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar (Standar Akuntasi Pemerintahan). 2.1.3. Aset Aset merupakan sumber daya ekonomi yang dikuasai dan / atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan / atau sosial dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang

17 diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumbersumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 7). Manfaat ekonomi masa depan yang berwujud dalam aset adalah potensi aset tersebut untuk memberikan sumbangan baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasi pemerintah, berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Aset diklasifikasikan dalam aset lancar dan aset non lancar. 1. Aset Lancar Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 1, aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek meliputi deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain terdiri dari piutang pajak, piutang retribusi, bagian lancar tagihan penjualan angsuran, bagian lancar tuntutan ganti rugi dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti

18 komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas. Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika: a. Diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. b. Berupa kas dan setara kas. 2. Aset Non Lancar Aset non lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset non lancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lainnya. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka panjang terdiri dari investasi non permanen dan investasi permanen. Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Investasi non permanen antara lain investasi dalam Surat Utang Negara, penyertaan modal dalam proyek pembangunan dan investasi non permanen lainnya. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen antara lain penyertaan modal pemerintah dan

19 investasi permanen lainnya (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 1). Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. Pembentukan dana cadangan dapat dilakukan jika keadaan keuangan pemerintah mengalami surplus anggaran. Pembentukan dana cadangan dilakukan dengan persetujuan DPRD, demikian juga pada waktu pencairan dana tersebut. Aset non lancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainya. Yang termasuk dalam aset lainnya adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, tuntutan perbendaharaan / tuntutan ganti rugi yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan dan aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan).

20 2.1.4. Aset tetap 1. Definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No.7). Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktifitas operasi entitasnya, berikut adalah klasifikasi aset tetap yang digunakan : a. Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. b. Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. c. Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, iventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. d. Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan / atau dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai.

21 e. Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. f. Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal laporan keuangan belum selesai seluruhnya. (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07 Paragraf 8-14). 2. Pengakuan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07, untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria : a. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; d. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan. Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mempunyai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, suatu entitas harus menilai manfaat ekonomi masa depan yang dapat diberikan oleh aset tetap tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, bagi kegiatan operasional

22 pemerintah. Manfaat tersebut dapat berupa aliran pendapatan atau penghematan belanja bagi pemerintah. Manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke suatu entitas dan dapat dipastikan bila entitas tersebut akan menerima manfaat dan menerima resiko terkait. Kepastian ini biasanya hanya tersedia jika manfaat dan resiko telah diterima entitas tersebut. Sebelum hal ini terjadi, perolehan aset tidak dapat diakui. 3. Pengukuran Aset Tetap Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Pengukuran dapat dipertimbangkan andal bila terdapat transaksi pertukaran dengan bukti pembelian aset tetap yang mengidentifikasikan biayanya. Dalam keadaan suatu aset yang dikonstruksi / dibangun sendiri, suatu pengukuran yang dapat diandalkan atas biaya dapat diperoleh dari transaksi pihak eksternal dengan entitas tersebut untuk perolehan bahan baku, tenaga kerja dan biaya lain yang digunakan dalam proses kontruksi. Biaya perolehan aset tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan dan semua biaya lainya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap

23 tersebut (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07). 4. Penilaian Awal Aset Tetap Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 07). Dasar penilaian aktiva tetap, pertama dinyatakan dineraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap tidak memungkinkan maka nilai aktiva tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua harga aktiva tetap yang dibangun dengan swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja dan bahan baku, serta biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan dan semua biaya lainnya yang berkaitan dengan pembangunan hingga aset tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat harga perolehan (Bastian, 2006:133).

24 5. Pengungkapan Hal-hal yang perlu dilakukan pengungkapan (disclosure) dalam pelaporan aktiva tetap antara lain mengenai penilaian, penyusutan (depresiasi), pelepasan, penghapusan, dan perubahan nilai aktiva tetap. Pengungkapan nilai aktiva tetap menjelaskan dasar yang digunakan dalam penilaian aktiva tetap. Metode penyusutan (depresiasi) diterapkan berdasarkan standar akuntansi keuangan pemerintah. Pelepasan aktiva tetap dapat dilakukan melalui penjualan atau pertukaran. Hasil penjualan aktiva tetap dapat diakui seluruhnya sebagai pendapatan. Aktiva tetap yang diperoleh karena pertukaran dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh atau nilai wajar aktiva yang diserahkan, mana yang lebih mudah. Penghapusan aktiva tetap dilakukan jika aktiva tetap tersebut rusak berat, usang, hilang dan sebagainya. Penghapusan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku. Perubahan nilai aktiva tetap dapat disebabkan oleh penambahan, pengurangan, pengembangan, dan penggantian utama (Bastian,2006:134). 6. Cara Perolehan Aset / Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan aktiva tetap mempengaruhi penentuan harga perolehan. Menurut Baridwan (2000: 274-287) perolehan aktiva tetap berwujud dengan berbagai cara diantaranya :

