ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA)"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 3 (2014) Copyright 2014 ANALISIS YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN KENDARAAN PRIBADI YANG TIDAK MEMPUNYAI IZIN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM (STUDI DI KOTA SAMARINDA) Abstrak Fenny Herlambang 1 (Herlambangfenny@yahoo.co.id) Mahendra Putra Kurnia 2 (mp_sheva@yahoo.co.id) Erna Susanti 3 (r_nas77@rocketmail.com) Transportasi merupakan sarana yang di butuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk angkutan dengan demikian transportasi atau angkutan dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan penumpang/pengiriman barang. Permasalahan yang diteliti adalah tentang banyaknya kendaraan pribadi serta kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya tanggung jawab dan optimalisasi terhadap kendaraan pribadi yang tidak mempunyai izin sebagai angkutan umum yang di tinjau dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan yang sebagaimana mestinya telah di atur sesuai Undang-Undang tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan Keberadaan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum di Kota Samarinda banyak didapati dikarenakan kurangnya keinginan para pemilik kendaraan pribadi untuk mengurus izin trayek yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan praktek pengangkutan penumpang, hambatan-hambatan antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan terdapat upaya preventif dan upaya represif yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan jalan Kata Kunci;Kendaraan Pribadi, Izin, Angkutan Umum 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2

3 JURIDICAL ANALYSIS OF EXISTENCE PERSONAL VEHICLE WITHOUT PERMISSION AS A PUBLIC TRANSPORT (STUDY IN SAMARINDA) Fenny Herlambang 4 (Herlambangfenny@yahoo.co.id) Mahendra Putra Kurnia 5 (mp_sheva@yahoo.co.id) Erna Susanti 6 (r_nas77@rocketmail.com) Abstract Transportation is needed for many people since ancient time many activities realized in the form of freight transport or transport the carrier generating services for people who require the transfer of passenger / freight. The problem under study is about the number of private vehicles and obstacles encountered in the optimization effort and responsibility on private vehicles that are unlicensed as public transport in the review of the Law Act Number 22 Year 2009 about traffic and road transport as it should has been set as the Law Act. This research uses empirical research juridical law by using two approaches, namely research approach legislation and conceptual approaches. Data collected by field research is conducted interviews to the parties concerned and the research literature.the data collected will then be analyzed in the form of a sentence descriptions regular, systematic and logical. Based on research, the authors suggest existence of private vehicles as public transport in the city of Samarinda a common sight due to the lack of desire of the owners of private vehicles to take care of route permit is required as a condition to practice transporting passengers, among other barriers such as lack of information and communication to the public about socialization of Law Act Number 22 Year 2009 on Road Traffic and Transportation, particularly on public transport and the lack of ability of law enforcement agencies in carrying out the task and there are preventive measures and efforts undertaken repressive Traffic Office and road. Keywords: Personal vehicles, Permission, Public vehicles 4 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 5 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 6 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Pendahuluan Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan / atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Mengenai jalurnya bisa melalui udara seperti pesawat terbang, laut atau perairan seperti kapal atau perahu, dan darat seperti mobil, pedati dan sebagainya. Kegiatan dari transportasi memindahkan barang (commodity of goods) dan penumpang dari satu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain atau (port of destination), maka dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau dengan perkataan lain produksi jasa bagi masyarakat yang membutuhkan sangat bermanfaat untuk pemindahan/ pengiriman barang-barangnya. Pengangkutan-pengangkutan tersebut menimbulkan masalah-masalah dalam transportasi yang makin berkembang. Salah satunya adalah mengenai pengangkutan darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sejak mesin motor ditemukan, era pengangkutan dengan kendaraan bermotor lambat laun mulai dipergunakan dan dibutuhkan oleh banyak orang. Mengenai pengertian kendaraan bermotor tercantum dalam Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (selanjutnya disebut UULLAJ) Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. Dalam perjalanannya pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor mulai dipergunakan untuk pelayanan umum selain digunakan untuk pribadi. Angkutan 2

