Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan Di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng, Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN KOTA DI KECAMATAN SEMAMPIR, SURABAYA

PERMUKIMAN KUMUH DAN PERMASALAHANNYA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA MEDAN

terkonsentrasi di kawasan pantai Salah satu permasalahan dalam pembangunan kota Ternate : Berkembangnya penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

III. METODE PENELITIAN

PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI KELURAHAN PANJISARI KABUPATEN LOMBOK TENGAH. Oleh:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

ZONASI KAWASAN SIMPANG SUSUN TEMBELANG AKIBAT PEMBANGUNAN INTERCHANGE TOL DI KABUPATEN JOMBANG

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 27 PEMETAAN TINGKAT RESIKO KEKUMUHAN DI LINGKUNGAN JURING LENENG KABUPATEN LOMBOK TENGAH.

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permukiman Kumuh

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Perencanaan Sistem Drainase Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak terencana. Pada observasi awal yang dilakukan secara singkat, Kampung

Variabel Sub Variabel Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD UNTUK PEMETAAN PERMUKIMAN KUMUH DAN TINGKAT PRIORITAS PENANGANAN DI KECAMATAN SEMARANG UTARA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Penentuan Lokasi Makam Umum di Kota Kediri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TIPOLOGI PERMUKIMAN KUMUH DI PINGGIRAN SELATAN KOTA SURABAYA

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

ANALISIS PERUBAHAN LAHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN TEGALREJO DAN KECAMATAN WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

Penentuan Lokasi lokasi Potensial Pembangunan Bangunan Tinggi di Surabaya Pusat

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS PENATAAN KAWASAN BERBASIS PENDAPAT MASYARAKAT Studi Kasus Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

BAB II DASAR TEORI - 7 -

Lingkungan Rumah Ideal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

FORMULA. Bidang Tata Ruang ditetapkan. Σ Izin Pemanfaatan Ruang yang diterbitkan dalam 1 Tahuan FORMULA

Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK IT Vol. 4,. 2, (2015) IN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-150 Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan Di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng, Kota urabaya Nizar Harsya Wardhana dan Dr. Ing. Ir. Haryo ulistyarso Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik ipil dan Perencanaan Institut Teknologi epuluh pember (IT) Jl. Arief Rahman Hakim, urabaya 60111 Indonesia e-mail: haryo.its@gmail.com Abstrak Kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari memiliki karakteristik kondisi hunian padat, penggunaan lahan yang tidak sesuai fungsi, dan tidak ada RTH. Kawasan ini terdiri dari permukiman kumuh pinggiran rel dengan status lahan illegal (squatter area) dan permukiman kumuh tengah kota (slum area). Keberadaan kawasan permukiman kumuh akan berdampak pada penurunan kualitas dan visualisasi buruk bagi kawasan pusat Kota urabaya. Artikel ini merupakan bagian dari penelitian terkait perumusan arahan penataan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari. Pada artikel ini akan dibahas dan didapatkan faktor penyebab kekumuhan squatter area dan slum area melalui teknik analisis Delphi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 8 faktor penyebab kekumuhan di squatter area, yaitu tingkat pendidikan, aksesibilitas ke lokasi kerja, tingkat pendidikan, tingkat migrasi masuk, kualitas sarana dan prasarana, tingkat kesadaran masyarakat, kepadatan bangunan tinggi, dan peran serta pemerintah. edangkan slum area terdapat 5 faktor yang menyebabkan kekumuhan, yaitu aksesibilitas ke lokasi kerja, tingkat migrasi masuk, tingkat kesadaran masyarakat, kepadatan bangunan tinggi, dan peran serta pemerintah Kata Kunci permukiman kumuh, faktor penyebab,squatter area,slum area. P I. PENDAHULUAN ermukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang tidak layak huni, ciri-cirinya berupa ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, serta kualitas bangunan yang rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan penghasilnya[1]. Penyebab adanya permukiman kumuh adalah karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat, serta karakter lingkungan yaitu tidak ada ruang terbuka hijau (open space) dan tidak tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga, kepadatan penduduk yang tinggi, sarana prasarana yang tidak terencana dengan baik[2]. Permukiman kumuh yang ada di kawasan pusat kota urabaya mengalami perkembangan selama tahun 2006-2011. Pada tahun 2008, luas permukiman kumuh di Kota urabaya sebesar 557,61 Ha dan berkembang di kawasan sepanjang pantai, pusat kota, pinggir rel, sempadan sungai atau saluran utama, serta di wilayah non pusat kota [3]. Kawasan permukiman kumuh perkotaan terletak di Kelurahan Kapasari, dengan luas kumuh sebesar 3,79 Ha. Hal ini menjadikan Kelurahan Kapasari memiliki luas permukiman kumuh terbesar di Kecamatan Genteng. ebagian besar jenis permukiman berupa permukiman informal dengan luas sebesar 58,90 Ha dengan kategori permukiman kumuh ringan dan sedang [3]. ebagian besar permukiman adalah permukiman perkampungan yang memiliki jalan lingkungan relatif sempit serta memiliki kondisi bangunan yang bersifat permanen [4]. Karakteristik permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari adalah hunian padat, penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan fungsinya, tidak adanya RTH, dan status lahan illegal [5]. Para pendatang umumnya mendirikan rumah yang tidak sesuai dengan kondisi rumah layak huni, sehingga jalan-jalan menjadi sempit serta mendirikan rumah di lahan sempit tanpa ada izin dari pemerintah sehingga merusak keindahan kota daerah tersebut[6]. Terbatasnya lahan permukiman menyebabkan munculnya kawasan permukiman di sekitar pinggir rel kereta api (squatter) dan di tengah kota (slum) [3]. Artikel ini merupakan salah satu tahapan dalam perumusan arahan penataan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari. Dalam artikel ini akan dibahas terkait faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari dengan menggunakan analisis Delphi. Pendekatan yang digunakan dalam penentuan faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari adalah wawancara terhadap stakeholder yang berpengaruh. II. METODE PENELITIAN A. Kajian Pustaka ebelum melakukan proses analisis, terlebih dahulu dilakukan kajian pustaka terkait penyebab timbulnya permukiman kumuh. Tujuan dari kajian pustaka ini adalah untuk mendapatkan faktor dasar yang akan diteliti dalam penelitian.

