BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkawinan mempunyai nilai kira-kira sama dengan separuh nilai agama. 3

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang domestik (rumah tangga). 1. kekerasan yang menimpa kaum perempuan (istri) 3

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

ra>hmatan lil alami>n (rahmat bagi alam semesta). Dan salah satu benuk rahmat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan. Ada laki-laki, ada pula

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemaknaan Keharmonisan Pernikahan Pemuda Dewasa Dini. berbunyi sebagaimana berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan telah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT. menciptakan manusia berpasang-pasangan. Dalam Al Qur an, Allah SWT. berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Syari at Islam bersipat universal, mencakup segala aspek kehidupan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI. A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

Oleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, tanpa menghilangkan kebutuhannya. 1. dengan ikatan hukum Islam, dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana diketahui bahwa perkawinan adalah satu jalan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

Prosiding SNaPP2014Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Sri Turatmiyah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sempurna. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah SWT

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari hukum perdata. dikemukakan oleh Abdul Ghofur Anshori, yaitu hukum perkawinan sebagai

1 Kompilasi Hukum Islam, Instruksi Presiden No. 154 Tahun Kompilasi Hukum Islam. Instruksi Presiden No. 154 Tahun 1991.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam. Sinar Baru al Gesindo, Jakarta. Cet. Ke XXVII. Hal. 374.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ta rif pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan dan pembatasan hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau dalam masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan hanya saja salah satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi dapat juga dipandang sebagai satu jalan menuju perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara yang satu dengan yang lainnya. 1 hal.374 Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi 1 Sulaiman Rasjid,Fikih Islam Hukum Fikih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2010). 1

2 memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. 2 Sebagian orang sering salah dalam menginterprestasikan makna kalimat ( ). Mereka menganggap bahwa kalimat tersebut dapat dijadikan legitimasi bahwa kaum laki-laki memiliki kedudukan yang lebih utama dibanding kaum perempuan. Padahal, pada hakikatnya sama sekali tidak seperti itu. Barang siapa yang ditugaskan untuk melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan memfokuskan seluruh usahanya untuk melaksanakan tugas tersebut 3. Sebenarnya, kalimat berdiri ( ) adalah kebalikan dari makna duduk ( ). Oleh karena itu, yang dimaksud dengan laki-laki sebagai pemimpin adalah laki-laki sebagai pergerakan roda kehidupan dengan tujuan untuk menutupi semua kebutuhan kaum perempuan, menjaga mereka, dan memenuhi semua permintaannya baik yang berbentuk materi maupun pangan. 2 Yayasan penyelenggara penerjemah/penafsir Al-Quran, Al-Qur anulkarim, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media,2005), hal.84 3 Syikh Muttawalli As-Sya rawi, Fikih Perempuan (Muslimah) Busana dan Perhiasan, Penghormatan Atas Perempuan, Sampai Waanita Karier. (Jakarta: Penerbit Amzah, 2005), hal.168

3 Maka yang dimaksud dengan pemimpin di sini adalah sebuah tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. 4 Bagaimanapun usaha keras seorang laki-laki baik sebagai ayah ataupun suami,ia tetap tidak memiliki hartanya tersebut untuk dirinya sendiri. Karena didalam hartanya tersebut,terdapat hak istri dan anak-anak nya. Adapun harta atau materi yang dimiliki kaum perempuan sudah menjadi haknya pribadi. Dan sekalipum istrinya memiliki harta, seorang suami tetap memiliki kewajuban untuk memberikan nafkah kepadanya. Maka kaum perempuan tidak akan menggunakan uang pribadinya untuk kepentingan pribadinya. 5 Berkaitan dengan hidup rumah tangga, setiap orang pasti mengharapkan kehidupan yang layak, membina rumah tangga yang bahagia, hidup rukun dan damai, harmonis dan ideal, memikul tanggung jawab, baik untuk mereka berdua maupun untuk keturunan mereka berdua. 6 Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di perjalanan.oleh karena itu, Islam mengakui adanya kemungkinan terjadinya perselisihan suami istri dan pertentangan dalam lingjungan keluarga, memberikan penyelesaian, memberitahukan berbagai penyebab yang berjalan bersama peristiwa yang terjadi. Islam tidak membiarkan dan mengabaikan atas 4 Ibid 5 ibid 6 Mudhofar Badri, Ihsanuddin dkk, Panduan Pengajaran Fiqh Perempuan Di Pesantren, (Yogyakarta: Yayasan Kesejahteraan Fatayat, 1999), hal 211

4 permasalahan yang timbul didalam keluarga karena pengabaian tidak dapat mengatasi berbagai kesulitan hidup sedikitpun. 7 Selama ini memang persoalan nusyuz terlalu dipandang sebelah mata. Artinya, nusyuz selalu saja dikaitkan istri, dengan anggapan bahwa nusyuz merupakan sikap ketidak patuhan istri terhadap suami, sehingga istri dalam pihak ini selalu dipersalahkan. padahal didalam Al Quran nur karim sudah dijelaskan bahwa bukan saja istri yang dapat dikategorikan nuzus tetapi suami pun dapat juga dikatakan nusyuz 8 Sesuai firman Allah dalam surat an-nisa ayat 128 Artinya Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan 9 Selama ini berlaku penafsiran yang salah, seakan akan yang melakukan nusyuz hanya perempuan saja. Hal ini jarang sekali diluruskan dalam dakwah Islam selama ini. Yang sering disampaikan hanya bagaimana hal. 231 9 7 Ali Yusuf, Fiqih Keluarga, (Jakarta: Hamzah, 2010), hal 299 8 Muhammad Muttawalli As-Sya rawi, Fiqih Wanita. (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), Yayasan Penyelenggara penerjemahan/penafsiran Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Bumi Restu,1974), hal 143

