BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

PERLUNYA PEMAHAMAN PENYEDIA DAN PENGGUNA BARANG/JASA TERHADAP PERJANJIAN PEMBORONGAN. Oleh: Taufik Dwi Laksono. Abstraksi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam jaman yang penuh kesibukan sekarang ini, sering kali orang tidak

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

I. PENDAHULUAN. rakyat. Oleh karena itu, hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB II KEKUATAN MENGIKAT SURAT KUASA DALAM JUAL BELI DI BIDANG PERTANAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBORONGAN KERJA. 1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu; 2. Perjanjian kerja/perburuhan dan;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

BAB II SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN. A. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

HUKUM PERJANJIAN. atau. lebih. di antaranya : pembayaran. Naturalia

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KONTRAK DAN PENGADAAN BARANG DAN JASA. A. Pengertian Kontrak Menurut Hukum di Indonesia. 1. Pengertian Kontrak Secara Umum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem Pengadaan Materiil Di Biro Pengadaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1995 (1/1995) Tanggal: 7 MARET 1995 (JAKARTA)

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MANDOM INDONESIA Tbk

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN PEMBORONGAN

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

Pemberian kuasa dengan akta umum adalah suatu pemberian kuasa dilakukan antara pemberi kuasa dan penerima kuasa dengan menggunakan akta notaris atau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PASAL 1 NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Ayat (1) s/d (2): Tidak ada perubahan. PASAL 2 JANGKA WAKTU BERDIRINYA PERSEROAN Tidak ada perubahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSEKUTUAN PERDATA, PERSEKUTUAN FIRMA, DAN PERSEKUTUAN KOMANDITER

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN UNTUK PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN MERAUKE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

Sosialisasi Rancangan Undang-undang Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

LAMPIRAN F7 PERJANJIAN KONSORSIUM. Untuk

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

I. PENDAHULUAN. persoalannya. Persoalan-persoalan yang kompleks tersebut menyangkut peranan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

23 BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN A. Bentuk dan Isi Pemberian Kuasa Apabila dilihat dari cara terjadinya, perjanjian pemberian kuasa dibedakan menjadi enam macam yaitu: 28 a. Akta umum Pemberian kuasa dengan akta umum adalah suatu pemberian kuasa yang dilakukan antara pemberi kuasa dan penerima kuasa dengan menggunakan akta notaris, artinya bahwa pemberian kuasa itu dilakukan dihadapan dan dimuka Notaris. Dengan demikian pemberian kuasa mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. b. Surat dibawah tangan, Pemberian kuasa dengan surat dibawah tangan adalah suatu pemberian kuasa yang dilakukan antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa, artinya surat pemberian kuasa itu hanya dibuatkan oleh para pihak. c. Lisan, Pemberian kuasa secara lisan adalah suatu kuasa yang dilakukan secara lisan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa. d. Diam-diam, Pemberian kuasa secara diam-diam adalah suatu kuasa yang dilakukan secara diam-diam oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa. e. Cuma-Cuma, Pemberian kuasa secara Cuma-Cuma adalah suatu pemberian kuasa yang dilakukan antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa, artinya penerima kuasa tidak memungut biaya dari pemberi kuasa. f. Kata khusus, dan Pemberian kuasa khusus yaitu suatu pemberian kuasa yang pemberian kuasa itu hanya mengenai kepentingan tertentu saja atau lebih dari pemberi kuasa. g. Umum ( Pasal 1793 s.d Pasal 1796 KUHPerdata ). Pemberian kuasa umum yaitu pemberian kuasa yang dilakukan oleh pemberi kuasa kepada penerima kuasa, artinya isi atau substansi kuasanya bersifat umum dan segala kepentingan diri pemberi kuasa. 28 Salim H.S., Hukum Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 84 23