25 a. Pembelian Tunai Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tersebut siap pakai seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai, maka potongan tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak. Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masingmasing aktiva tetap. Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan aktiva yaitu dalam hal pembelian tanah dan gedung, dicari harga tanah dan gedung, masing-masing harga pasar dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga perolehan. Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui alokasi harga perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak (misalnya pajak bumi dan bangunan). Jika tidak ada dasar yang

26 dapat digunakan untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan perusahaan. b. Pembelian Angsuran Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga. c. Ditukar Dengan Surat-surat Berharga Aktiva tetap diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yaang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi itu tidak diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva tersebut. d. Ditukar Dengan Aktiva Tetap Yang Lain Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar menukar, atau sering disebut tukar tambah, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dimana kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, prinsip harga perolehan tetap harus digunakan, yaitu aktiva baru dikapitalisasikan dengan jumlah sebesar harga pasar aktiva lama ditambah uang yang dibayarkan

27 (kalau ada) atau dikapitalisasikan sebesar harga pasar aktiva baru yang diterima. Ada masalah baru yang timbul bila harga pasar aktiva lama maupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah diatas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tersebut. e. Diperoleh dari Hadiah / Donasi Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah / donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga beban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasar. Depresiasi aktiva yang diterima dari hadiah dilakukan dengan cara yang sama dengan aktiva tetap lainnya. Apabila donasi yang diterima belum pasti akan menjadi milik perusahaan (karena tergantung terlaksananya perjanjian) maka aktiva modal dicatat sebagai elemen yang belum pasti (contingent). Bila hak atas aktiva

28 tersebut sudah diterima maka barulah contingent assets tadi dicatat sebagai harta (aktiva). f. Aktiva yang Dibuat Sendiri Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dibebankan langsung seperti upah langsung dan factory overhead tidak menimbulkan masalah dalam menentukan harga pokok aktiva tersebut. Tetapi biaya factory overhead tidak langsung menimbulkan pertanyaan, berapa besar yang harus dialokasikan kepada aktiva yang dikerjakan itu. Ada dua cara yang digunakan untuk membebankan biaya factory overhead yaitu : (a) kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat dan (b) biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif kepada pembuatan aktiva dan produksi. Apabila digunakan cara pertama maka harga pokok aktiva yang dibuat adalah semua biaya-biaya yang langsung untuk membuat aktiva itu ditambah kenaikan biaya factory overhead. Sedang dengan cara yang kedua harga pokok aktiva merupakan jumlah semua biaya langsung ditambah dengan tarif yang menjadi beban aktiva yang dibuat itu. Dalam hal harga pokok aktiva yang dibuat lebih rendah daripada harga beli diluar, selisihnya merupakan penghematan biaya dan tidak boleh diakui sebagai laba. Tetapi

29 apabila harga pokok lebih tinggi dari harga beli diluar (dengan kualitas yang sama) maka selisih yang ada diperlakukan sebagai kerugian, sehingga akan dicatat dengan jumlah sebesar harganya yang normal. Apabila pembuatan aktiva itu menggunakan dana yang berasal dari pinjaman, maka bunga pinjaman selama masa pembuatan aktiva dikapitalisasi dalam harga perolehan. Sesudah aktiva itu selesai dibuat, biaya bunga pinjaman dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya-biaya lain yang timbul dalam masa pembuatan aktiva, dibebankan sebagai perolehan aktiva tetap. Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aset, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aset itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan, biaya perolehan suatu aset terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah : a. biaya persiapan tempat b. biaya pengiriman awal dan biaya bongkar muat

30 c. biaya pemasangan d. biaya profesional seperti arsitek dan insiyur e. biaya kontruksi 7. Sistem Akuntansi Aset Tetap 1. Sistem dan prosedur akuntansi aset tetap pada SKPD: a. Prosedur akuntansi aset pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai / digunakan SKPD. b. Pemeliharaan aset tetap yang bersifat rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. c. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat. d. Perubahan klasifikasi aset tetap tersebut berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya. e. Penyusutan tersebut merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap. f. Setiap aset tetap kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.

31 g. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain: a) Metode garis lurus; b) Metode saldo menurun ganda; dan c) Metode unit produksi. h. Metode garis lurus merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan. i. Metode saldo menurun ganda merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan. j. Metode unit produksi merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan. k. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman pada peraturan perundangundangan. l. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset sebagaimana dimaksud pasal 253 ayat (1) berupa bukti memorial dilampiri dengan:

32 a) berita acara penerimaan barang; b) berita acara serah terima barang;dan c) berita acara penyelesaian pekerjaan. m. Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur akuntansi aset mencakup : a) buku jurnal umum; b) buku besar; dan c) buku besar pembantu. n. Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh PPK-SKPD serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD. o. PPK-SKPD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian membuat bukti memorial. p. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian. q. Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum. r. Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan. s. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006).

33 2. Prosedur akuntansi aset tetap pada SKPKD a. Prosedur akuntansi aset pada SKPKD meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai / digunakan SKPKD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer. b. Prosedur akuntansi aset pada SKPKD digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aset yang dikuasai / digunakan SKPD dan/atau SKPKD. Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur akuntansi aset berupa bukti memorial dilampiri dengan : a. berita acara penerimaan barang; b. surat keputusan penghapusan barang; c. surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD); d. berita acara pemusnahan barang; e. berita acara serah terima barang; f. berita acara penilaian ;dan g. berita acara penyelesaian pekerjaan. Buku yang digunakan untuk mencatat transaksi dan/atau kejadian dalam prosedur akuntansi aset mencakup: a. buku jurnal umum;

34 b. buku besar; dan c. buku besar pembantu. Prosedur akuntansi aset dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. a. Fungsi akuntansi SKPKD berdasarkan bukti transaksi dan/atau kejadian membuat bukti memorial. b. Bukti memorial sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aset tetap, kode rekening, klasifikasi aset tetap, nilai aset tetap, tanggal transaksi dan/atau kejadian. c. Bukti memorial dicatat ke dalam buku jurnal umum. d. Secara periodik jurnal atas transaksi dan/atau kejadian aset tetap diposting ke dalam buku besar rekening berkenaan. e. Setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006). Secara umum prosedur aktiva tetap bertujuan : a. Memberikan prosedur yang baku atas aktifitas yang berkaitan dengan perolehan suatu informasi mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya. b. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, BOT atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.

35 c. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya. d. Memperhitungkan alokasi biaya untuk pengusutan aktiva tetap, umur ekonomis dan metode pengusutan yang digunakan (Bastian, 2006:132-133). 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Dalam kasus penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan aset daerah adalah: Judul penelitian Penilaian Aset Daerah Kabupaten Purbalingga ( Isna Widyaningrum, 2008 ) dengan hasil penelitian sebagai berikut : Bahwa penilaian terhadap aset daerah Kabupaten Purbalingga didasarkan pada nilai perolehan aset tersebut, dan penilaian yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Persamaan dan perbedaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian terdahulu adalah: Persamaannya adalah sama-sama meneliti aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah dan metode analisis yang digunakan adalah analisis komparatif.

36 Perbedaannya adalah: a. Penelitian dilakukan pada obyek yang berbeda yaitu penelitian Isna Widyaningrum (2008) dilakukan di Kabupaten Purbalingga sedangkan penelitian sekarang dilakukan di Kabupaten Jepara. b. Tahun anggaran penelitian sebelumnya adalah tahun 2007 sedangkan penelitian sekarang tahun 2010. 2.3. Kerangka Penelitian Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah memberi konsekuensi lebih pada Pemerintah Daerah. Peraturan itu antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara / Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Intinya, mewajibkan Pemerintah Daerah untuk membuat Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Tuntutan penyajian laporan keuangan negara adalah menciptakan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang akuntabel dan transparan. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. Laporan keuangan daerah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan. Konsekuensi logis dari kewajiban tersebut adalah perlu dilaksanakannya penilaian terhadap aset

37 tetap yang dimiliki oleh masing-masing Pemda yang diikhtisarkan dalam Daftar Inventaris Kekayaan Daerah (DIKD). Salah satu komponen utama dalam Neraca adalah aset tetap atau barang milik Pemerintah Daerah. Informasi yang dibutuhkan untuk aset khususnya aset tetap di Neraca adalah mengenai klasifikasi aset, nilai, dan umur ekonomis / manfaat. Pengklasifikasian diperlukan agar klasifikasi aset menurut teknis dan klasifikasi menurut standar akuntansi sesuai. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, dapat diberikan gambaran pemikiran seperti pada Gambar 1. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Perlakuan Akuntansi Aset Tetap PSAP No. 07 Tahun 2005 tentang Akuntansi Aset Tetap