Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BONE BOLANGO DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Determination of the Regional Economy Leading Sectors in Indonesia. Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah di Indonesia

III. METODE PENELITIAN. Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pringsewu dan Produk Domestik

AGRITECH : Vol. XVII No. 1 Juni 2015 : ISSN :

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

IDENTIFIKASI SEKTOR SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BATANGHARI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN POTENSI EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN PATI TAHUN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAERAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN SKRIPSI

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Economics Development Analysis Journal

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

I. PENDAHULUAN. serta bagian-bagian daerah yang lebih kecil pembangunannya tidak dapat

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROPINSI JAWA TIMUR

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data time series,

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

I. PENDAHULUAN. dengan jalan mengolah sumberdaya ekonomi potensial menjadi ekonomi riil

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi apa

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN NON MIGAS PEREKONOMIAN KOTA LHOKSEUMAWE. Keywords : Potential sector, Regional Competitive and Location Quotient (LQ)

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

ANALISIS SEKTOR BASIS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN LAMONGAN

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

PERUBAHAN STRUKTUR DAN TIPOLOGI EKONOMI KABUPATEN SAMBAS SRI MULYATI B

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

Transkripsi:

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB) Zuhairan Yunmi Yunan 1 1 Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta E-mail: zuhy.007@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi di Kota Bandar Lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder kurun waktu tahun 2003-2008 bersumber dari BPS Provinsi, BPS Kota, serta Bapeda Provinsi Lampung. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share dan Tipologi Sektoral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan dan Sektor Industri Pengolahan merupakan dua sektor yang mempunyai daya saing paling tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lainnya. Kata kunci: Sektor Unggulan, Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan Daerah, Daya Saing ABSTRACT Economic growth is one benchmark that can be used to enhance the development of a region from a variety of economic sectors that indirectly describe the level of economic change. Regional development must be compatible with the potentials and aspirations of the people who grow and develop. If the implementation of priority regional development less appropriate to the potential possessed by each region, then the utilization of existing resources will be less than optimal. This study aims to analyze the economic potential and identify the economic sectors in the city of Bandar Lampung. Used data in this research is data of secondary range of time in 2003-2008 from the BPS, BPS City, and Bappeda Province of Lampung. This research used Analysis of LQ, Shift-Share Analysis and Typology of Sectoral as a method. The results of this research conclude that the Financial Sector, Rental, Corporate Services Sector and Industrial Sector are the two sectors that have the highest competitiveness compared with other sectors. Keywords: leading sector, economic growth, regional development, competitiveness

PENDAHULUAN Sejak era reformasi tahun 1999 terjadi pergeseran paradigma dalam sistim penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut Otonomi daerah yang mengandung makna, beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah (Armida, 2000). John Glasson (1990) mengatakan bahwa kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonominya dan faktor ini merupakan faktor utama. Perubahan wilayah kepada kondisi yang lebih makmur tergantung pada usaha-usaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime mover role) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional. Berdasarkan teori basis ekonomi, faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad,1999). Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk di ekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan perencanaan dan strategi yang tepat karena disetiap daerah mempunyai keadaan yang berbeda, mempunyai karakteristik tersendiri, laju pertumbuhan ekonomi maupun potensi yang dimiliki masing-masing daerah. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing masing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka waktu panjang. Selama tiga tahun terakhir, Struktur lapangan usaha masyarakat Lampung masih didominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor industri pengolahan. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung tahun 2009, sumbangan sektor ini terhadap PDRB 34.381,86 milyar rupiah (38,93 persen) diikuti sektor industri pengolahan 12.423,00 milyar rupiah (14,07 persen). Sedangkan sektor perdagangan, restoran dan hotel memberikan sumbangan 12.046,28 milyar rupiah (13,64 persen). Terdapat tujuh Kota dan Kabupaten memiliki laju pertumbuhan PDRB lebih tinggi dari laju pertumbuhan Provinsi yaitu Kota Bandar Lampung, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung tengah, Kabupaten Lampung Utara, Lampung Barat dan Kota Metro. Kabupaten Tulang Bawang masih memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu 6,98 persen diikuti Kota Bandar Lampung 6,01 persen. Sedangkan Kabupaten Lampung Timur memiliki laju pertumbuhan terendah 4,38 persen (Lampung Dalam Angka, 2010). Proyek pengembangan daerah terpadu yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri, dibawah Direktorat Pembangunan Daerah yang melibatkan dua pulau yaitu Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan, menjadikan Provinsi Lampung perlu melihat kembali sektor mana yang menjadi sektor strategis dan menjadi unggulan, serta memiliki daya saing yang cukup tinggi khususnya untuk setiap kabupaten maupun kota. Dalam penelitian ini hanya mengkaji sektor-sektor di Kota Bandar Lampung. Dari permasalahan yang dikemukakan diatas terdapat beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Bandar Lampung? 2. Sektor-sektor ekonomi apakah yang paling strategis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Bandar Lampung? METODA