24 Isi pemberian kuasa ditentukan oleh pihak pemberi kuasa. Pemberi kuasa biasanya memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk mewakilinya, baik diluar pengadilan maupun di muka pengadilan. 29 Isi pemberian kuasa meliputi: 30 a. Pemberian kuasa Khusus yang berisi tugas tertentu, dalam hal ini pemberi kuasa menyuruh penerima kuasa untuk melaksanakan suatu atau beberapa hal tertentu saja. b. Pemberian kuasa umum mengandung isi dan tujuan untuk melakukan tindakantindakan pengurusan barang-barang harta kekayaan pemberi kuasa. c. Kuasa istimewa, yaitu surat kuasa yang sangat khusus secara tegas menyebutkan satu persatu, tindakan apa yang harus dilakukan oleh penerima kuasa. d. Kuasa perantara, kuasa yang hanya jadi penghubung antara pemberi kuasa dengan pihak ketiga. Pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang diperbuat oleh penerima kuasa menurut kekuasaan yang telah diberikan kepadanya, pemberi kuasa diwajibkan mengembalikan kepada penerima kuasa semua persekot-persekot dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh orang ini untuk melaksanakan kuasanya begitu pula untuk membayar upahnya, jika ini telah diperjanjikan. 31 Ada beberapa Kewajiban penerima kuasa yang harus dilaksanakan meliputi: 29 R. Subekti, Op. Cit., hal. 85 30 Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 308 31 R. Subekti, Op. Cit, hal. 148

25 a. Melaksanakan kuasa yang diberikan dengan sesempurna mungkin sesuai dengan wewenang yang dilimpahkan oleh pemberi kuasa. b. Penerima kuasa wajib mempertanggungjawabkan kerugian yang timbul akibat kelalaian dan ketidaksempurnaan dalam melaksanakan wewenang yang dilimpahkan pemberi kuasa kepadanya. c. Penerima kuasa wajib melaporkan dan membuat perhitungan pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya sehubungan dengan pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepadanya. d. Penerima kuasa wajib bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh Kuasa Subsitusi. Seorang penerima kuasa dapat/boleh melimpahkan kuasa yang diterimanya dari pemberi kuasa kepada orang lain sebagai penggantinya untuk melaksanakan perwakilan yang diberikan kepadanya (Pasal 1803 KUHPerdata), sesuai dengan ketentuan Pasal diatas penerima kuasa harus bertanggung jawab atas tindakan kuasa subsitusi: a. Apabila pengangkatan kuasa subsitusi tidak diperbolehkan atau tidak mendapat persetujuan lebih dahulu dari pemberi kuasa. b. Jika dalam pengangkatan kuasa subsitusi telah mendapat wewenang dari pemberi kuasa, tanpa menentukan lebih dahulu siapa orangnya. Dalam hal ini jika yang diangkat penerima kuasa sebagai kuasa subsitusinya ternyata orang yang tak mampu, penerima kuasa harus bertanggung jawab atas tindakan kuasa subsitusi tersebut.

26 c. Penerima kuasa wajib membayar bunga uang tunai yang diterimanya, jika uang yang diterimanya dipergunakan untuk kepentingan diri sendiri. 32 B. Pemberian Kuasa Direktur Perjanjian Pemberian Kuasa diatur dalam Pasal 1792 s.d Pasal 1818 KUHPerdata, Perjanjian Pemberian Kuasa adalah suatu perjanjian yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberi kuasa. Ciri-ciri dari Perjanjian Pemberian Kuasa yaitu: 33 a. Bebas bentuk, artinya dapat dibuat dalam bentuk lisan atau tertulis, dan b. Persetujuan timbal balik para pihak telah mencukupi. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan. Dalam jaman yang penuh kesibukan sekarang ini, sering kali orang tidak sempat menyelesaikan urusan-urusannya. Oleh karena itu memerlukan jasa orang lain untuk menyelesaikan urusan-urusan itu. Orang ini lalu diberikannya kekuasaan atau wewenang untuk menyelesaikan urusan-urusan tersebut atas namanya. Yang dimaksudkan dengan menyelenggarakan suatu urusan adalah melakukan suatu 32 Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 310 33 Salim H.S., Op. Cit, hal. 84