JURNAL TEKNIK IT Vol. 4,. 2, (2015) IN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-151 Tabel 1. Faktor dan penelitian Kajian Teori Penelitian Faktor Penyebab Permukiman [1] Tingkat Pendapatan Kumuh Faktor osial [5] Kualitas arana Prasarana umber : Hasil Kajian Pustaka, 2015 Terdapat 3faktor dan 6 variabel yang digunakan dalam penelitian. Faktor dan variabel tersebut masih bersifat sementara dan dapat berkembang setelah dilakukan proses analisis lebih lanjut. B. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam analisis faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari merupakan data primer melalui wawancara. Wawancara dilakukan terhadap stakeholder yang berpengaruh khususnya dalam bidang permukiman, yang bertujuan untuk mendapatkan konsesus dari pendapat berbagai ahli terkait faktor-faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari. C. Metode Analisis Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan rasionalistik yang bersumber dari teori dan kebenaran empirik. Dalam melakukan analisis faktor penyebab kekumuhan digunakan teknik analisis Delphi. Analisis ini dilakukan melalui wawancara terhadap stakeholder berpengaruh. Teknik analisis Delphi digunakan untuk mencapai konsesus pendapat para stakeholder terkait variabel yang menyebabkan kekumuhan di Kelurahan Kapasari.Terdapat 4 tahapan analisis Delphi dalam penelitian ini, yaitu: a. Tahap pertama : proses Delphi dimulai dengan wawancara terbuka sebagai landasan isu/ permasalahan. elanjutnya para pakar akan memberikan tanggapan terhadap isu/ permasalahan tersebut. b. Tahap kedua : merumuskan kuesioner putaran 1. Dalam tahapan ini ditentukan variabel yang diajukan dalam kuesioner pada putaran 1 dan putaran selanjutnya. Kuesioner tersebut diawali dengan pemahaman konteks studi kepada responden. c. Tahap ketiga : menganalisis hasil putaran 1. Pada tahap ini hasil pendapat para pakar dikumpulkan dan diverifikasi. Kemudian akan dilakukan interpretasi terhadap kecenderungan pendapat para pakar. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak diperlukan lagi untuk putaran berikutnya dieliminasi. elanjutnya dilakukan proses penyusunan pertanyaan untuk kuesioner putaran 2. d. Tahap empat : proses ini kembali diulang sampai diperoleh konsensus sehingga didapatkan faktor penyebab permukiman kumuh. III. HAIL DAN PEMBAHAAN A. Gambaran UmumPermukiman Kumuh di Kelurahan Kapasari. Kelurahan Kapasari terletak di Kecamatan Genteng dengan luas wilayah sebesar 36 Ha yang terdiri dari 12 RW. Luas permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari sebesar 3,79 Ha yang tersebar di 3 RW yaitu RW 4, 5, dan 9. Permukiman kumuh di Kelurahan Kapasari berada pada kawasan pinggiran rel (squatter area) dan pusat kota (slum area). 1. quatter Area. Permukiman kumuh squatter area berada di sekitar jalur rel kereta api menuju tasiun emut. Luas permukiman kumuh sebesar 3,49 Ha dan berada pada RW 4 dan 5. Karakteristik fisik bangunan yaitu adanya bangunan yang padat, berdekatan, tidak memiliki RTH dan jaringan jalan sempit. Tingkat pendidikan penduduk di kawasan permukiman kumuh squatter area didominasi oleh D dan LTP/ sederajat. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat merupakan masyarakat pendatang yang kurang memiliki keterampilan dan tingkat pendidikan rendah. Mayarakat di permukiman kumuh squatter area memiliki mata pencaharian pada sektor informal yaitu sebagai pedagang. ehingga pendapatan yang diperoleh hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jaringan prasarana pada permukiman kumuh squatter area kurang bisa melayani kebutuhan masyarakat, khususnya pada jaringan jalan, air bersih, sanitasi, dan persampahan. Gambar 1.Persebaran quatterarea 2. lum Area. Luas permukiman kumuh slum area sebesar 0,30 Ha dan berada pada RW 5 dan 9. Karakteristik fisik bangunan pada permukiman kumuh slum area adalah bangunan padat, berdekatan, dan tidak ada RTH. Tingkat pendidikan penduduk didominasi oleh LTA/ sederajat. ebagian besar masyarakat slum area memiliki mata pencaharian wiraswasta dan

