BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan Negara merupakan suatu kegiatan yang akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan publik dan pihak eksternal pengguna laporan keuangan dalam kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DeAngelo (1981) dalam Lauw dan Elyzabeth (2012), kualitas audit adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain, serta adanya kejujuran

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, pangsa pasar perusahaan. Secara umum ada tiga bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. institusi yang dipercaya dapat mewujudkan good corporate & good governance

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua yaitu pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. atas Laporan Keuangan Kementerian Agama Tahun Hal ini menjadi suatu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. data terbaru Institut Akuntan Publik Indonesia pada tahun 2016 ini terdapat 403 KAP

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas audit (Grant et. al., 1996). Dengan kata lain, pengguna. audit dapat memberi penilaian atas kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat terhadap Pengelolaan keuangan Negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan dalam konteks profesi bidang bisnis, bersama-sama. dengan profesinya lainnya, mempunyai peran yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Menurut Siregar (2008) dalam Eveline, dkk (2014) penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Praktek penyelenggaraan pemerintah dewasa ini menjadi potret. buram kekecewaan masyarakat yang terjadi di semua tempat dan di

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiata-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga yang menunjukkan sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggung jawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan keuangan Negara merupakan suatu kegiatan yang akan mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan bangsa Indonesia. Untuk dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat terkait dengan pengelolaan keuangan Negara tersebut, maka diperlukan lembaga pemeriksa keuangan Negara yang bebas, mandiri, dan profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tatakelola keuangan Negara yang akuntabel dan transparan. Untuk mewujudkan itu semua perlu diadakannya pengawasan yang lebih ketat dan lebih selektif dalam memilih auditor yang nantinya akan memeriksa seluruh unsur keuangan Negara agar tercipta pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi dan nepotisme. Seluruh proses pembangunan dan pelayanan yang diberikan ditujukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk itu, audit sektor publik di sini dimaksudkan tidak hanya ditujukan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan, tetapi terfokus juga pada pencapaian kesejahteraan masyarakat. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good govermance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, karena beberapa penelitian menunjukan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad 1

2 govermance) dan buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001). Untuk memenuhi tuntutan akuntabilitas publik dan good govermance, diperlukan adanya pemeriksaan atau audit. Audit yang dilakukan yaitu audit sektor publik. Audit sektor publik adalah sebagai suatu proses sistematik secara obyektif untuk melakukan pengujian keakuratan dan kelengkapan informasi yang disajikan dalam suatu laporan keuangan organisasi sektor publik. Pihak eksternal yang dapat melakukan audit sektor publik yaitu Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) sebagai salah satu lembaga tinggi Negara memegang peran yang strategis dalam menilai kinerja keuangan pemerintah Daerah. Obyek auditnya adalah entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab keuangan Negara. Proses penilaian ini dilakukan dengan cara memeriksa laporan pertanggungjawaban pemerintah Daerah yang berupa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Dalam melakukan audit diperlukan auditor yang kompeten dan independen untuk menghasilkan audit yang berkualitas. Mardiasmo (2005) mengemukakan bahwa pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki kompetensi dan independensi untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintahan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Dengan adanya kompetensi, auditor dapat menemukan kekeliruan atau kesalahan prosedur suatu organisasi dan sangat penting untuk auditor melaporkan kekeliruan tersebut dalam laporan auditnya. Ketika melakukan audit, auditor dituntut harus memiliki keahlian yang meliputi pengalaman dan pengetahuan. Karena pengalaman kerja merupakan salah satu faktor penting untuk memprediksi kinerja akuntan publik

3 dalam hal kualitas audit yang dihasilkan. Dengan independensi, diharapkan seorang auditor dapat melaksanakan audit dengan obyektif tanpa merasa beban oleh pihak-pihak lain. Obyektifitas dalam audit ini sangat diperlukan untuk menentukan kondisi yang terjadi dan kondisi tersebut dapat dibandingkan dengan kriteria yang sesuai. Pada umumnya, kualitas audit selalu ditinjau dari pihak auditor (Sutton, 1993). Pihak auditor tersebut dituntut untuk menunjukan kinerja yang tinggi agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas (Bambang dan Walidin (2005) dalam Rando (2012). Kualitas pelaksanaan audit selalu mengacu pada standar-standar yang ditetapkan, meliputi standar umum, standar pekerjaan dan standar pelaporan, dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memilih keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan (IAI, Standar Profesional Akuntan Publik, 2001). Dalam audit sektor publik sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang No. 15 Tahun 2004, Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yakni: Pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Menurut UU No. 15 Tahun 2004 pengertian Opini adalah pernyataan profesional sebagai

4 kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar (adversed opinion), dan pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion). Dengan demikian kualitas opini LKPD juga bergantung pada kualitas dari setiap LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah). Disinilah mengapa peran dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan LKPD, termasuk peran auditor internal yang melaksanakan tugas Pengawasan Intern yakni seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain, diharapkan mampu untuk meningkatkan kualitas LKPD Opini audit BPK berupa Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sudah menjadi obsesi seluruh pimpinan kementerian/lembaga/daerah, bahkan untuk mencapai opini tersebut, beberapa kepala daerah bahkan rela mengeluarkan uang suap kepada tim BPK agar daerah mereka mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian tersebut, dibuktikan dengan terungkapnya kasus dua orang auditor BPK perwakilan Jawa Barat yang divonis masing-masing empat tahun penjara