27 perbuatan hukum yaitu suatu perbuatan yang mempunyai atau menelorkan suatu akibat hukum. 34 Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan seseorang sebagai pemberi kuasa dengan orang lain sebagai penerima kuasa, guna melakukan suatu perbuatan/tindakan untuk dapat atas nama si pemberi kuasa. 35 Subjek dalam perjanjian pemberian kuasa adalah pemberi kuasa dan penerima kuasa, yang menjadi pokok perjanjian pemberian kuasa adalah dapat satu atau lebih perbuatan hukum dalam hukum harta kekayaan. Mengenai badan hukum publik yang juga terikat dengan ketentuan hukum perdata diantaranya adalah Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum dan Perusahaan Perseroan maka pihak yang dapat memberi kuasa masing-masing adalah Kepala Jawatan untuk Perusahaan Jawatan, Direksi Perum untuk Perusahaan Umum dan Direksi Perseroan untuk Perusahaan Perseroan. Karenanya dalam mencermati siapa yang berhak dalam memberikan kuasa tergantung dari anggaran dasar PT tersebut mengacu pada Undang-Undang Perseroan Terbatas. Direksi dapat memberikan kuasa dalam hal untuk menjalankan kegiatan usaha dan tujuan PT seperti yang dimuat pada Anggaran Dasar. Kuasa yang diberikan oleh direksi sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pasal 103 UUPT bahwa: 36 Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan 34 R. Subekti, Op. Cit, hal. 140 35 Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 306 36 Lihat Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

28 melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa. Menurut penjelasan pasal 103 UUPT tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud kuasa adalah kuasa khusus untuk perbuatan tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat kuasa. Klausula-klausula yang terdapat di dalam surat kuasa haruslah jelas menyebutkan identitas para pihak yakni Pihak Pemberi Kuasa dan Pihak Penerima Kuasa, hal yang dikuasakan secara khusus dan rinci, tidak boleh mempunyai arti ganda dan menyebutkan jangka waktu pemberian kuasa. Dengan demikian menjadi jelas batasan hak yang dikuasakan baik bagi pemberi kuasa maupun bagi penerima kuasa sendiri. Pemberi kuasa tak dapat menuntut terhadap hal-hal yang tidak dikuasakan, sedangkan penerima kuasa juga tak dapat melakukan kuasa melebihi kuasa yang diberikan. Bila hal ini terjadi maka pihak yang dirugikan dapat menuntut secara pribadi kepada penerima kuasa, sedangkan tindakan yang dilakukan penerima kuasa yang tidak dikuasakan tersebut menjadi batal demi hukum. Pengaturan mengenai jangka waktu berlakunya kuasa tidak diatur di dalam peraturan perundang-undangan. KUHPerdata hanya mengatur mengenai berakhirnya kuasa yang terdapat pada Pasal 1813-1819 KUHPerdata. Jadi, jangka waktu berlakunya suatu surat kuasa bergantung pada kesepakatan para pihak, sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 KUHPerdata. Macam-macam cara berakhirnya pemberian kuasa berdasarkan KUHPerdata meliputi:

29 a. Dengan ditariknya kembali kuasanya oleh pemberi kuasa ; Si pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya dan jika ada alasan untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya. 37 Yang dimaksudkan oleh ketentuan ini adalah bahwa si pemberi kuasa dapat menghentikan kuasa itu at any time asal dengan pemberitahuan penghentian dengan mengingat waktu yang secukupnya. Bila si kuasa tidak mau menyerahkan kembali kuasanya secara sukarela, ia dapat dipaksa berbuat demikian lewat pengadilan. b. Dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh si juru kuasa ; pemberi kuasa dapat mengakhiri atau menarik kembali kuasanya setiap waktu manakala itu dikehendakinya (pasal 1814), begitu pula dari pihaknya si penerima kuasanya, asal dengan mengindahkan waktu secukupnya dalam memberitahukan penghentian kepada si pemberi kuasa. Namun jika pemberitahuan penghentian ini baik karena ia dilakukan dengan tidak mengindahkan waktu, maupun karena salahnya si kuasa, membawa rugi bagi si pemberi kuasa, maka penerima kuasa harus diberikan ganti rugi oleh si kuasa, kecuali apabila si kuasa berada dalam keadaan tak mampu meneruskan kuasanya dengan tidak membawa rugi yang tidak sedikit bagi dirinya sendiri. 38 c. Dengan meninggalnya, pengampuannya atau pailitnya si pemberi kuasa maupun si penerima kuasa; 37 Lihat Pasal 1814 KUHPerdata 38 Lihat Pasal 1817 KUHPerdata

