BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah industri yang bergerak di bidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan berdasarkan pola pelayanan berfokus pada pasien (Patient

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. profesi keperawatan. Profesi perawat dinilai sebagai profesi yang memiliki resiko

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien (Clifforth & Horvath,

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan perawat adalah melaksanakan pendidikan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

BAB II HASIL SURVEY. untuk memberikan nama Dr. R. Sososdoro Djatikoesoemo tahun 1990.

BAB II RUMAH SAKIT UMUM SITI HAJAR MEDAN

IVANA KUSUMA PARAHITA J

BAB I PENDAHULUAN. dalam memberikan asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. tanggapan/respon klien terhadap kegiatan-kegiatan pelaksanaan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB I PENDAHULUAN. Dokumentasi Keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global.hal ini

BAB I PENDAHULUAN. agar staf medis di RS terjaga profesionalismenya. Clicinal governance (tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSIA KEMANG NOMOR : 056/SK/DIR/5/2017 TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ASESMEN PASIEN RSIA KEMANG

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

IMPLEMENTASI DOKUMENTASI TERINTEGRASI DI RUANG HEMODIALISIS NIKEN D CAHYANINGSIH PD IPDI DIY

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIS (MIRM) Djoti Atmodjo

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. Pelayanan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, penelitian, pendidikan dan sebagiannya; mencakupi skala profit

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

AP (ASESMEN PASIEN) AP.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. isu yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit, yaitu: keselamatan pasien,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDG s) yang dipicu oleh adanya tuntutan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

MISI MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT KEPUASAN DAN KESELAMATAN PASIEN ADALAH TUJUAN KAMI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

Dokumen yang dibutuhkan 1. Data Cakupan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya manusia di rumah sakit karena jumlahnya dominan (55-65%) serta merupakan profesi yang memberikan pelayanan terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan keperawatan bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai kontribusi menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit. Setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Yani, 2007). Kenyataannya bahwa 60 % pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1998) dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat. Keberadaan perawat dalam memberikan pelayanan sangat dibutuhkan, diperlukan tenaga perawat yang mempunyai kemampuan, keterampilan, dan sikap profesional termasuk kemampuan perawat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Kegiatan perawat tidak hanya merawat pasien saja, ada kegiatan langsung, dan kegiatan tak langsung yang tak kalah penting seperti melengkapi dan melaksanakan dokumentasi keperawatan dan catatan medik yang terperinci. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien,

perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat dan merupakan bagian dari pelaksanaan keperawatan yang menggunakan pendekatan proses keperawatan dan memilliki nilai hukum yang sangat penting (Hidayat, 2001). Pendokumentasian adalah unsur pokok dari pertanggungjawaban kinerja profesi keperawatan setelah melakukan serangkaian proses keperawatan kepada pasien. Munculnya paradigma dan perkembangan baru dalam rekam medik dan keperawatansebagai manajemen informasi di bidang kesehatan merupakan dampak positif dari perkembangan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan konsep dan tata cara berkomunikasi di bidang kesehatan. Pendokumentasian merupakan sarana komunikasi antar petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan pasien, tanpa dokumentasi yang benar dan jelas, kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakan oleh seseorang perawat profesional tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status kesehatan pasien di rumah sakit. (Nursalam, 2011). Mutu pelayanan dapat dilihat dari sistem pencatatan dan pelaporan yang ada, untuk melihat mutu pelayanan keperawatan dapat juga dilihat dari pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat selama memberikan asuhan keperawatan. Pendokumentasian keperawatan mempunyai fungsi yang sangat

