TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

Gambar 4. Perubahan Jumlah Daun Rumput Raja (A) dan Rumput Taiwan (B) pada Berbagai Dosis Pemberian Dolomit

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN DOLOMIT TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS RUMPUT RAJA DAN RUMPUT TAIWAN PADA TANAH LATOSOL CIAMPEA BOGOR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

TINJAUAN PUSTAKA. Sekilas Tentang Tanah Andisol. lapisan organik dengan sifat-sifat tanah andik, mana saja yang lebih

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

DASAR-DASAR ILMU TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

DASAR-DASAR ILMU TANAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Tanah Podsolik

II TINJAUAN PUSTAKA. Rumput Raja (Pennisetum purpuroides) dapat dilihat. pada Gambar 1. Gambar 1. Morfologi Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

MATERI-8. Unsur Hara Makro: Kalsium & Magnesium

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Terhadap Produksi Rumput Gajah Taiwan (Pennisetum Purpureum Schumach)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Melon ( Cucumis melo L) merupakan salah satu jenis sayuran buah yang memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

KEMASAMAN TANAH. Wilayah tropika basah. Sebagian besar tanah bereaksi masam. Kemasaman tanah menjadi masalah utama

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

I. TINJAUAN PUSTAKA. Rumput gajah ( Pennisetum purpureum Schaum) berasal dari Afrika,

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

2. Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Raja (Pennisetum purpureum Schumach x Pennisetum typhoides Burm.) Rumput raja merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach) dengan Pennisetum typhoides Burm. Rumput raja adalah jenis tanaman perenial yang membentuk rumpun, daya adaptasi yang baik di daerah tropis, dapat tumbuh di dataran rendah dan tinggi (50-1200 m dpl), tumbuh baik pada tanah yang tidak terlalu lembab dengan curah hujan di atas 1000 mm per tahun dan didukung dengan irigasi yang baik. Pertumbuhan awal rumput raja lebih lambat dan memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkan dengan rumput gajah, namun memiliki pertumbuhan yang cepat mengalahkan rumput gajah (BPTHMT Baturaden, 1989). Rumput raja merupakan rumput potongan yang mempunyai bentuk rumpun yang terdiri dari 20-50 batang dengan diameter sekitar 2,5 cm. Tingginya dapat mencapai 2-3 m, lebar daun 2-3 cm, dan panjangnya 60-90 cm. Rumput ini mudah ditanam dengan menggunakan stek batang atau sobekan rumpun. Bibit rumput raja sebaiknya tidak terlalu muda atau terlalu tua karena dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, bahkan tidak tumbuh. Stek batang yang baik berdiamter 1,5-2 cm dengan panjang 25 cm dan memiliki 2-3 mata tunas. Bibit yang berupa sobekan rumpun terdiri dari 2-3 anakan (Kushartono, 1997). Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012) 3

Pada umumnya rumput raja tumbuh baik pada curah hujan yang tinggi atau sebaliknya kurang tahan pada tanah yang kering karena rumput ini mengandung ± 80% air. Kebutuhan air yang cukup tinggi menjadi suatu acuan untuk penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim penghujan. Hujan memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan rumput raja. Bila hujan terus menerus maka pertumbuhan rumput akan berlangsung terus, sedang bila kekurangan air pertumbuhan akan terhambat. Penanaman dengan pengairan yang cukup akan menguntungkan karena dapat dilakukan sepanjang tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya bibit stek bertunas adalah kadar air yang terdapat di dalam mata tunas. Ketersediaan air yang cukup juga diperlukan untuk pertumbuhan batang (Kushartono, 1997). Rumput raja memiliki ciri ukuran batang yang lebih besar dan lebih keras daripada rumput gajah, ukuran daun yang lebih lebar, dan terdapat banyak bulu-bulu kasar. Produksi bahan kering berkisar antara 40-63 ton/ha/tahun (Siregar, 1989). Kandungan nutrisi rumput raja dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrien Rumput Raja Kandungan Nutrien (%) Bahan Kering* 22 Protein Kasar* 13,5 Serat Kasar* Ca** Sumber: *) Soetanto, 2002 **) Yana, 2011 34,1 0,37 Pemotongan pertama pada rumput raja dilakukan pada umur 90 hari (tiga bulan). Interval pemotongan selanjutnya adalah 50 hari pada musim penghujan dan 60 hari pada musim kemarau. Pemotongan rumput dilakukan pada jarak 15-20 cm dari permukaan tanah. Pemotongan yang terlalu panjang akan menyebabkan sisa batang yang tinggal mengayu, sebaliknya jika terlalu rendah akan mengganggu pertumbuhan rumput untuk selanjutnya karena jumlah anakan (rumpun) yang tumbuh sedikit (Kushartono, 1997). 4