30 Jika si kuasa meninggal, para ahli warisnya harus memberitahukan hal itu kepada si pemberi kuasa, jika mereka tahu tentang adanya pemberian kuasa, dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang perlu menurut keadaanbagi kepentingan si pemberi kuasa, atas ancaman mengganti biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu. 39 d. Dengan perkawinan si perempuan yang memberikan atau menerima kuasa; Pemberian kuasa tergolong pada perjanjian dimana prestasi sangat erat hubungannya dengan pribadi para pihak. Mengenai kawinnya seorang perempuan yang memberikan atau menerima kuasa, dengan lahirnya UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang menganggap seorang perempuan yang bersuami sepenuhnya cakap menurut hukum, ketentuan yang berkenaan dengan kawinnya seorang perempuan, dengan sendirinya tidak berlaku lagi. Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya, dan jika ada alasan untuk itu, memaksa penerima kuasa untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya (Pasal 1814 KUHPerdata), yang dimaksudkan oleh ketentuan ini adalah bahwa pemberi kuasa dapat menghentikan kuasa itu kapan saja asal dengan pemberitahuan penghentian dengan mengingat waktu yang secukupnya. Bila penerima kuasa tidak mau menyerahkan kembali kuasanya secara sukarela, ia dapat dipaksa berbuat demikian lewat pengadilan. 40 39 Lihat Pasal 1819 KUHPerdata 40 R. Subekti, Op. Cit, Hal. 151

31 C. Tata Cara Pemberian Kuasa Direktur Pada Proyek Pembangunan Jalan Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat ataupun dengan lisan. Jika dilihat dari cara bertindaknya, penerima kuasa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 41 a. Penerima kuasa bertindak atas namanya sendiri. Hal ini sering dilakukan oleh seorang komisioner yang melakukan perbuatan hukum seolah-olah untuk dirinya sendiri. b. Penerima kuasa bertindak atas nama orang lain, perbuatan yang dilakukan untuk orang lain dan pada saat melakukannya penerima kuasa menyatakan bahwa ia melakukannya untuk orang lain. Suatu badan hukum dapat memberikan kuasanya pada seseorang untuk melakukan perbuatan hukum atas namanya. Dengan pemberian kuasa tersebut, badan hukum tersebut harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang diatur oleh hukum. Didalam Pasal 1793 KUHPerdata disebutkan bentuk perjanjian pemberian kuasa, dapat dilakukan dengan akta otentik, dalam bentuk tulisan dibawah tangan dan dengan lisan : a. Pemberian kuasa dengan akta otentik adalah suatu pemberian kuasa, yang dibuat antara pemberi kuasa dan penerima kuasa, artinya perjanjian kuasa dibuat dimuka dan dihadapan Notaris. 41 Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, cet. IV, (Bandung: Binacipta, 1987), hal, 11

32 b. Pemberian kuasa dalam bentuk tulisan dibawah tangan merupakan perjanjian pemberian kuasa yang dibuat secara tertulis antara pemberi kuasa dan penerima kuasa. c. Perjanjian pemberian kuasa secara lisan merupakan perjanjian pemberian kuasa, artinya pihak pemberi kuasa memberikan kuasa secara lisan kepada penerima kuasa tentang hal yang dikuasakannya. 42 d. Kuasa bisa juga terjadi berbentuk kuasa secara diam-diam, artinya suatu kuasa bisa terjadi dengan sendirinya tanpa persetujuan lebih dahulu. Kuasa secara diam-diam dapat disimpulkan dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang (Pasal 1793 ayat 2). Definisi akta otentik diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Pegawai umum yang dimaksudkan dalam membuat akta secara otentik adalah notaris. Hal ini diatur dalam ketentuan umum Pasal 1 sub 1 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik. 43 Sebagai pegawai umum, segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannya (konstatir) adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam proses hukum. Akta dalam bentuk otentik dipandang sebagai alat bukti tertulis dengan kekuatan pembuktian sempurna, karena 42 Ibid, hal. 85 43 H. Djuhad Mahja, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, (Jakarta: Durat Bahagia, 2005), hal. 60