penting dalam meningkatkan profesionalisme perawat. (Okaitsu,M dkk, 2014). Standar akreditasi rumah sakit disusun sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dan menjalankan amanah UU No 24 tahun 2009 tentang rumah sakit, yang mewajibkan rumah sakit untuk melaksanakan akreditasi rumah sakit dalam rangka peningkatan mutu pelayan rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 tahun sekali (Kemenkes RI, 2011) Akreditasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang bermutu. Sebagai dasar dimulainya pembangunan sistem di rumah sakit, diperlukan dokumen yang merupakan regulasi di rumah sakit. Penyiapan dokumen sebagai regulasi merupakan hal pokok dalam akreditasi rumah sakit, karena merupakan acuan dalam pelaksanaan pelayanan rumah sakit. Dengan adanya ketentuan tertulis tentang kebijakan, pedoman dan prosedur sehingga kepentingan masyarakat akan pelayanan kesehatan dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya (SN Markus, 2014) Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, mengamanatkan tentang fungsi sosial rumah sakit dan menyatakan bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus berlandaskan etika dan moral. Rumah sakit harus selalu meningkatkan pelayanannya menerapkan prinsip keselamatan pasien, bersikap professional, menjaga mutu pelayanan dan terbuka kepada masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Upaya yang paling tepat dalam peningkatan mutu dan profesionalisme pelayanan kesehatan adalagh melalui proses akreditasi baik yang berstandar nasional maupun internasional. Untuk mendukung upaya ini Kemenkes RI sudah menjadikan sebuah program prioritas diseluruh wilayah Indonesia. Agar pelaksanaan akreditasi Rumah sakit terlaksana dengan optimal, ditetapkanlah standar akreditasi nasional versi 2012 yang mulai berlaku sejak Januari 2012. Pelaksanaan akreditasi mulai tahun 2012 sudah tidak menerapkan standar pelayanan yang berfokus pada provider tetapi sudah beralih menjadi standar pelayanan yang berfokus pada pasien. Standar akreditasi KARS 2012 terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar pelayanan manajemen rumah sakit, sasaran keselamatan pasien,dan sasaran millennium development goals. Pengkajian awal pasien adalah salah satu unsur yang harus dipenuhi dalam standar akreditasi KARS 2012 khususnya standar pelayanan yang berfokus pada pasien. Pengkajian awal harus dilakukan dalam 24 jam pertama pasien dirawat di rumah sakit. Pengkajian awal mencakup riwayat kesehatan (pemeriksaan fisik, diagnose/masalah, rencana asuhan), alergi, pengkajian psikologis,social dan ekonomi, pengkajian nyeri, status fungsional, resiko jatuh, resiko nutrional, kebutuhan edukasi serta discharge planning/ perencanaan pulang. Semua data pengkajian awal harus terdokumentasi dalam rekam medik pasien dan menjadi salah satu indikator dalam penilai akreditasi.

Tiga kelompok variabel yang mempengaruhi kinerja personel dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan menurut Gibson (1996) yakni variabel individu, organisasi dan psikologis. Salah satu variabel organisasi yang mempengaruhi kinerja perawat pelaksana adalah sub variabel kepemimpinan, yaitu kepemimpinan dari kepala ruangan (Dewi, 2008) Marquist dan Huston (2006) menjelaskan kepala ruangan sebagai manajer lini pertama mempunyai tanggung jawab mengatur aktivitas perawatan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, pergerakan atau pengarahan dan pengawasan. Penelitian yang dilakukan Budiyanto tahun 2012 tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan, mendapatkan ada hubungan antara fungsi manajemen dengan pendokumentasian dengan nilai p = 0,004 ( α = 0,05). Kepala ruangan sebagai pimpinan pelayanan di ruang rawat inap bertanggung jawab merencanakan, mengorganisir, memotivasi dan mengendalikan perawat serta tenaga penunjang lainnya dalam memberikan pelayanan keperawatan (La Monica, 1998). Perencanaan memegang peranan penting dalam proses manajemen. Karena semua fungsi lain sangat tergantung pada fungsi perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan seorang manajer adalah mengenal masalah, merencanakan tujuan serta bagaiman tujuan tersebut dapat dicapai. Pada tahap pengorganisasian manajer berusaha agar semua unsur