Rumput Taiwan (Pennisetum purpureum Schumach cv Taiwan) Rumput taiwan merupakan salah satu varietas dari rumput gajah (Pennisetum purpureum Schumach). Rumput ini berasal dari Taiwan dan belum dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Walaupun rumput ini masih termasuk rumput gajah, tetapi karakteristik dari rumput taiwan ini sedikit berbeda. Perbedaannya terdapat pada ukuran batangnya yang lebih kecil dan lunak. Pada batang yang lebih muda pangkal batang yang paling bawah (dekat ke tanah) berwarna kemerah-merahan, tinggi rumput bisa mencapai 4-5 m, daun lebar, dan terdapat bulu-bulu lembut pada daunnya (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bidang Produksi Peternakan, 2010; Nurhayu et al., 2009). Rumput taiwan dapat tumbuh pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan tahan terhadap naungan. Rumput ini tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus-menerus. Tanah tempat rumput ini ditanam harus subur, gembur, tidak bercadas, dan ph tanahnya 5-7. Pertumbuhannya akan terangsang jika diberikan pupuk nitrogen (urea) (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bidang Produksi Peternakan, 2010). Gambar 2. Rumput Taiwan Sumber: PNPM Agribisnis Perdesaan (SADI) Nusa Tenggara Timur (2009) Produksi bahan kering rumput sekitar 35,45 ton/ha/tahun dan protein kasar 10,85% (Manurung et al., 2001). Produktivitas rumput taiwan cukup tinggi yaitu 300 ton/ha/tahun dengan pemupukan dan pemeliharaan optimal. Pemanenan pertama 5

dilakukan setelah rumput berumur minimal 60 hari. Pada musim hujan interval panen antara 30-40 hari dan musim kemarau 50-60 hari. Tinggi pemotongan 15-20 cm dari permukaan tanah (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bidang Produksi Peternakan, 2010). Tabel 2. Kandungan Nutrien Rumput Taiwan Kandungan Nutrien (%) Protein Kasar* 10,85 Serat Kasar** Ca** Sumber: *) Manurung et al., 2002 **) Suyitman. 2003 Tanah Latosol 30-32 0,24-0,31 Tanah latosol adalah tipe tanah yang terbentuk melalui proses latosolisasi. Tanah ini merupakan tanah tua yang biasa dijumpai di daerah tropik. Area seluas 9% di Indonesia yaitu Jawa, Kalimantan, dan Sumatera memiliki jenis tanah latosol. Proses latosolisasi memiliki tiga proses utama, yaitu (1) pelapukan intensif yang terjadi terus menerus, (2) terjadi pencucian basa-basa yang mengakibatkan penumpukan seskuioksida, dan (3) terjadi penumpukan mineral liat kaolinit. Proses latosolisasi biasanya terjadi pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga gaya hancur bekerja lebih cepat (Soepardi, 1983). Tanah latosol memiliki ciri berwarna merah, kuning ataupun cokelat. Kapasitas tukar kation rendah yang disebabkan rendahnya kadar bahan organik tanah dan sifat liat hidro-oksida. Kandungan aluminium (Al) dan besi (Fe) relatif tinggi dan kadar seskuioksida tinggi. Ciri-ciri ini dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman. Tanah latosol biasanya memberikan respon baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Soepardi, 1983). Tanah latosol dari daerah Dramaga pada umumnya sifat fisiknya sudah baik dengan ciri-ciri bertekstur liat berdebu, lempung berdebu sampai lempung berpasir. Bobot isi berkisar antara 0,90-0,97 g/cm 3, porositas tanah berkisar antara 63%-68%. Pori drainase cepat tergolong sangat rendah sampai rendah, drainase dan tata udara tergolong baik, dan air tersedia rendah sampai sangat tinggi (Soeparto, 1982). 6

Tabel 3. Hasil Analisis Tanah Latosol Jenis Pengukuran Nilai Keterangan ph H 2 O 5,4 Asam C organic 1,23% Rendah N 0,11% Sangat rendah P 0,5 ppm Rendah K 0,10 me/100 g Rendah Ca 2,10 me/100 g Rendah Mg KTK 0,76 me/100 g 13,44 me/100 g Rendah Rendah Keterangan : Hasil Analisis Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (1999) Sumber : Feniara (2001) Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman dan abnormalitas warna daun adalah karena rendahnya ph tanah. Setelah mampu menghadapi kondisi ph yang rendah, kemudian tanaman memberi respon terhadap faktor-faktor lainnya seperti kehadiran aluminium (Al), mangan (Mn), rendahnya nitrogen (N), fosfor (P), molibdenum (Mo), dan kalsium (Ca) tanah. Rendahnya ph tanah menyebabkan tanaman keracunan Al dan Mn serta menurunkan ketersediaan P tanah. Sebaliknya jika ph tanah tinggi akan menurunkan ketersediaan P tanah pula dan menurunkan unsur mikro lainnya seperti zink (Zn) dan boron (B). Tidak semua tanaman tahan terhadap kondisi tanah yang seperti ini sehingga diperlukan tanaman yang dapat beradaptasi pada jenis tanah ini atau dilakukan perbaikan terhadap sifat tanah latosol (Kidd dan Proctor, 2001; Stevens et al., 2001). Pengapuran Pengapuran biasanya direkomendasikan untuk tanah-tanah yang bersifat masam (Soepardi, 1983; Stevens et al., 2001). Tujuan utama dari pengapuran adalah untuk meningkatkan ph tanah. Selain daripada itu, pemberian kapur dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan sifat fisik tanah berhubungan dengan granulasi tanah, sifat kimia yang paling penting adalah menurunkan kemasaman tanah, dan sifat biologi adalah merangsang pertumbuhan jazad renik untuk meningkatkan proses enzimatik (Soepardi, 1983). 7