33 dijamin oleh notaris. Sedangkan definisi perjanjian di bawah tangan diatur dalam Pasal 1874 ayat (1) KUH Perdata, yaitu akta-akta yang ditandatangani di bawah tangan, surat-surat, register-register, surat-surat urusan rumah tangga dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang pegawai umum. Pemberian kuasa itu adalah bebas dari sesuatu bentuk cara (formalitas) tertentu, dengan perkataan lain merupakan suatu perjanjian konsensual artinya sudah mengikat (sah) pada detik tercapainya sepakat antara si pemberi kuasa dan si penerima kuasa. 44 Pemberian kuasa direktur pada proyek pembangunan jalan dilakukan secara tulisan, yaitu dengan akta otentik. Pemberian kuasa tersebut dilakukan secara khusus yaitu hanya meliputi satu kepentingan tertentu atau lebih. Dalam hal ini khusus bertindak untuk melakukan pengurusan dan melaksanakan sampai selesai kegiatan pekerjaan proyek pembangunan jalan atas nama perusahaan tersebut. D. Pelaksanaan Pemberian Kuasa Direktur pada Proyek Pembangunan Jalan Ketentuan mengenai perjanjian pemborongan telah diatur dalam Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pemborongan pekerjaan adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan. 45 44 R. Subekti, Op. Cit, hal. 141 45 R. Subekti dan Tjitrosudibio, Op. Cit, hal 391

34 Kontrak kerja konstruksi, yang diartikan sebagai keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi (Pasal 1 angka 5 UU No. 18 Tahun 1999). Dengan demikian dapat dilihat bahwa pengertian kontrak kerja konstruksi adalah suatu perbuatan hukum antara pihak pengguna jasa dengan pihak penyedia jasa konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan jasa konstruksi dimana dalam hubungan hukum tersebut diatur mengenai hak dan kewajiban para pihak. Para pihak dalam pekerjaan konstruksi terdiri dari: pengguna jasa dan penyedia jasa (perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi). 46 Penjelasan ini berarti bahwa dimensi hukum dalam kontrak kerja konstruksi adalah dimensi hukum perdata, bukan hukum pidana karena dalam hukum pidana tidak dikenal adanya kontrak. Dalam konteks ini, kontrak kerja konstruksi tunduk pada Pasal 1313 KUHPerdata jo Pasal 1320 KUHPerdata. Hubungan hukum antar para pihak dalam jasa konstruksi sebagaimana diatur dalam UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, adalah hubungan kontraktual (berdasarkan kontrak) yang harus memenuhi persyaratan sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Berdasarkan pasal 1338 KUHPdt, para pihak bebas untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian, namun kebebasan untuk menentukan bentuk dan isi perjanjian sekiranya telah hilang karena di dalam Pasal 22 UU No. 18 Tahun 1999, telah ditentukan isi dari suatu kontrak kerja jasa konstruksi. Bentuk perjanjian 46 Lihat Pasal 1 angka 3, 4, 9, 10, dan 11, jo Pasal 14, 15, dan 16 UU Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

35 jasa konstruksi yang ada adalah bentuk kontrak standar, dengan tujuan untuk menjaga agar kontrak dan pelaksanaan tetap mengikuti ketentuan peraturan perundangundangan. Para pihak terutama pihak penyedia jasa tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan kontrak kerja konstruksi. Karena semua proses dari tahapan awal dari pendaftaran sampai dengan penetapan pemenang lelang semuanya telah diatur oleh undang-undang berikut peraturan pelaksanaannya termasuk dalam perjanjian kontrak kerja konstruksi telah diatur dalam bentuk standar kontrak. Pihak pengguna jasa dalam hal ini terutama pemerintah dan atau lembaga negara lebih dominan untuk menentukan isi perjanjian. 47 Pada umumnya pemborongan pekerjaan dari sektor swasta dikenal dua prosedur pemilihan pemborong yaitu: 1. Pemilihan kontraktor secara negosiasi Melalui sistem negosiasi, pemilihan kontraktor tidak dilakukan dengan suatu tender tertentu, akan tetapi pihak pemilik pekerjaan bernegosiasi langsung dengan pihak pemborong untuk memastikan apakah kontraktor tersebut dapat dipilih untuk mengerjakan proyek yang bersangkutan, sehingga prosedur negosiasi ini praktis lebih bersifat informal. Dalam hal ini pihak pemilik pekerjaan mengontak satu atau lebih pemborong yang menurut penilaiannya mampu mengerjakan pekerjaan yang dimaksud, sambil menginformasikan persyaratan-persayaratan untuk itu. 47 Budi F. Supriadi, Kedudukan Para Pihak Dalam Kontrak Kerja Jasa Konstruksi Ditinjau Dari Azas Kebebasan Berkontrak Dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. Majalah Ilmiah Unikom, Vol.5, hal. 157-158.