dapat bekerjasama secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ditahap ini pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan. Pelaksanaan merupakan fungsi yang amat penting dalam manajemen. Karena pada tahap pelaksanaan seorang manajer langsung berhubungan dengan orang - orang yang melakukan pekerjaan, sehingga dibutuhkan kemampuan dalam berkomunikasi, memotivasi dan kedisiplinan. Pengendalian merupakan komponen terakhir dari proses manajemen. Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan. Pada tahap pengawasan seorang manajer menilai standar pelaksanaan, mengukur hasil pelaksanaan, dan tindakan koreksi terhadap hasil pelaksanaan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Kemampuan manajer untuk memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan para bawahannya akan menentukan efektifitas manajer. Rumah sakit umum daerah Solok (RSUD Solok) merupakan rumah sakit milik pemda provinsi Sumatera Barat yang terletak di Kota Solok. Dengan Visi Rumah Sakit Umum Daerah Solok adalah Menjadi Rumah Sakit Terunggul dalam Pelayanan, terdepan dalam pendidikan dan penelitian kesehatan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2020. Upaya- upaya yang dapat ditempuh untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan oleh RSUD Solok salah satunya adalah tersedianya dokumen yang lengkap sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Dokumen tersebut dapat dilihat dari pendokumentasian yang dilakukan dan tercatat dalam rekam medik pasien.

RSUD Solok mempunyai tempat tidur sebanyak 227 buah dengan tingkat hunian (BOR) yang baik yaitu 81,35 % (Profil RSUD tahun 2014). Dengan jumlah tenaga keperawatan yang terdiri dari 223 orang yang terdiri dari 0,9% (2 orang) pendidikan S2 keperawatan, 27% (62 orang) berpendidikan S1 keperawatan, 53% (119 orang) DIII keperawatan dan 12% (27 orang berpendidikan SPK). Tersebar di 10 ruang rawat inap (bedah/orthopedi, penyakit dalam, anak, kebidanan, perinatologi, paru, THT/mata, VIP, neurologi, ICU). (data rekam medik RSUD Solok tahun 2015) Proses pendokumentasian keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan di masing-masing rawat inap maka telah disiapkan berupa standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional RSUD Solok, serta kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Direktur RSUD Solok, format baku instrument penerapan berupa cek list dan formulir, yang dibuat sesuai dengan standar yang sudak ditetapkan oleh KARS karena RSUD Solok dalam waktu dekat akan melaksanakan akreditasi rumah sakit. Dari hasil survey awal tanggal 22 Maret 2016 terhadap 20 rekam medik yang di observasi, secara umum kelengkapan rekam medic mencapai 90%, namun demikian bila di lihat lebih jauh terutama untuk kelengkapan pendokumentasian yang di buat oleh perawat kelengkapanya mencapai 50,8 % terdiri dari pengkajian 80,8%, diagnosa 21,5%, perencanaan 26,4%, tindakan keperawatan 39%, dan evaluasi 50%. Bila melihat panduan akreditasi sesuai KARS 2012, pendokumentasian yang harus diisi oleh perawat tidak hanya berupa pendokumentasian asuhan keperawatan, ada

catatan terintegrasi, resiko nyeri, resiko jatuh, discharge planning, kebutuhan edukasi, dan lain-lain. Dalam rangka pemenuhan standar akreditasi, terutama yang berhubungan dengan pendokumentasian yang dilakukan olaeh perawat, peneliti mengkaji juga pengkajian awal yang dilakukan oleh perawat, catatan tindakan keperawatan dan catatan pemberian obat. Dari 20 rekam medik yang di teliti, penulis mendapatkan perawat mendokumentasikan riwayat kesehatan 100%, melakukan pemeriksaan fisik 80%, melakukan diagnosis/masalah 75%, melakukan rencana asuhan 80%, alergi 60%, asessmen psikologis %, sosial 35%, ekonomi 35%, nyeri 35%, status fungsional 75%, resiko jatuh 50%, resiko nutrisional 25%, kebutuhan edukasi 15%, discharge planning 20%, catatan terintegrasi 40%, catatan pemberian obat 100% dan catatan tindakan keperawatan 100%. Dari wawancara dengan kepala seksi pengembangan dan perencanaan tenaga keperawatan tentang pendokumentasian, dikatakan bahwa selama ini pelaksanaan audit pendokumentasian keperawatan belum berjalan secara maksimal, sehingga belum ada data yang akurat tentang kelengkapan pendokumentasian keperawatandi RSUD Solok. Standar yang ditetapkan oleh komisi akreditasi rumah sakit (KARS) bahwa kelengkapan dokumentasi asuhan adalah 80% : terpenuhi, 20-80% ; terpenuhi sebagian dan 20% : tidak terpenuhi (KARS, 2011).