Yang menjadi objek penelitian ini adalah Kota Bandar Lampung dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan tahun 2000 dari tahun 2003 2008. Data yang digunakan hanya terbatas kepada sembilan sektor yang ada dalam komponen PDRB dengan melakukan perbandingan terhadap PDRB di tingkat provinsi yaitu Provinsi Lampung. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang menggambarkan tingkat kepotensialan masing-masing sektor yang akan berguna bagi peningkatan daya saing sektor tersebut di Kota Bandar Lampung. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), dan Tipologi Sektoral. Rumus LQ menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di tingkat propinsi dengan sektor yang sama di daerah yang lebih luas yaitu tingkat nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis (basic sector) dan sektor mana yang bukan sektor basis (non basicsector). Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan satu sektor antara daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Persamaan LQ ditunjukkan sebagai berikut: LQ = NSi / SNi... (1) Keterangan: LQ : Nilai Location Quotient N : PDRB Provinsi Lampung Si : PDRB Sektor i di Kota Bandar Lampung S : PDRB di Kota Bandar Lampung Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Lampung Analisis Shift Share digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi Kota Bandar Lampung serta menentukan sektor-sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif dan spesialisasi, dimana keunggulan kompetitif merupakan kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya diluar daerah, luar negeri atau pasar global (Robinson, 2005). Tehnik ini memilih pertumbuhan sebagai perubahan suatu variabel wilayah dalam kurun waktu tertentu yang terdiri atas perubahan sebagai akibat dari pengaruh pertumbuhan wilayah diatasnya, bauran industri, serta keunggulan kompetitif atau persaingan. Pengaruh pertumbuhan dari daerah diatasnya disebut pangsa (share), pengaruh bauran industri disebut proporsional shift dan pengaruh keunggulan kompetitif (persaingan) disebut differentional shift atau regional share. Rumus dari analisis shift share (Glasson 1990) adalah sebagai berikut: Gj : Yjt Yjo... (2) : (Nj + Pj + Dj)....... (3) Nj : Yjo (Yt / Yo) Yjo.. (4) (P + D)j : Yjt - (Yt / Yo) Yjo.... (5) : (Gj - Nj)... (6) Pj : Σi [(Yit / Yio) - (Yt / Yo)] Yijo.... (7) Dj : Σt [Yijt - (Yit / Yio) Yijo]..... (8) : (P + D)j Pj..... (9) Keterangan: Gj : Pertumbuhan PDRB Total Kota Bandar Lampung Nj : Komponen Share di Kota Bandar Lampung (P + D)j : Komponen Net Shift di Kota Bandar Lampung Pj : Proportional Shift Kota Bandar Lampung Dj : Diferential Shift Kota Bandar Lampung Yj : PDRB total Kota Bandar Lampung Y : PDB Total Provinsi Lampung o,t : Periode Awal dan Periode Akhir Perhitungan i : Subskripsi Sektor pada PDRB