36 Biasanya pihak pemilik pekerjaan memintakan kepada pihak pemborong untuk memasukkan juga penawaran kepada pihak pemilik pekerjaan. 2. Pemilihan Kontraktor secara Tender Ada dua macam tender yang lazim dilakukan dalam praktek, yaitu pertama sistem tender terbuka, pada sistem tender ini pihak pemilik pekerjaan mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk berpartisipasi dalam tender tersebut, dalam hal ini diumukan dengan cara pemasangan iklan di media masa. Kemudian tender terbatas, yaitu hanya mengundang beberapa pihak tertentu saja untuk berpartisipasi dalam tender tersebut. Tentu saja sungguhpun sistem tender ini terkesan formal dengan dokumentasi yang lebih rumit akan tetapi sistim ini mengandung manfaat yang lebih nyata, antara lain dengan semakin banyaknya pihak yang berpartisipasi dalam tender tersebut, tentu akan ditemukan semakin banyak pilihan yang pada akhirnya akan menemukan kontraktor yang terbaik. Dari kedua prosedur pemilihan pemborong tersebut, pemilihan kontraktor secara tender terbatas yang sering digunakan untuk pekerjaan pemborongan bangunan yang berasal dari pihak swasta, untuk perusahaan swasta yang telah berbadan hukum misalnya: Perseroan Terbatas. Sedangkan untuk pemberi pekerjaan pemborongan bangunan yang berasal dari perorangan, digunakan prosedur pemilihan kontraktor secara negosiasi, misalnya: bangunan rumah tinggal.

37 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2010 menentukan bahwa yang menjadi prosedur pemilihan perencana konstruksi dan pengawas konstruksi adalah sebagai berikut: a. Pengumuman b. Pendaftaran untuk mengikuti pelelangan; c. penjelasan; d. Pemasukan penawaran e. Evaluasi penawaran f. penetapan calon pemenang dilakukan berdasarkan penilaian kualitas, gabungan kualitas dan harga, harga tetap, atau harga terendah; g. Pengumuman calon pemenang h. masa sanggah; dan i. Penetapan pemenang Untuk dapat terlaksananya kegiatan jasa pemborongan, sebelumnya harus didahului dengan pengikatan para pihak yang sepakat mengikatkan diri antara satu dengan lainnya serta dituangkan dalam suatu perjanjian jasa pemborongan, sehingga menimbulkan hubungan hukum dan akibat hukum bagi para pihak. Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian pemborongan dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam praktek, apabila perjanjian pemborongan menyangkut harga borongan kecil biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan apabila perjanjian pemborongan

38 menyangkut harga borongan yang agak besar, biasanya perjanjian dibuat secara tertulis baik dengan akta dibawah tangan atau akta autentik (akta notaris). 48 Selain itu perjanjian jasa pemborongan juga bersifat formil, karena khusus dalam proyek-proyek pemerintah, harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (surat perintah kerja dan surat perjanjian pemborongan) dibuat dalam model-model formulir tertentu yang isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan. Proyek pemborongan bangunan yang diperoleh lewat prosedur lelang (tender terbatas) oleh Dinas P.U. Abdya, yang keluar sebagai pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran terendah. Akan tetapi dalam prakteknya tidak selalu peserta lelang atau kontraktor yang mengajukan penawaran terendah yang ditunjuk sebagai kontraktor pelaksana proyek oleh panitia lelang/pengadaan, juga melihat dari harga yang ditawarkan dari pihak pemborong dalam penawaran apakah wajar atau tidak. Harga dalam penawaran telah dianggap wajar dalam batas ketentuan mengenai harga satuan (harga standar) yang telah ditetapkan, serta telah sesuai dengan ketentuan yang ada, maka panitia dapat menetapkan peserta yang telah memasukkan penawaran yang paling menguntungkan bagi pemberi borongan pekerjaan. a. Penawaran secara teknis dapat dipertanggungjawabkan; 48 FX. Djumaialdji, Hukum Bangunan, Dasar-dasar Hukum Dalam Proyek dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1996), hal 4.