5 istri harus taat kepada suaminya. Jika melanggar ketaatan tersebut, sang istri dicap nusyuz. Sebaliknya, seorang suami yang tidak memberi nafkah dan bersikap acuh tak acuh tidak otomatis disebut melakukan nusyuz. Desa Wates Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur,Indonesia.Potensi masyarakat wates berfariasi diantaranya sebagai pegawai negeri, nelayan, TKW dan petani.tetapi sebagian besar berprofesi sebagai petani. 10 Adapun alasan penulis memilih tempat ini adalah Banyaknya kasus perceraian yang disebabkan karena tidak ada pemberian nafkah oleh suami kepada istri dan juga belum pernah diadakan penelitian yang serupa dilokasi ini. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang Nusyuz Suami Terhadap Istri Menurut Fiqh Berperspektif Gender Dan Hukum Positif di Indonesia.( Study Terhadap Suami Yang Melakukan Nusyuz Di Desa Wates Kabupaten Blitar) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perlu dipertegas kembali rumusan pokok masalah yang akan diteliti. Maka penulis akan merumuskan beberapa hal yaitu: 1. Mengapa terjadi nusyuz suami di desa Wates kabupaten Blitar? 2. Bagaimana akibat nusyuz suami terhadap kehidupan rumah tangga di desa Wates kabupaten Blitar? 10 http://id.m.wikipedia.org/wiki/wates_blitar diakses pada hari selasa 24 desember 2013

6 3. Bagaimana pandangan hukum nusyuz suami menurut fiqh berperspektif gender dan hukum positif di desa Wates kabupaten Blitar? C. Tujuan Adapun tujuan penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu: 1. Untuk mengetahui terjadinya nusyuz suami di desa Wates kabupaten Blitar 2. Untuk mengetahui akibat nuzyus suami terhadap kehidupan rumah tangga. 3. Untuk mengetahui pandangan hukum menurut Fiqh Berperspektif Gender dan hukum Positif di desa Wates Kabupaten Blitar D. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini dimaksutkan akan bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam hal nusyus suami terhadap istri, sebagai bahan pustaka pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengalaman peneliti sebagai akademis dalam dal nusyus suami terhadap istri.

7 b. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini, diharapkan sebagai petunjuk tambahan referensi atau acuan serta bahan pertimbangan bagi para peneliti selanjutnya yang bermaksut mengkaji tema yang sejenis. c. Bagi masyarakat desa Wates kabupaten Blitar Sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat desa Wates mengenai kewajiban memberi nafkah oleh suami kepada istri. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan terjadi pemahaman yang berbeda dengan maksut utama penulis dalam menggunakan kata pada judul maka kiranya perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi variable penelitian. Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut: 1. Penegasan konseptual a. Nusyuz : dalam al-quran terjemah dijelaskan bahwa nusyus adalah meninggalkan kewajiban bersuami istri. Dalam hal ini suami melakukan nusyuz di tandai dengan keluarnya/ tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang merupakan hak istri yaitu mempergauli dengan ma ruf (baik), melaksanakan pembagian dengan adil (bagi yang berpoligami), memberi mahar, nafkah, pakaian, dan biaya-biaya yang lainnya.

8 b. Fiqh : Paham 11 c. Gender :Aspek hubungan sosial yang dikaitkan dengan diferensial seksual pada manusia 12 d. Hukum Positif : Hukum positif adalah kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara Indonesia. 13 e. Undang-Undang No. I Tahun 1974 : hukum yang mengatur pernikahan yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan yang lainnya 14 f. Kompilasi Hukum Islam: merupakan hukum perdata Islam yang didalamnya mengatur keperdataan Islam. 15 g. Undang-Undang No. 23 tahun 2004: hukum yang mengatur kekerasan dalam rumah tangga yang telah disahkan oleh badan legislatif atau unsur pemerintahan yang lainnya 16 2. Penegasan operasional Adapun yang penulis maksut dengan nusyus suami terhadap istri menurut fiqh berperspektif gender dan undang-undang perkawinan adalah 11 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo persada,2009), hal.48 12 http://id.m.wikipedia.org/wiki/gender diakses pada tanggal 20 Mei 2014 13 http://my.opera.com/jawe29/blog/ diakses pada tanggal 1 juli 2014 14 http://bloghukumumum.blogspot.com/2010/04/pengertian-perkawinan-menurutundang.html diakses pada tanggal 1 juli 2014 15 http://bloghukumumum.blogspot.com/2010/04/pengertian-khi-menurut-undang.html diakses pada tanggal 1 juli 2014 16 http://bloghukumumum.blogspot.com/2010/04/pengertian-kdrt-menurut-undang.html diakses pada 1 juli 2014

9 pelanggaran hak hak istri oleh suaminya sendiri dengan tidak memberikan hak istri dari suami. F. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penulisan skripsi ini disusun secara sistematis terbagi atas lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan Penelitian, kegunaan Penelitian, penegasan istilah dan sistimatika Penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini memuat uraian tentang tinjauan pustaka atau buku-buku teks yang berisi teori-teori besar dan teori-teori yang dihasilkan dari peneliti terdahulu yang berhubunga dengan nusyus suami perspektif fiqh gender dan hukum Positif. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian.yang berisi spesi pola/jenis penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data,tehnik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.

10 Bab IV Paparan data/temuan dan Pembahasan Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan mengenai Nusyus Suami Terhadap Istri Menurut Fiqh Gender Dan hukum Positif Di Indonesia Bab V Penutup Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran.temuan-temuan yang didapatkan akan disimpulkan sesuai rumusan masalah.