Data yang didapatkan dari RSUD Solok selama residensi tentang pelaksanaan fungsi kepala ruangan didapatkan hasil; pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan 64,27% selalu melaksanakan fungsi perencanaan, 81,25% selalu melaksanakan fungsi pengorganisasian, 54,41% selalu melaksanakan fungsi pengarahan dan 58,33% selalu melaksanakan fungsi pengendalian. Sedangkan fungsi manajemen yang terkait dengan pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat didapatkan data fungsi perencanaan yang berhubungan dengan pendokumentasian, 70,3%, fungsi pengorganisasian yang berhubungan dengan pendokumentasian 50%, fungsi pengarahan yang berhubungan dengan pendokumentasian 47,8 %, dan fungsi pengawasan yang berhubungan dengan pendokumentasian 43%. Hasil ini menunjukan bahwa pelaksanaan fungsi manajemen sudah berjalan walaupun belum optimal. Wawancara dengan kepala ruangan kepala ruang tentang proses pendokumentasian keperawatan belum optimal dilakukan oleh perawat ruangan, adanya supervisi yang dilakukan oleh bidang keperawatan terkait dengan pendokumentasian. Menurut kepala ruangan pendokumentasian keperawatanyang diisi kebanyakan data umum dan keluhan keluhan pasien, pengisian pengkajian secara menyeluruh belum dilaksanakan, begitu juga halnya pelaksanaan intervensi, implementasi dan evaluasi dari keperawatan di status pasien. Observasi yang dilakukan berhubungan dengan pendokumentasian didapatkan proses pendokumentasian keperawatan belum dilaksanakan secara optimal, masih banyak yang kosong seperti lembar pengkajian, intervensi dan catatatan perkembangan pasien. Dan jika pun ada diisi oleh beberapa orang perawat dengan diagnosa, intervensi yang sama

dari satu hari ke hari berikutnya. Pendokumentasian masih menggunakan format manual. Mengingat peran kepala ruangan sebagai manajer sangatlah penting, maka disini peneiliti ingin melihat bagaimana Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Perawat berdasarkan Akreditasi KARS 2012 Di Rawat Inap RSUD Solok. 1.2 Rumusan Masalah Peningkatan pelayanan yang bermutu berhubungan erat dengan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan yang tergambar dari pendokumentasian perawat. Berdasarkan data yang dikumpulkan selama residensi dan pada saat melakukan studi awal penelitian, dimana terdapat angka-angka yang masih di bawah standar yang harus dicapai, dan belum ada informasi yang jelas mengungkapkan aspek spesifik yang berkaitan dengan fungsi manajemen kepala ruangan serta pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS 2012 di ruang rawat inap RSUD Solok. Untuk mendukung upaya RSUD Solok meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perlu di mulai dengan melakukan studi tentang pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keperawatan di ruang rawat inap serta pendokumentasian keperawatan. Berdasarkan fenomena tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Adakah Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan Dengan Kelengkapan Pendokumentasian Perawat Berdasarkan Akreditasi KARS 2012 Di Rawat Inap RSUD Solok?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan pelaksanaan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kelengkapan pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS 2012 Di Rawat Inap RSUD Solok 1.3.2 Tujuan khusus 1. Diketahuinya distribusi frekuensi fungsi manajemen kepala ruangan di rawat inap RSUD Solok 2. Diketahuinya distribusi frekuensi kelengkapan pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS 2012 di ruang rawat inap RSUD Solok. 3. Diketahuinya distribusi frekuensi pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan di ruang rawat inap RSUD Solok 4. Diketahuinya hubungan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kelengkapan pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS 2012 di ruang rawat inap RSUD Solok. 1.4 Manfaaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS

2012 yang bisa digunakan sebagai bahan pustaka dan acuan peneliti selanjutnya. Serta dapat mengevaluasi penerapan dan pelaksanaan pendokumentasian keperawatan dan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja keperawatan dan bebas dari tuntutan hukum sesuai dengan perkembangan pelayanan dan persaingan nasional maupun internasional. 1.4.2 Manfaat teoritis Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam bidang penelitian khususnya tentang hubungan fungsi manajemen kepala ruangan dengan kelengkapan pendokumentasian perawat berdasarkan akreditasi KARS 2012 di rawat inap RSUD Solok.