Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/ atau barang

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT

KAJIAN YURIDIS TERHADAP LEGALITAS PENGOPERASIAN OJEK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

POLEMIK ANGKUTAN UMUM MENGGUNAKAN RODA DUA DI INDONESIA Ratna Arnawatie

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

DAFTAR ISI. SAMPUL DEPAN... i. SAMPUL DALAM... ii. PRASYARATAN GELAR SARJANA HUKUM... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA ANGKUTAN UMUM TRANS SARBAGITA ATAS KESELAMATANNYA : STUDI PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS ( UPT ) TRANS SARBAGITA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar dan berbiaya murah. 1

Kata kunci: GO-JEK, angkutan umum, perlindungan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

Jakarta, h Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.89.

KEHARUSAN PENDAMPINGAN PENASEHAT HUKUM DALAM PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG DIRUGIKAN AKIBAT PRAKTIK PERSEKONGKOLAN DALAM PENGADAAN TENDER

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan transportasi pun juga semakin bertambah. Kendaraan bermotor

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

PENGATURAN POLISI TIDUR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PAKSA BADAN TERHADAP PENANGGUNG PAJAK DALAM PROSES PENAGIHAN PAJAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP KELALAIAN PENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KEMATIAN DALAM KECELAKAAN DI JALAN RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA MASUK BAGI ORANG ASING DI KANTOR IMIGRASI DENPASAR

LEGALITAS KENDARAAN RODA DUA SEBAGAI ANGKUTAN UMUM

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

Kata kunci :Upaya Hukum, Transportasi udara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Kota Bandung)

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

ANALISIS POTENSI PERMINTAAN (DEMAND) ANGKUTAN UMUM PADA KORIDOR JALAN RAYA SESETAN DENPASAR

ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kegiatan pengangkutan baik orang maupun barang telah ada sejak zaman

PENDAFTARAN MEREK : I

ANALISIS YURIDIS MENGENAI KEISTIMEWAAN BAGI PELAKU USAHA KECIL TERKAIT DENGAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI SEBAGAI KENDARAAN UMUM. Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum.

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP LESSEE DALAM HAL OBJEK LEASING MENGANDUNG CACAT TERSEMBUNYI

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN LAYANAN INTERNET BANKING ATAS DATA PRIBADI NASABAH PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KLUNGKUNG

DASAR KUALIFIKASI CURI PATOLOGIS (KLEPTOMANIA) DI DALAM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR (SIM-PKB) PADA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 18 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 56 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 31 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 31 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PARKIR PADA PUSAT HIBURAN BEACHWALK DI KABUPATEN BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

Transkripsi:

KEDUDUKAN HUKUM ANGKUTAN PRIBADI YANG DIPERGUANKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UDNANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Transportasi dan pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Transportasi dibagi menjadi dua, pertama transportasi umum (paratransit) merupakan angkutan yang tidak memiliki rute dan jadwal yang tetap dalam beroprasi di sepanjang rutenya dan yang kedua (masstransit) merupakan angkutan yang memiliki rute dan jadwal yang tetap serta tetap pemberhentiannya yang jelas. Namun tidak jarang terjadi suatu permasalahan dalam transportasi yaitu salah satunya adalah mengenai kedudukan hukumnya. Oleh sebab itu dalam tulisan ini akan membahas mengenai bagaimanakah kedudukan hukum dari kendaraan bermotor roda empat pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum dan bagaimanakah sanksi hukum terhadap penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kata Kunci : Transportasi, Kendaraan Bermotor, Angkutan Umum, Kedudukan Hukum ABSTRACT Transportation and transport are very important field of activity in social life in Indonesia. Transportation is divided into two, the first public transportation (paratransit) is a transport which does not have fixed routes and schedules in its operation along its route and the second one (mass transit) is a transport that has a fixed route and schedule and keeps a clear stoppage. However, it is not infrequently a problem arising in the transportation, one of them is the legal standing. Therefore, in this paper it will be discussed how the legal standing of private motor vehicles used as public transport and how legal sanctions against the use of private cars as public transport in violating Law No. 22 of 2009 on Road Traffic and Transport. Key words : Transportation, Motor Vehicle, Public Transport, Legal Standing

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. 1 Kegiatan dan transportasi memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dan satu tempat (origin or port of call) ke tempat lain atau port of destination, maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan V lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindaham pengiriman barang-barangnya. Pengangkutanpengangkutan tersebut menimbulkan masalah-masalah dalam transportasi yang makin berkembang. Salah satunya adalah mengenai pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Mengenai pengertian kendaraan bermotor tercantum dalam Pasal 1 ayat 8 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan (selanjutnya disebut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009) Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Tetapi dalam perjalanannya angkutan umum resmi banyak mengalami permasalahan transprotasi khususnya persaingan dengan armada kendaraan bermotor pribadi dengan pelat nomor hitam. Kendaraan tersebut tidak dipergunakan sebagai angkutan umum akan tetapi sebagai angkutan pribadi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimanakan kedudukan hukum dari kendaraan bermotor roda empat pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum dan bagaimanakah sanksi hukum terhadap penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum yang melanggar Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga Bandung, h.7. 1 Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti,

penulis dapat memberikan pemahaman terkait permasalahan kedudukan hukum dari kendaraan bermotor roda empat pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum serta mengetahui sanksi hukum yang dapat diterapkan terhadap penggunaan mobil pribadi yang melanggar. II. ISI MAKALAH 2.1 Metodelogi Penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari kegiatan penulisan sebagai suatu sarana untuk mengkomunikasikan penulisan tersebut kepada masyarakat. 2 Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, pada jenis penelitian ini mengkaji dan meneliti peraturan perundang-undangan atau norma yang merupakan patokan manusia dalam berperilaku yang dianggap pantas. 3 2.2 Hasil Dan Pembahasan 2.2.1 Kedudukan Hukum Dari Kendaraan Bermotor Roda Empat Pribadi yang Diperguankan Sebagai Angkutan Umum Angkutan umum atau dapat disebut juga pengangkutan darat merupakan sarana angkutan untuk masyarakat kecil dan menengah agar dapat melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam masyarakat pengangkutan darat harus memperhatikan asas-asas dan tujuan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, fasilitas dan elemen pendukung dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan, asuransi, tarif angkutan dan juga diatur mengenai tanggung jawab pihak pengangkut. Pihak pengangkut adalah pihak-pihak yang melakukan pengangkutan terhadap barang dan penumpang (orang) yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan baik dengan cara carter menurut waktu maupun menurut perjalanan. 4 2 Burhan Ashofa, 2001, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta, h. 132 3 Amiruddin dan H.Zainal Arikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 118 4 Hasim Purba, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, h. 135.

Dalam perjalanannya pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor mulai dipergunakan untuk pelayanan umum selain digunakan untuk pribadi. Angkutan umum untuk kendaraan bermotor roda empat di darat seperti bus kota atau antar kota/pulau, mikrolet, taksi, angguna (angkutan serba guna), angkudes (angkutan pedesaan) dan sebagainya mulai banyak dijumpai seiring dengan waktu. Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu peraturan hukum oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah tentang lalu lintas dan angkutan jalan umum (UULLAJ). Yang diatur dalam ijin trayek, ijin usaha angkutan, ijin operasional, kelayakan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan. 2.2.2 Sanksi Hukum Terhadap Penggunaan Mobil Pribadi Sebagai Angkutan Umum yang Melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pengaturan mengenai penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum lebih lanjut akan diatur mengenai sanksi-sanksi hukum yang akan diterapkan kepada yang melanggar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009. Pasal 173 ayat (1) menyebutkan bahwa kendaraan tanpa izin trayek tidak memiliki ijin menyelenggarakan angotan orang dalam trayek dikenakan sanksi denda Rp. 500.000. Pasal 308 huruf c menyebutkan bahwa izin trayek menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dalam pasal 173 dikenakan denda sebanyak Rp. 500.000. Sesuai dengan pasal 304 Undang-undang No. 22 tahun 2009 menyebutkan bahwa dalam penyalahgunaan izin kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu, tapi menaikan atau menurumkan penumpang lain sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain dikenakan denda sebesar Rp. 250.000. Sanksi-sanksi hukum yang akan diterapkan tersebut bertujuan untuk meminimalisasi pelanggaran kendaraan bermotor roda empat, dimana sebelumnya telah diatur mengenai syarat-syarat bagi pengguna kendaraan bermotor roda empat pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum.

III. KESIMPULAN 1. Kedudukan hukum angkutan pribadi sebagai angkutan umum sebagai bentuk penyalahgunaan dan pelanggaran UU No. 22 tahun 2009 dapat dikenakan sanksi denda sesuai dengan pasal 173 ayat (1) sebesar Rp. 500.000.dan pasal 304 Undang-undang No. 22 tahun 2009 dikenakan denda sebesar Rp. 250.000. 2. Sanksi hukum yang dapat diterapkan kepada kendaraan bermotor roda empat pribadi, maka akan dikenakan sanksi hukum yaitu sanksi hukum administratif dan saksi hukum pidana. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Citra Aditya Bakti, Bandung Burhan Ashofa, 2001, Metode Penelitian Hukum, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Amiruddin dan H.Zainal Arikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hasim Purba, 2005, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.