5 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) umum untuk kendaraan bermotor roda empat di darat seperti bis kota atau antar kota atau antar pulau, mikrolet, taksi, angguna (angkutan serba guna), angkudes (angkutan pedesaan), dan sebagainya mulai banyak dijumpai seiring dengan waktu. Hal tersebut akhirnya diatur oleh suatu peraturan hukum oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah tentang lalu lintas dan angkutan jalan umum (UULLAJ). Yang diatur dalam izin trayek, izin usaha angkutan, izin operasional, kelaikan angkutan untuk umum beserta persyaratan lain yang ditentukan. Dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi dasar dalam penyusunan skripsi. Adapun perumusan masalahnya adalah Mengapa banyak kendaraan pribadi dipergunakan sebagai angkutan umum di kota Samarinda, apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum, dan apa upaya yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum. Agar penulisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu ditetapkan tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penyebab banyaknya kendaraan pribadi dipergunakan sebagai angkutan umum di Kota Samarinda, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum, untuk mengetahui upaya yang dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam menertibkan mobil pribadi sebagai angkutan umum. 3

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Metodologi dalam penelitian ini mencantumkan jenis penelitian Yuridis Empiris, pendekatan penelitian Live Case Study, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisa data terdiri dari analisa kualitatif yaitu data yang diperoleh baik dari penelitian lapangan maupun dari penelitian kepustakaan sehingga akan menjawab permasalahan yang ada dan analisa kuantitatif yaitu data merupakan gejala yang terdiri dari angka-angka yang diambil dengan metode yang cermat dan teliti yang mempunya hubungan antar variabel yang sangat jelas. Pembahasan Keberadaan Kendaraan Bermotor Pribadi Yang Digunakan Sebagai Angkutan Umum. Mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum banyak menyalahi ketentuan UULLAJ serta merugikan masyarakan dan negara sebenarnya menyalahi ketentuan UULLAJ, karena mobil tersebut ditujukan untuk penggunaan pribadi, bukan sebagai angkutan umum. angkutan tersebut juga tidak mempunyai ijin serta didaftarkan secara sah sebagai angkutan umum. Peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan yang terdapat dalam angkutan tersebut sebagai jaminan utama keselamatan bagi penumpang sangat meragukan. Ini dikarenakan angkutan tersebut belum menjalani ketentuanketentuan sebagai angkutan umum dan ijin dari DLLAJR. Masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan tersebut sebenarnya dirugikan selain semakin diuntungkan dengan semakin banyaknya alternatif sarana angkutan. Merugikan bagi pengguna jasa tersebut, apabila timbul permasalahan dari angkutan tersebut. Awak dan pemilik/ pengusaha angkutan 4

7 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) tersebut cenderung lepas tangan menghindar dari tanggung jawab bila terjadi sesuatu pada penumpang. Dapat bertindak sewenang-wenang kepada pengguna jasa dimana awak angkutan dapat mengabaikan tata cara pengangkutan penumpang dan tarif penumpang yang dtentukan dalam UULLAJ. Dalam angkutan ini awak dan pemilik/pengusaha angkutan banyak yang tidak memberikan ganti rugi apabila pengguna jasa mengalami musibah yang timbul dari pengangkutan tersebut. Pengguna jasa tidak mendapat asuransi, karena angkutan tersebut tidak diakui secara sah sebagai angkutan umum resmi oleh Jasa Raharja. Sehingga akibatnya pengguna jasa tidak dapat mengajukan klaim ganti rugi pada Jasa Raharja, apabila awak dan pengusaha angkutan tersebut lepas tangan dan tidak mau memberikan ganti rugi. Pada awak dan pemilik/ pengusaha angkutan umum tidak bisa terlepas dari tanggungjawabnya sebagai pengangkut sebagaimana tercantum dalam Pasal 1365 Kitab Undangundang Hukum Perdata (KUHPerdata) selain diatur dalam UULLAJ. Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Berdasarkan Pasal 3 PERDA Nomor 3 Tahun 2012 tentang Retribusi Perijinan Tertentu menyebutkan bahwa dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi atas pemberian izin untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah. Dalam hal ini daerah dirugikan karena tidak memperoleh retribusi pendapatan atas beroperasinya angkutan umum dan juga Daerah tidak bisa memantau keberadaan jumlah angkutan umum 5