5 karena menerima suap ratusan juta dari pejabat Pemerintah Kota Bekasi. Uang suap itu diberikan agar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Bekasi meraih opini audit WTP. Kasus ini berawal Mochtar Mohammad, Walikota Bekasi, mengenai Suap anggota DPRD, Adipura, anggota BPK; korupsi anggaran. Mochtar diajukan ke pengadilan untuk 4 kasus dugaan korupsi: suap anggota DPRD senilai Rp 1,6 miliar untuk pengesahan APBD; korupsi anggaran makanan minuman Rp 639 juta; suap pemenangan piala Adipura senilai Rp 500 juta; dan suap BPK agar mendapat predikat wajar tanpa pengecualian. (www.hukumonline.com). Dan pada kenyataannya juga kualitas audit yang dihasilkan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus KPK melakukan penahanan terhadap tersangka B (pemimpin tim pemeriksa BPK-RI Mar.ado) dan MM (anggota) untuk 20 hari pertama, ujar Kepala Bidang Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha saat dihubungi, Kamis (8/9/2011). Kasus ini berawal dari Laporan Keuangan Pemda Kota Tomohon tahun 2007. Kedua orang auditor BPK itu diduga menerima sesuatu atau hadiah berupa uang senilai Rp 600 juta dari Walikota Tomohon, Jefferson Soleiman Montesquie Rumajar. Pemberian uang suap ini supaya laporan keuangan Tomohon dinyatakan berstatus Wajar dengan Pengecualian. Mereka juga mendapatkan fasilitas berupa hotel dan sewa kendaraan dari dana Pemkot Tomohon sebesar Rp 7,5 juta (www.detiknews.com). Hal inilah yang bertolak belakang dengan tujuan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Menurut Suaedy (2011) pemberian opini Wajar Tanpa

6 pengecualian (WTP) terhadap laporan keuangan adalah sebuah apresiasi dari BPK RI terhadap instansi pemerintah yang telah melakukan pengelolaan keuangan dengan baik. Jadi seharusnya mengejar WTP bukan semata untuk tujuan jangka pendek, namun lebih sebagai upaya untuk membudayakan rasa tanggung jawab dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Sementara itu AAA Financial Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002:83) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit. Menurut Christiawan (2002) kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman yang memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi, sedangkan independensi berkaitan dengan masalah etika akuntan publik yang tidak mudah dipengaruhi. Hal ini sejalan dengan pendapat Djaddang dan Agung (2002) dalam Rahmawati dan Winarna (2002), yang menyatakan bahwa auditor ketika mengaudit harus memiliki keahlian yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan dan pengalaman. Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit (Arens dkk., 2004). Pengalaman merupakan salah satu elemen penting dalam tugas audit di samping pengetahuan, sehingga tidak mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan berbeda

7 demikian halnya dengan mengambil keputusan tugasnya (Libby dan Trotman, 2002) dalam (Ika, 2011). Pengalaman juga menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Melalui pengalaman, auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman (Eunike, 2007). Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yaitu Permatasari (2009) meneliti tentang Pengaruh Independensi, Pengalaman, Kompetensidan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukan bahwa independensi, pengalaman, kompetensi dan akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit dalam proses pemeriksaan laporan keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan penelitian yang dilakukakan oleh Permatasari (2009), perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya terletak pada obyek penelitian dan pengurangan variabel. Obyek yang diteliti oleh penulis pada BPK Perwakilan Jawa Barat, sedangkan penelitian terdahulu yang menjadi obyeknya adalah KAP. Perbedaan selanjutnya yaitu penguranganvariabel independenyaitu akuntabilitas. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Kompetensi Auditor Pemerintahan Terhadap Kualitas Audit Instansi Pemerintahan

8 (Studi Kasus Pada AuditorBPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengalaman auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Bagaimana independensi auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3. Bagaimana kompetensi auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 4. Bagaimana kualitas audit instansi pemerintahan oleh BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 5. Bagaimana pengaruh pengalaman, independensi dan kompetensi auditor pemerintahan terhadap kualitas audit instansi pemerintahan pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara parsial. 6. Bagaimana pengaruh pengalaman, independensi dan kompetensi auditor pemerintahan terhadap kualitas audit instansi pemerintahan pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara simultan. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Untuk mengetahui pengalaman auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui independensi auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui kompetensi auditor pemerintahan BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 4. Untuk mengetahui kualitas audit instansi pemerintahan oleh BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat. 5. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman, independensi dan kompetensi auditor pemerintahan terhadap kualitas audit instansi pemerintahan pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara parsial. 6. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman, independensi dan kompetensi auditor pemertintahan terhadap kualitas audit instansi pemerintahan pada BPK Perwakilan Provinsi Jawa Barat secara simultan. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Penulis Diharapkan dapat memahami perbandingan antara konsep dan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan penerapannya dalam suatu instansi, untuk dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis.

10 2. Bagi BPK Penulis berharap hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai masukan berupa informasi kepada Badan Pemeriksa Keuangan, khususnya auditor sektor pemerintahan dalam menunjang peningkatan kualitas auditnya. 3. Bagi peneliti Lain Penulis berharap hasil karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan pembaca, dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya di lingkungan perguruan tinggi. 1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis melakukan penelitian pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang ada di Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2014 sampai dengan selesai.