Indeks LQ Menurut Sjafrizal (1997), karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Klassen tipologi digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur petumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location Quotient (LQ > 1), komponen differential shift (Dj > 0), dan komponen proporsional shift (Pj >0) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta kompenen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen DJ dan Pj dalam analisis Shift Share. PEMBAHASAN Hasil perhitungan Location Quotient Kota Bandar Lampung selama 6 tahun terakhir (2003 2008) ditunjukkan pada gambar 1. Kota Bandar Lampung selama enam tahun terakhir ini secara rata-rata mempunyai tujuh sektor basis, yaitu: Industri Pengolahan; Listrik, Gas, Air Bersih; Bangunan; Perdagangan, Hotel, Restoran; Pengangkutan, Komunikasi; Bank, Keuangan, Perusahaan; Jasa-Jasa. Hasil indeks menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki kekuatan ekonomi yang cukup baik terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung dan sektor-sektor tersebut sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya bahkan berpotensi untuk ekspor. 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian Industri Pengolahan Bangunan Pengangkutan, komunikasi Jasa-jasa lain Gambar 1. Perkembangan LQ Kota Bandar Lampung Tahun 2003 2008 Berdasarkan hasil perhitungan Shift Share, sektor-sektor ekonomi Kota Bandar Lampung selama kurun waktu enam tahun terakhir yaitu tahun 2003 2008 sektor yang mempunyai nilai rata-rata pertumbuhan yang negatif adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih. Sektor yang pertumbuhannya paling tinggi adalah Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan (Tabel 1). Tabel 1. Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kota Bandar Lampung Sektor Pertambangan, Penggalian Listrik, Gas, Air Bersih Perdagangan, Hotel, Restoran Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Rata-Rata Pertanian 9283.694 Pertambangan, Penggalian -579.384 Industri Pengolahan 71565.994 Listrik, Gas, Air Bersih -174.902 Bangunan 13127.242 Perdagangan, Hotel, Restoran 25722.906

Pengangkutan, komunikasi 43117.996 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 135757.292 Jasa-Jasa Lain 16410.342 Sumber: Lampung Dalam Angka, 2010 (data diolah) Hasil pembagian tipologi secara sektoral (tabel 2), diperoleh bahwa Kota Bandar Lampung memiliki daya saing yang cukup tinggi untuk Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan dan Sektor Industri Pengolahan. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan di Kota Bandar Lampung untuk kedua sektor tersebut lebih cepat jika dibandingkan di tingkat provinsi, walaupun pertumbuhan disana juga cepat. Beberapa sektor yang merupakan sektor basis bagi Kota Bandar Lampung masih dapat meningkatkan pertumbuhannya, mengingat pertumbuhannya lambat pada tingkat provinsi. Sektor tersebut adalah Sektor Jasa-Jasa Lain dan Sektor Bangunan. Sedangkan ketiga sektor basis yang lainnya masih perlu mempercepat pertumbuhannya pada tingkat Kota Bandar Lampung sehingga dapat memiliki daya saing khusus untuk sektor tersebut. Tipologi Tabel 2. Pembagian Sektor Ekonomi Kota Bandar Lampung Berdasarkan Tipologi LQ Rata-rata Dj Rata-rata Pj Rata-rata Sektor Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 2.425 32005.30618 66039.06664 I Industri Pengolahan 1.321 28367.54615 495.7271822 II - - - - Perdagangan, Hotel, Restoran 1.257-23078.8507 248.978187 III Pengangkutan, Komunikasi 2.662-11181.1408 14962.84817 Listrik, Gas, Air Bersih 2.258-2280.61778 145.2695801 IV Jasa-jasa lain 2.038-8757.20717-14055.5326 Bangunan 1.626-2285.71646-4574.19464 V - - - - VI Pertambangan, Penggalian 0.51 4398.797858-8849.55339 VII - - - - VIII Pertanian 0.16-1173.13499-621.312593 Sumber: Lampung Dalam Angka, 2010 (data diolah) KESIMPULAN Kota Bandar Lampung memiliki tujuh sektor basis dari sembilan sektor yang ada pada PDRB kota tersebut. Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung perlu memberikan perhatian khusus pada sektorsektor tersebut, khususnya untuk sektor-sektor yang masih lambat pertumbuhannya walaupun sektor tersebut merupakan sektor basis. Dengan begitu, daya saing Kota Bandar Lampung dapat ditingkatkan. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat Jakarta dan BPS Provinsi Lampung yang telah bekerjasama dalam memberikan kemudahan memperoleh data bagi penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Armida.,S.Alisyahbana. 2000. Desentralisasi Fiskal dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah: Makalah disampaikan pada kongres ISEI XIV, 21-23 April, di Makasar. Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung. BPS Pusat Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Lampung Dalam Angka. BPS Provinsi Lampung Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Paul Sitohang. Jakarta: LPFEUI. Robinson T. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta. Sjafrizal. 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma. LP3ES No.3 Tahun XXVI. Jakarta.