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 yang sebenarnya untuk pengendalian dan pengawasan bagi angkutan umum yang diijinkan beroperasi. Sementara dari tahun ke tahun, jumlah mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum semakin bertambah. Apabila dibiarkan terus menerus pengguna jasa angkutan tersebut tidak mempunyai jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban angkutan umum menurut UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan perlindungan hukum, karena angkutan itu tidak mengikuti ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban yang ditentukan oleh UULLAJ. Ditambah pula tidak ada jaminan tanggung jawab dan ganti kerugian dari awak dan pemilik/ pengusaha angkutan tersebut terhadap pengguna jasa angkutan itu. Angkutan tersebut keberadaannya meresahkan angkutan umum resmi berplat kuning. Akibatnya bisa timbul persengketaan dalam hal penumpang akibat penyerobotan penumpang oleh mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. sehingga rawan memicu perkelahian antar awak angkutan umum resmi berplat kuning dengan awak angkutan umum ilegal berplat hitam. Kendalakendala yang Dihadapi Oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Dalam Menertibkan Keberadaan Kendaraan (Mobil) Pribadi Sebagai Angkutan Umum di Kota Samarinda. Dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di bidang angkutan umum, khusus terhadap mobil pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum tidak resmi, pihak DLLAJR dan Satuan Polisi Lalu Lintas mengalami hambatan-hambatan, antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat mengenai mobil pribadi sebagai angkutan umum menurut Undang-undang dan Peraturan Pemerintah mengenai lalu lintas dan 6

9 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) angkutan jalan raya (UULLAJ) dan kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas. Yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Samarinda, makin menjamurnya mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi di jalan raya oleh pemilik/ pengusaha angkutan tersebut, bisa jadi oleh karena kurang genjarnya sosialisasi UULLAJ. Sosialisasi tersebut berupa komunikasi dan informasi mengenai ketentuan-ketentuan angkutan umum berdasarkan UULLAJ oleh pihak DLLAJR kepada pemilik/ pengusaha angkutan umum. Akibat kurang gencarnya sosialisasi tersebut oleh pihak DLLAJR, maka banyak pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi berplat hitam sebagai angkutan umum. mereka belum mengerti dan memahami mengenai ketentuan dan persyaratan angkutan umum resmi beserta tindak pidana bagi yang melanggarnya menurut UULLAJ. Sehingga pemilik/ pengusaha mobil angkutan umum plat hitam dengan bersikap masa bodoh tetap mengoperasikan angkutannya, berdasarkan hasil wawancara dengan Ir. H. Agus Tri Sutanto, MT alasan dari pemilik atau pengusaha mobil angkutan umum belum mendengar sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum, disamping itu bagi pemilik/ pengusaha untuk mengurus perizinan angkutan umum resmi merasa prosedur perizinan berbelit-belit atau tidak mengerti harus kemana mereka mengurusnya. 7 Karena itu perlu bagi pihak DLLAJR untuk mensosialisasikan UULLAJ mengenai angkutan umum kepada pemilik/ pengusaha yang menjalankan mobil pribadi sebagai angkutan umum untuk menghentikan kegiatannya. Disamping itu 7 Hasil wawancara terhadap Ir. H. Agus Tri Sutanto, MT, Hari Selasa, Tanggal 04 Pebruari 2014, Pukul WITA. 7

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 mengurus perizinan angkutan umum yang sah menurut UULLAJ kepada pihak DLLAJR. Dalam sosialisasi UULLAJ mengenai angkutan umum pihak DLLAJR dapat bekerja sama dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian untuk mensosialisasikan kepada pemilik/ pengusaha angkutan. Dengan adanya sosialisasi UULLAJ yang gencar dan terus menerus mengenai angkutan umum oleh aparat yang berwenang dibidang angkutan jalan kepada pemilik/ pengusaha angkutan agar menjadi paham dan mengerti serta mematuhi dan melaksanakannya. Mereka tidak bisa mencari alasan-asalan lagi mengenai pelanggaran angkutan tersebut, karena sudah dianggap paham dan mengerti mengenai ketentuan UULLAJ mengenai angkutan umum yang resmi beserta prosedur perijinannya. Yang dilakukan Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Samarinda, berdasarkan penjelasan dari Kompol Didik Hariyanto, SIK kemampuan aparat penegak hukum khususnya Satuan Polisi Lalu Lintas Kota Samarinda dalam melaksanakan tugas Untuk menanggulangi dan mencegah mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum, dibutuhkan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan. Aparat yang berwenang melakukan penyidikan dalam hal ini adalah pihak kepolisian dan DLLAJR, dimana keduanya diberi tugas sebagai penyidik tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan oleh negara. Diatur dalam Pasal 262 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang pada intinya mengatur bahwa Penyidik Pegawai Negeri Sipil juga berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus; 8