Tujuan utama pengapuran dilakukan untuk perbaikan sifat kimia tanah. Selain daripada meningkatkan ph, pengapuran dapat berfungsi untuk (1) menurunkan kadar keracunan dari besi (Fe), aluminium (Al), dan mangan (Mn) serta (2) memperbaiki serapan molibdenum (Mo), fosfor (F), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) (Soepardi, 1983; Zambrano et al., 2007). Sebelum melakukan pengapuran, ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan. Menurut Soepardi (1983) beberapa diantaranya adalah (1) perlu atau tidaknya kapur diberikan, (2) jenis kapur yang diberikan, dan (3) banyaknya kapur yang harus diberikan. Perlu tidaknya kapur diberikan tergantung dari keadaan kimia tanah yang ditentukan melalui ph dan kandungan aluminium tanah serta jenis tanaman yang akan ditanam. Pemilihan kapur yang tepat harus didasarkan pada lima faktor yaitu: (1) jaminan kimia dari kapur; (2) harga per ton; (3) kecepatan reaksi; (4) kehalusan bahan; dan (5) kemasan kapur. Menurut Hardjowigeno (1995) faktorfaktor yang menentukan banyaknya kapur yang diperlukan adalah ph tanah, tekstur tanah, kadar bahan organik tanah, mutu kapur, dan jenis tanaman. Apabila pemberian kapur melebihi ph tanah yang diperlukan akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan optimum tanaman dan tidak efisien (ekonomis), juga waktu dan cara pengapuran harus diperhatikan. Pada dasarnya kapur diberikan pada tanah bila diperkirakan hujan tidak akan turun pada saat pemberian kapur (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Dolomit Kapur yang umum digunakan adalah dari golongan karbonat, yaitu kalsium karbonat (CaCO 3 ) dan dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ). Bila bahan tersebut tidak atau hanya sedikit mengandung dolomit disebut kalsit. Bila jumlah magnesium meningkat disebut kapur dolomitik dan bila hanya mengandung sedikit kalsium karbonat dan hanya terdiri dari kalsium-magnesium-karbonat maka disebut dolomit. Kalsit dan dolomit merupakan kapur yang bersifat dingin sehingga dapat digunakan secara langsung pada tanaman (Soepardi, 1983). Kapur dolomit memiliki sifat fisik berwarna putih keabu-abuan atau kebirubiruan. Dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) memiliki jumlah Ca dan Mg yang relatif seimbang, tetapi kadang kala ada satu elemen yang lebih besar persentasenya daripada yang lain. Besi dan mangan terkadang ditemukan dalam jumlah kecil. Bentuk dolomit 8

yang paling umum dalam grup kecil ialah kristal rhombohedral dengan lengkungan, tampak seperti pelana. Dolomit memiliki sifat tembus transparan dan tembus cahaya dalam pecahan yang tipis serta memiliki ketahanan yang rapuh (Harjanti, 2009). Menurut Soepardi (1983) kapur dolomit bereaksi lebih lambat dengan tanah dibandingkan dengan kapur kalsit. Bahan kapur yang diberikan ke dalam tanah akan mengalami reaksi sampai terbentuk keseimbangan baru. Reaksi yang terjadi pertama kali adalah penguraian bahan kapur membentuk ion CO 3 serta ion-ion Ca dan Mg. Selanjutnya, ion CO 3 yang terbentuk menarik ion H dari komplek jerapan dengan reaksi sebagai berikut: (CaMg)CO 3 (CaMg) 2+ 2- + CO 3 CO 2-3 + H 2 X H 2 CO 3 + X 2- (CaMg) 2+ + X 2- (CaMg) X, dimana X adalah komplek jerapan (adsorb) Dengan demikian yang berperan sebagai agen pengapuran adalah CO 3, sebab ion Ca sendiri tidak sanggup melepaskan H + dari komplek jerapan (Kussow, 1971). Menurut Tisdale et al. (1985) penambahan bahan kapur ke dalam tanah dengan takaran yang tepat dapat meningkatkan ph tanah, ketersediaan dan efisiensi pemupukan fosfat, serta menurunkan kelarutan beberapa unsur seperti Al, Fe, dan Mn yang mencapai tingkat yang meracuni tanaman. Disamping itu, penggunaan dolomit dapat mensuplai Ca dan Mg tanah. 9