39 b. Perhitungan harga yang ditawarkan dapat dipertanggungjawabkan; c. Penawaran tersebut adalah yang terendah diantara penawaran-penawaran yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b. 49 Hal ini terjadi apabila panitia lelang melihat bahwa harga yang diajukan terlalu rendah dan dianggap tidak wajar, sehingga dikuatirkan proyek tersebut tidak dapat dikerjakan dengan hasil yang baik. Selain itu langkah ini diambil untuk menghindari penurunan kualitas hasil kerja dari pemborong dengan pola asal jadi dan mengantisipasi harga pasar dari harga pasar dari harga bahan baku proyek yang cenderung meningkat. Prosedur pemilihan pemborong/rekanan/kontraktor/penyedia jasa dengan metoda pelelangan umum dalam Peraturan Presiden 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah terdiri dari : 1. Prakualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum penawaran. Proses prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman prakualifikasi, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi, evalusi dokumen prakualifikasi, penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi, dan pengumuman hasil prakualifikasi. 2. Pasca kualifikasi, yaitu proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan syarat tertentu lainnya dari penyediaan barang/jasa setelah memasukkan penawaran. Proses pasca kualifikasi secara umum meliputi 49 FX. Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal 22

40 pemasukan dokumen kualifikasi bersamaan dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya. Proyek pembangunan jalan Surien yang dikerjakan oleh PT. Aslan Karya Putra, didapat dari prosedur lelang (tender terbatas) yang dilakukan oleh Dinas P.U. Abdya. Akan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut direktur perusahaan PT. Aslan Karya Putra memberikan kuasa khusus kepada pihak ketiga untuk bertindak atas nama pemberi kuasa di dalam segala hal dan segala urusan yang bersangkut paut dengan kegiatan pekerjaan proyek pembangunan jalan surien pada Dinas P.U. Abdya. Penyerahan kuasa oleh direktur PT. Aslan Karya Putra diberikan kepada penerima kuasa sebelum tender terbatas untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan proyek dilakukan. Dalam hal ini, penerima kuasa bertindak atas nama pemberi kuasa untuk melaksanakan pekerjaan proyek tersebut dimulai dari tahap sebelum kualifikasi hingga berakhirnya pelaksanaan pekerjaan. 50 Pemberian kuasa yang dilakukan oleh Direktur PT. Aslan Karya Putra tersebut didasarkan pada ketentuan pada Pasal 103 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan bahwa Direksi dapat memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan Perseroan atau lebih atau kepada orang lain untuk dan atas nama Perseroan melakukan perbuatan hukum tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa. 50 Wawancara dengan Irwandi (penerima kuasa), pada tanggal 23 Juni 2011.

41 Isi perjanjian yang terdapat dalam surat kuasa merupakan hal yang terpenting karena ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam perjanjian tersebut dapat menggambarkan kondisi dan informasi tentang apa yang disepakati oleh para pihak yang membuatnya baik secara tersirat maupun tersurat. Hubungan yang terjadi antara pemberi kuasa dan penerima kuasa adalah hubungan hukum untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu oleh penerima kuasa dan sebagai kompensasinya pemberi kuasa mendapatkan sejumlah pembayaran yang telah ditetapkan. Sejumlah pembayaran yang didapat oleh pemberi kuasa yaitu didasarkan atas peminjaman perusahaan oleh pihak ketiga untuk melaksanakan proyek pembangunan jalan antara Dinas P.U. Abdya dengan PT. Aslan Karya Putra tersebut. Klausula yang terdapat di dalam perjanjian kuasa tidak mengatur mengenai besarnya pembayaran yang akan diterima oleh pemberi kuasa, tetapi hanya mengatur hubungan-hubungan hukum dan segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan proyek pembangunan jalan. Mengenai besarnya pembayaran yang akan diterima oleh pemberi kuasa hanya dilakukan berdasarkan perjanjian dibawah tangan antara pemberi kuasa dan penerima kuasa, yang dilakukan sebelum penyerahan proyek pembangunan jalan kepada penerima kuasa. 51 2011. 51 Wawancara dengan Wariji, S.H. Direktur PT. Aslan Karya Putra, pada tanggal 21 Juni