11 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum; melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi Kendaraan Bermotor di tempat penimbangan yang dipasang secara tetap; melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian Kendaraan Bermotor, dan perizinan; dan/atau melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutan umum atas pelanggaran dengan membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan. Aparat tersebut adalah pihak Kepolisian untuk menindak tegas pelanggaran tersebut karena tidak sesuai dengan UULLAJ. Tetapi pelanggaran tersebut tetap berlangsung bahkan semakin banyak saja setiap tahun, seolaholah pihak Kepolisian tidak berdaya untuk mengatasinya. Ditegaskan kembali oleh Kompol Didik Hariyanto, SIK, Masih banyaknya pelanggaran tersebut ini merupakan bukti bahwa kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas masih kurang. Keterbatasan jumlah personel yang berwenang dalam pengawasan dan penindakan terhadap angkutan umum tidak resmi plat hitam menjadi kendala. Jumlah personel yang terbatas tidak maksimal untuk memberantas angkutan tersebut secara keseluruhan. Penegakan hukum yang tidak tegas dan tidak konsisten juga turut mengurangi kemampuan aparat penegak hukum yang berwenang dibidang angkutan jalan dalam melaksanakan 9

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 tugas. Seperti razia operasi terhadap angkutan umum tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja oleh aparat. Dimana tidak semua mobil pribadi plat hitam digunakan untuk digunakan sebagai angkutan umum yang beroperasi terjaring razia oleh aparat. Walaupun angkutan tersebut terjaring razia operasi, sebagian dari mereka yang tertangkap sudah kembali beroperasi. Seharusnya aparat yang berwenang lebih banyak membentuk pos pengawasan di setiap titik wilayah yang sering dilalui oleh angkutan umum plat hitam tersebut. disamping itu aparat yang berwenang seharusnya menyebarkan intel dalam mengawasi dan menindak angkutan umum tersebut pada tiap-tiap jalur yang sering dilalui olehnya. Selain itu oknum aparat memberikan toleransi kepada angkutan tersebut dengan menarik pungutan-pungutan liar (pungli) di tempat tertentu sehingga mengurangi kemampuan aparat yang berwenang dalam melaksanakan tugas penegakan hukum. Pungli termasuk perbuatan yang memperkaya diri sendiri tanpa hak atau tidak halal, yang dapat diklasifikasikan sebagai korupsi. Apabila masalah pungli ini tidak ditangani secara struktural dan bersistem, dikhawatirkan akan terus berlanjut, sehingga menjadi beban masyarakat dan akhirnya membudaya yang sulit diberantas. 8 Kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menindak pelanggaran tersebut harus benar-benar dimaksimalkan dan ditingkatkan lagi. Dituntut lebih pintar, profesional, serta tangguh dalam melaksanakan tugasnya memberantas dan menertibkan angkutan umum plat hitam. Karena itu perlu adanya pembinaan 8 Abdulkadir Muhammad I. Op.Cit., hal

13 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) mental dan keahlian tiap individu personel aparat secara kontinyu dalam meningkatkan profesionalismenya. 9 Upaya Hukum Yang Dilakukan Oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Terhadap Penggunaan Keberadaan Kendaraan (mobil) Pribadi Sebagai Angkutan Umum di Kota Samarinda. Upaya Hukum Preventif, pada perlindungan hukum preventif ini subjek hukum diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitive. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa, perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi. Upaya hukum preventif yang dimaksud disini adalah upaya yang dilakukan oleh aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam penegakan atas penyimpangan yang terjadi kendaraan pribadi yang tidak memiliki ijin sebagai angkutan umum di Kota Samarinda seperti tidak dilengkapi dengan perijinan meliputi ijin usaha, trayek dan operasi angkutan umum, kemudian mobil pribadi yang digunakan sebagai angkutan umum tidak memiliki asuransi terhadap penumpangnya. Berdasarkan hal tersebut upaya-upaya preventif yang dilakukan oleh aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yakni melakukan penyuluhan terhadap angkutan umum yang tidak resmi tentang syarat-syarat sebagai angkutan umum sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang 9 Hasil wawancara terhadap Kompol Didik hariyanto, SIK, Hari Selasa, Tanggal 04 Pebruari 2014, Pukul WITA. 11