JURNAL TEKNIK IT Vol. 4,. 2, (2015) IN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-152 pegawai. Kondisi ini lebih baik dibandingkan pada squatter area sehingga kemampuan untuk memperoleh tempat tinggal yang layak lebih besar. Kualitas sarana dan prasarana pada permukiman kumuh slum area cukup baik dan mampu melayani kebutuhan penduduk. Tabel 2. Hasil Eksplorasi Delphi Putaran I R1 R2 R3 R4 R5 R6 [1] T [2] [3] T [4] [5] [6] umber : Hasil analisis, 2015 T yang belum mencapai konsensus faktor penyebab kekumuhan di squatter area tidak setuju bahwa faktor yang diajukan merupakan faktor penyebab kekumuhan di squatter area Gambar 2.Persebaran lum Area B. Identifikasi Faktor Penyebab Kekumuhan di Kelurahan Kapasari. dalam analisis Delphi diperoleh dari teknik purposive sampling sehingga diperoleh 6 responden dalam penelitian, yaitu pihak pemerintah dan masyarakat. Pihak pemerintah terdiri dari Bappeko urabaya (R1), Dinas PU dan Bina Marga dan Pematusan Kota urabaya (R2), Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota urabaya (R3), PT Kereta Api Kota urabaya (R4), serta pemerintah Kelurahan Kapasari Kota urabaya (R5). elanjutnya untuk tokoh masyarakat diwakili oleh ketua RW 4 Kelurahan Kapasari (R6). Analisis faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari dibagi ke dalam analisis faktor penyebab kekumuhan untuk squatter area dan slum area. 1. Faktor Penyebab Kekumuhan di quatter Area. a. Wawancara Delphi Putaran 1 terpilih berperan dalam menentukan faktor penyebab kekumuhan di squatter area. Peneliti menggunakan kuesioner serta panduandiskusi yang membantu peneliti untuk dapat mengeksplorasipendapat masing-masing responden. Pertanyaanyang diajukan di dalam kuesioner tersebut merupakan variabel yang diperoleh dari hasil kajian pustaka pada tabel 1. Hasil rekapitulasi pendapatmasing-masing responden terkait faktor penyebab kekumuhan di squatter areadapat dilihat pada tabel 2. b. Analisis Hasil Putaran I Hasil Delphi pada putaran I di atas diketahui bahwa terdapat 4 variabel yang mencapai konsensus dan 2 variabel yang belum mencapai konsensuspada tahap ini dilakukan interpretasipendapat masing-masing responden sehingga memungkinkandidapatkannya variabel lain yang menjadi penyebab kekumuhan di squatter area. Dengan mengkaji pendapat masing-masing responden,diketahui bahwa terdapat variabel lain yang menjadi penyebab kekumuhan, yaitu variabel peran pemerintah dan kepadatan bangunan tinggi. ehingga terdapat 4 variabel yang akan diajukanpada wawancara Delphi putaran II, yaitu 2 variabel yangbelum mencapai konsensus pada putaran I dan 2 variabel baru yang didapatkan dari hasil kajian pendapat seluruh responden. Tabel 3. yang diajukan pada putaran II Penelitian Keterangan [1] Tingkat Pendapatan Belum mencapai konsensus [7] Peran Pemerintah baru [8] Kepadatan Bangunan Tinggi umber : Hasil Kajian Pustaka, 2015 c. Wawancara Delphi Putaran II elanjutnya dilakukan wawancara terhadapmasingmasing responden dengan mengkomunikasikanterlebih dahulu hasil dari putaran I. Pada tahap ini, wawancarayang dilakukan bertujuan untuk menggali pendapat respondenterkait variabel-variabel yang belum mencapai konsensus danvariabel baru yang didapatkan dari putaran sebelumnya.pendapat masing-masing responden atas variabel yangdiajukan pada putaran II ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Wawancara Delphi Putaran II R1 R2 R3 R4 R5 R6 [1] [3] [7] [8] umber : Hasil analisis, 2015 faktor penyebab kekumuhan di squatter area

JURNAL TEKNIK IT Vol. 4,. 2, (2015) IN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-153 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel yang diajukan telah mencapai konsensus, dimana seluruh responden setuju dengan variabel yang diajukan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat 4 faktor dan 8 variabel yang menjadi penyebab kekumuhan di squatter area Kelurahan Kapasari. Berikut dapat dilihat faktor penyebab kekumuhan di squatter area pada tabel 5. Tabel 5. Faktor Penyebab Kekumuhan Di quatter Area Hasil Penelitian Faktor Penyebab Kekumuhan di [1] Tingkat Pendapatan squatter area Faktor osial [5] Kualitas arana Prasarana [7] Kepadatan Bangunan Tinggi Faktor Dukungan Pemerintah [8] Peran erta Pemerintah 2. Faktor Penyebab Kekumuhan di lum Area. a. Wawancara Delphi Putaran 1 Hasil rekapitulasi pendapatmasing-masing responden terkait faktor penyebab kekumuhan di slumdapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Eksplorasi Delphi Putaran I R1 R2 R3 R4 R5 R6 [1] T T T T [2] [3] T T T [4] [5] T T T T T T [6] T yang belum mencapai konsensus mencapai konsensus dan semua responden tidak setuju sehingga variabel bukan merupakan penyebab kekumuhan. faktor penyebab kekumuhan di slum area tidak setuju bahwa faktor yang diajukan merupakan faktor penyebab kekumuhan di slum area b. Analisis Hasil Putaran I Hasil Delphi pada putaran I diatas diketahui bahwa terdapat 3 variabel yang mencapai konsensus dan 2 variabel yang belum mencapai konsensus. Untuk variabel kualitas sarana dan prasarana, seluruh responden tidak setuju sehingga variabel tersebut dieliminasi. Terdapat variabel lain yang menjadi penyebab kekumuhan, yaitu variabel peran pemerintah dan kepadatan bangunan tinggi. ehingga terdapat 4 variabel yang akan diajukanpada wawancara Delphi putaran II, yaitu 2 variabel yangbelum mencapai konsensus pada putaran I dan 2 variabel baru yang didapatkan dari hasil kajian pendapat seluruh responden. Tabel 7. yang diajukan pada putaran II Penelitian Keterangan [1] Tingkat Pendapatan Belum mencapai konsensus [7] Peran Pemerintah baru [8] Kepadatan Bangunan Tinggi umber : Hasil analisis, 2015 c. Wawancara Delphi Putaran II Pada tahap ini, wawancaradilakukan untuk menggali pendapat respondenterkait variabel-variabel yang belum mencapai konsensus danvariabel baru yang didapatkan dari putaran sebelumnya.pendapat masing-masing responden atas variabel yangdiajukan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Wawancara Delphi Putaran II R1 R2 R3 R4 R5 R6 [1] T T T T T T [3] T T T T T T [7] [8] umber : Hasil analisis, 2015 mencapai konsensus dan semua responden tidak setuju sehingga variabel bukan merupakan penyebab kekumuhan. faktor penyebab kekumuhan di slum area Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel yang diajukan telah mencapai konsensus. Untuk variabel 1 dan 3, seluruh responden tidak setuju bahwa variabel tersebut menjadi penyebab kekumuhan di slum area. Dengan demikian, terdapat 4 faktor dan 5 variabel yang menjadi penyebab kekumuhan di slum area area Kelurahan Kapasari. Berikut dapat dilihat faktor penyebab kekumuhan di slum area pada table 9. Tabel 9. Faktor Penyebab Kekumuhan Di lum Area Hasil Penelitian Faktor penyebab kekumuhan di lum area Faktor osial [7] Kepadatan Bangunan Tinggi Faktor Dukungan Pemerintah [8] Peran erta Pemerintah IV. KEIMPULAN Penentuan faktor penyebab kekumuhan di Kelurahan Kapasari dibagi kedalam faktor penyebab kekumuhan di squatter area dan slum area. Untuk permukiman kumuh squatter area, terdapat 8 variabel penyebab kekumuhan, yaitu: a. yang dipengaruhi oleh variabel tingkat pendapatan dan aksesibilitas ke lokasi kerja

JURNAL TEKNIK IT Vol. 4,. 2, (2015) IN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-154 b. Faktor osial: tingkat pendidikan dan tingkat migrasi masuk c. : kualitas sarana dan prasarana, tingkat kesadaran masyarakat dan kepadatan bangunan tinggi d. Faktor Dukungan Pemerintah: peran serta pemerintah elanjutnya untuk faktor penyebab kekumuhan di slum area Kelurahan Kapasari, terdiri dari: a. yang dipengaruhi oleh variabel aksesibilitas ke lokasi kerja b. Faktor osial : tingkat migrasi masuk c. :tingkat kesadaran masyarakat dan kepadatan bangunan tinggi d. Faktor Dukungan Pemerintah : peran serta pemerintah DAFTAR PUTAKA [1] Budiharjo, Eko. 1997. Arsitektur ebagai Warisan Budaya. emarang: Karya Unipress. [2] Arawinda Nawagamuwa and Nils Viking.. lum, quatter Areas and Informal ettlement, 9th International Conference On ri Lanka tudies, Matara, ri Lanka. [3] RP4D Kota urabaya Tahun 2008-2028 [4] RDTRK UP. Tunjungan Tahun 2011-2031. [5] Aisyah. 2008. pektrofotometer.makassar: Universitas Hassanudin. [6] Kurniati, Aryani. 2014. Kajian Persebaran Permukiman Kumuh di urabaya Pusat. urabaya: Universitas Negeri urabaya.