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, memberikan pelatihan penegakan hukum bagi aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, membuat dan menerbitkan buku-buku pedoman tentang angkutan umum. Hal lain yang harus dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah seperti pembuatan baliho mengenai pemberitahuan pelarangan penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat melakukan tindakan penjagaan ditempat berkumpulnya mobil pribadi sebagai angkutan umum dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula dilakukan teguran secara lisan terhadap supir-supir yang belum mematuhi aturan atau memenuhi syarat-syarat menjadi angkutan resmi menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Upaya Hukum Represif perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak 12

15 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) asasi manusia dapat menjadi tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari negara hukum. Contoh kasus yang dapat dilihat disini, ada banyak jasa travel di Samarinda yang belum mengantongi izin trayek resmi sehingga pada Tanggal 14 September 2013 bertempat di Pos Patwal Jembatan Mahakam dilakukan razia taksi gelap yang mengangkut penumpang menuju Bandara Sepinggan Balikpapan dan Satlantas Polresta Samarinda menindak langsung 42 Unit taksi liar yang beroperasi pada saat itu. Sebagian Taksi-taksi gelap tersebut ada yang ditilang dan sebagian lagi ditahan dikarenakan tidak memiliki surat-surat lengkap dan izin trayek untuk mengangkut penumpang, taksi-taksi gelap yang ditilang dikenakan denda rata-rata berkisar antara Rp ,- (Seratus Ribu Rupiah) sampai dengan Rp ,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah) sesuai dengan pelanggaranpelanggaran yang dilakukan. 10 Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak taksi-taksi yang tidak resmi dan tidak memiliki izin trayek bebas berkeliaran di Kota Samarinda untuk mengangkut penumpang dari Samarinda ke beberapa daerah yang berada di Kalimantan Timur. Praktek pengangkutan penumpang yang dilakukan oleh taksi liar yang tidak memiliki izin trayek sangat meresahkan taksi resmi berplat kuning yang memiliki izin trayek karena penumpang lebih memilih menggunakan jasa taksi gelap yang tarifnya cenderung lebih murah dibandingkan taksi resmi. Karena hal itu juga daerah khususnya Kalimantan Timur dirugikan sebab taksi gelap tidak memberikan retribusi kepada 10 Kaltim Post, Travel Tak Berizin = Taksi Gelap, diunduh dari yang diakses pada Hari Senin, 17 Pebruari 2014 Pukul WITA. 13

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Daerah. Selain itu dapat kita lihat jika terjadi kecelakaan hak penumpang disini untuk mendapatkan asuransi tidak terpenuhi dikarenakan taksi gelap tidak melindungi atau menyertakan penumpangnya dalam asuransi kecelakan serta dapat bertindak sewenang-wenang dalam hal tarif penumpang dan tata cara pengangkutan penumpang. Berdasarkan sanksi yang diberikan terhadap taksi-taksi gelap yang terjaring razia yang hanya dikenakan denda tilang Rp ,- (Seratus Ribu Rupiah) sampai dengan Rp ,- (Tiga Ratus Ribu Rupiah) dianggap kurang memberikan efek jera terhadap para supir taksi gelap karena nominal denda tersebut belum memenuhi syarat menurut Pasal 308 yang berbunyi dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (Lima Ratus Ribu Rupiah) dan juga tidak ada parameter atau ukuran yang menentukan besaran hukuman pidana dan denda yang diberikan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh supir taksi gelap. Penutup Berdasarkan analisa terhadap permasalahan yang timbul dari keberadaan kendaraan (mobil) pribadi sebagai angkutan umum, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu keberadaan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum di Kota Samarinda banyak didapati dikarenakan kurangnya keinginan para pemilik kendaraan pribadi untuk mengurus ijin-ijin trayek yang diperlukan sebagai syarat untuk melakukan praktek pengangkutan penumpang seperti yang disebutkan Berdasarkan Pasal 173 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang berbunyi Perusahaan angkutan umum yang 14

17 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) menyelenggarakan angkutan orang dan / atau barang wajib memiliki ; 1. Izin penyelenggaran angkutan orang dalam trayek, 2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek ;dan / atau, 3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat. Bahwa Satuan Polisi lalu lintas Kota Samarinda dan Dinas Perhubungan kota Samarinda dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi di bidang angkutan umum, khususnya terhadap mobil pribadi yang dipergunakan sebagai angkutan umum mengalami hambatan-hambatan antara lain seperti kurangnya informasi dan komunikasi kepada masyarakat tentang sosialisasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, khususnya mengenai angkutan umum dan kurangnya kemampuan aparat penegak hukum dalam melaksanakan tugas menjadi hambatan oleh Dinas Perhubungan dan Satuan polisi Lalu Lintas dalam rangka penertiban angkutan umum tersebut. Upaya Preventif dan Upaya Represif, Upaya Preventif yakni, melakukan penyuluhan terhadap angkutan umum yang tidak resmi tentang syarat-syarat sebagai angkutan umum sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, memberikan pelatihan penegakan hukum bagi aparat-aparat penegak hukum khususnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, membuat dan menerbitkan buku-buku pedoman tentang angkutan umum. Hal lain yang harus dilakukan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah seperti pembuatan baliho mengenai pemberitahuan pelarangan penggunaan mobil pribadi sebagai angkutan umum dan agar upaya penertiban dapat berjalan secara efektif maka Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat melakukan tindakan 15

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 penjagaan ditempat berkumpulnya mobil pribadi sebagai angkutan umum dan apabila hal tersebut belum efektif dapat pula dilakukan teguran secara lisan terhadap supir-supir yang belum mematuhi aturan atau memenuhi syarat-syarat menjadi angkutan resmi menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Upaya Represif yakni memberikan sanksi apabila melanggar Pasal 308 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berbunyi Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (Lima Ratus Ribu Rupiah). Berdasarkan kenyataankenyataan tersebut diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa pemikiran sebagai saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pemilik/ pengusaha angkutan, masyarakat dan pemerintah/ aparat penegak hukum dalam menyikapi keberadaan mobil pribadi yang dijadikan angkutan umum. Adapun saran-saran adalah Pemilik/ pengusaha angkutan plat hitam diminta segera menghentikan dan menyadari pengoperasian angkutan tersebut bisa berdampak merugikan masyarakat dan negara. Selain itu pemilik/ pengusaha angkutan dihimbau untuk segera mengurus perizinan angkutan umum serta memenuhi ketentuanketentuan angkutan umum menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ini dimaksudkan agar mereka tidak terlibat masalah dikemudian hari, lalu masyarakat diharapkan tidak menggunakan jasa angkutan tersebut, karena angkutan itu tidak mempunyai tanggung jawab dan jaminan asuransi serta ganti kerugian apabila terjadi musibah. Boikot 16

19 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) terhadap angkutan tersebut dapat dilakukan masyarakat dalam menanggulangi keberadaan angkutan umum plat hitam. Pemerintah bersama aparat penegak hukum yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan yaitu pihak Kepolisian dan DLLAJR harus secara kontinyu melakukan pengawasan dan razia operasi terhadap angkutan umum plat hitam dalam rangka penertiban angkutan umum. Selain itu pembinaan mental dan keahlian aparat harus ditingkatkan. Bertindak konsisten terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada. Disini dibutuhkan sikap tegas aparat khususnya dalam melakukan law enforcement terhadap pengelola sarana transportasi ilegal sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disamping itu mempermudah administrasi dan menekan biaya perizinan angkutan umum semaksimal mungkin. Daftar Pustaka A. Buku Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Grafindo Persada, Jakarta. CST Kansil dan Christine Kansil, 2000, Pengantar Ilmu Hukum, Balai Pustaka, Jakarta. Hadjon, Philipus M., 1999, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Gadjah Mada Universitas Press, Yogyakarta. Ichsan, Achmad, 1996, Hukum Perdata IA, Pembimbing Masa, Jakarta. Kusuma, Haliman Hadi, 1995, Metode Pembuatan Kertas atau Skripsi Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. MA, Saifudin Azwar, 2001, Metode Penelitian, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Machmudin, Dudu Duswara, 2001, Pengantar Ilmu Hukum Sebuah Sketsa, P.T Refika Aditama, Bandung. Muhammad, Abdul Kadir, 1991, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya Bakti, Bandung. Nasution, AZ, 2000, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 17

20 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 3 Purwosujipto, 1995, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Jilid 3 Hukum Pengangkutan, Djambatan, Jakarta. Sunggono, Bambang, 2006, Metedologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekanto, Soejono, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta. Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta. Tjakranegara, Soegijanta, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta, Jakarta. B. Peraturan Perundang Undangan Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1993 tentang Kendaraan dan pengemudi. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan. C. Dokumen Skripsi dan Tesis Siregar, Yovianko Salomo P, 2011, Analisa Dugaan Penerapan Tarif Bawah Taksi di Provinsi DKI Jakarta Menurut Hukum Persaingan, Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Kegiatan Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok. Nursetyo, Oktaf Drajad, 2012, Penggunaan Kendaraan Perseorangan Sebagai Angkutan Umum Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Surabaya. Rosinta, 2013, Tinjauan Hukum Terhadap Angkutan Taksi Gelap Di Bandara Sepinggan Balikpapan, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda. 18

21 Analisis Yuridis Terhadap Keberadaan Kendaraan (Fenny Herlambang) D. Artikel dan Jurnal Balikpapan Pos, Taksi Gelap Merajalela, diunduh dari , yang diakses tanggal 10 September 2013 Pukul WITA. Kaltim Post, Travel Tak Berizin = Taksi Gelap, diunduh dari yang diakses pada hari Senin, 17 Pebruari 2014 Pukul WITA. Terkini News, Warga Diimbau Tak Gunakan Taksi Gelap, yang diakses tanggal 7 Oktober 2013 pukul WITA. 19

BAB I PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/ atau barang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/ atau barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang

I. PENDAHULUAN. Pengangkutan terbagi dalam dua hal, yaitu pengangkutan orang dan/atau barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak jaman dahulu dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan terbagi

Lebih terperinci

Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana KEDUDUKAN HUKUM ANGKUTAN PRIBADI YANG DIPERGUANKAN SEBAGAI ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN UNDANG-UDNANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN. Abstrak

TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN. Abstrak TINJAUAN HUKUM TERHADAP ANGKUTAN TAKSI GELAP DI BANDARA SEPINGGAN BALIKPAPAN Abstrak Rosinta, Nim 0810015062, Tinjauan Hukum Terhadap Angkutan Taksi Gelap di Bandara Sepinggan Balikpapan. Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website : PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DALAM HAL KENYAMANAN, KEAMANAN DAN KESELAMATAN DI KOTA SEMARANG Aldino Marfy*, Bambang Eko T, Dewi Hendrawati Program Studi S1 Ilmu Hukum,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan ketertiban umum khususnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TERMINAL ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DALAM KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia untuk menunjang berbagai kegiatan sehari-hari. Alat transportasi dalam pengelompokannya dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUKABUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang keselamatan lalu lintas

Lebih terperinci

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 1

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 1 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT Oleh : I Gusti Agung Ayu Laksmi Astri I Dewa Made Suartha Bagian Hukum Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Jurnal ini berjudul

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN GRESIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak

Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang. Ati Yuniati. Abstrak Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 6 No. 1 Januari-April 2012, ISSN 1978-5186 Peran Dinas Tata Kota Bandar Lampung Dalam Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Ati Yuniati Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENGUJIAN TIPE, SERTIFIKASI SPESIFIKASI TEKNIS KENDARAAN BERMOTOR, KERETA GANDENGAN DAN KERETA TEMPELAN DENGAN

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES MASUKNYA GADGET ILEGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN DI KOTA BALIKPAPAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES MASUKNYA GADGET ILEGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN DI KOTA BALIKPAPAN JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 4 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES MASUKNYA GADGET ILEGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN BADAN JALAN SEBAGAI LAHAN PARKIR ( STUDI DI KOTA SAMARINDA)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN BADAN JALAN SEBAGAI LAHAN PARKIR ( STUDI DI KOTA SAMARINDA) JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 1 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGGUNAAN BADAN JALAN SEBAGAI LAHAN PARKIR ( STUDI

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS - 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperlukan adanya peran serta antara Dinas Perhubungan yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Diperlukan adanya peran serta antara Dinas Perhubungan yang berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi yang semakin maju, semakin berkembang pula tingkat mobilitas masyarakat dalam kegiatan dan akitivitas sosialnya.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN UNTUK ANGKUTAN HASIL TAMBANG HASIL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau barang yang peruntukannya untuk umum atau pribadi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tranportasi merupakan sarana yang dibutuhkan banyak orang sejak dahulu hingga sekarang, dalam melaksanakan kegiatannya yang diwujudkan dalam bentuk angkutan. Pengangkutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN 201009 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. BUPATI TAPIN, bahwa perizinan dibidang

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA KEBERADAAN KENDARAAN BERMOTOR (MOBIL) PRIBADI SEBAGAI ANGKUTAN UMUM DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KABUPATEN SUMENEP Sjaifurrachman Dosen Fakultas

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO. 22 TAHUN 2009 BAGI WARGA DESA TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL Anis Widyawati Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 11 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi lalu lintas di jalan raya semakin padat, bahkan bisa dibilang menjadi sumber kekacauan dan tempat yang paling banyak meregang nyawa dengan sia-sia. Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5346 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS Disusun oleh: RAKHMAT PONCO NUGROHO C 100 000 041 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KELAS JALAN, PENGAMANAN DAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Jakarta, h Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.89.

Jakarta, h Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.89. 1 PENEGAKAN HUKUM PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR OLEH I PUTU ADITYA WIBAWA Prof. Dr. I KetutRaiSetiabudhi, SH.,MS A.A. NgurahWirasila, SH.,MH Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN MUATAN MOBIL BARANG YANG BEROPERASI DI JALAN KABUPATEN DAN JALAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK S A L I N A N NOMOR 6/E, 2006 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi yang baik, berupa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN BARANG ATAU ALAT BERAT YANG MELEBIHI KELAS JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN BARANG ATAU ALAT BERAT YANG MELEBIHI KELAS JALAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN BARANG ATAU ALAT BERAT YANG MELEBIHI KELAS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah

TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK. Tahun. retribusi kewenangan. Daerah PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

Foto 5. public adress Foto 7. public adress LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 2. Pedoman wawancara 3. UU No.22 tahun 2009 4. Surat Telegram Kapolres Bantul No:ST/598/X/2011 5. Surat Ijin Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Foto 1.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA [[ PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA ADANYA SUATU PERJANJIAN TERTULIS ( STUDI DI KOTA SAMARINDA )

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA ADANYA SUATU PERJANJIAN TERTULIS ( STUDI DI KOTA SAMARINDA ) JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 5 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT DALAM PENGANGKUTAN BARANG MELALUI TRANSPORTASI AIR TANPA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN LALULINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a. bahwa kewenangan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 57 2001 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IZIN TRAYEK ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIZINAN ANGKUTAN DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR : 23 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ANGKUTAN BARANG PADA JEMBATAN TIMBANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ANGKUTAN BARANG PADA JEMBATAN TIMBANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ANGKUTAN BARANG PADA JEMBATAN TIMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a bahwa

Lebih terperinci

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara No. 593, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bentuk, Ukuran, dan Tata Cara Pengisian Blangko Bukti Pelanggaran oleh PPNS di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 1 PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2000 Oleh Desak Nyoman Oxsi Selina Ibrahim R I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar Lampung) 1 ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELANGGARAN YANG MENGAKIBATKAN TERGANGGUNYA FUNGSI JALAN (Studi Wilayah Hukum Polresta Bandar ) Dani Aji Nugraha, Eko Raharjo, Rinaldy Amrullah. Program Studi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM 2.1 Pengangkut 2.1.1 Pengertian pengangkut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah pengangkut adalah (1) orang yang mengangkut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH I Made Sugiarta Nugraha I Wayan Parsa I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN TERMINAL PENUMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa peranan transportasi memiliki posisi yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menunjang kelancaran pelayanan kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya menunjang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci