PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB III MATERI DAN METODE. Diponegoro, Semarang. Kegiatan penelitian berlangsung dari bulan Mei hingga

G. S. Dewi, Sutaryo, A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

S. Sarah, T. H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PEMANFAATAN PROTEIN PADA SAPI JANTAN PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN YANG MENDAPAT PAKAN RUMPUT GAJAH, AMPAS TAHU DAN SINGKONG

PENGARUH PAKAN KOMPLIT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA PENGGEMUKAN DOMBA LOKAL JANTAN SECARA FEEDLOT TERHADAP KONVERSI PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

KOMPOSISI KIMIA DAGING KAMBING KACANG JANTAN YANG DIBERI PAKAN DENGAN KUALITAS BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

I. Sayekti, E. Purbowati dan E. Rianto* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro *

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

KOMPOSISI TUBUH KAMBING KACANG AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh ALEXANDER GALIH PRAKOSO

EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

MATERI DAN METODE. Materi

PENGARUH JUMLAH (3 DAN 6 PER HARI) FREKUENSI PEMBERIAN KONSENTRAT TERHADAP KOMPOSISI TUBUH KERBAU JANTAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

KADAR HEMATROKRIT, GLUKOSA DAN UREA DARAH SAPI JAWA YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

KECERNAAN BAHAN KERING BEBERAPA JENIS PAKAN PADA TERNAK SAPI BALI JANTAN YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM FEEDLOT ABSTRACT

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

PENGARUH PENGGANTIAN KONSENTRAT DENGAN AMPAS AREN FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN SERAT KASAR DOMBA EKOR TIPIS JANTAN

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

PENGARUH PEMBERIAN MENIR KEDELAI TERPROTEKSI TERHADAP NILAI TOTAL DIGESTIBLE NUTRIENT RANSUM DOMBA EKOR TIPIS

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

KONSUMSI DAN KOEFISIEN CERNA NUTRIEN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DITAMBAH SODA KUE (SODIUM BIKARBONAT).

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

SELISIH PROPORSI DAGING, LEMAK DAN TULANG DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN UNTUK HIDUP POKOK DAN PRODUKSI

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PENGARUH PEMBERIAN SILASE KLOBOT JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN. Oleh: PURWANTO H

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul keluaran kreatinin lewat urin pada domba lokal

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Januari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PRODUKTIVITAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

2. Konsumsi Pakan Intake Makanan pada Ternak Monogastrik 2.2. Intake Makanan pada Ternak Ruminansia 2.3. Pendugaan Intake Makanan

PENAMPILAN PRODUKSI DAN PARAMETER PERTUMBUHAN KERBAU YANG DIBERI PAKAN KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA

PENGARUH TINGKAT PROTEIN-ENERGI RANSUM TERHADAP KINERJA PRODUKSI KAMBING KACANG MUDA

E. Rianto, Nurhidayat, dan A. Purnomoadi Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2017, VOL. 17, NO. 2. Annisa Savitri Wijaya 1, Tidi Dhalika 2, dan Siti Nurachma 2 1

FORMULASI PAKAN SAPI POTONG BERBASIS SOFTWARE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU

Muchamad Luthfi, Tri Agus Sulistya dan Mariyono Loka Penelitian Sapi Potong Jl. Pahlawan 02 Grati Pasuruan

PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT RAJA (Pennisetum purpupoides) DAN TEBON JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA

Animal Agriculture Journal 3(4): , Desember 2014 On Line at :

Evaluasi Pertambahan Bobot Badan Sapi Aceh Jantan yang Diberi Imbangan Antara Hijauan dan Konsentrat di Balai Pembibitan Ternak Unggul Indrapuri

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP PENAMPILAN KAMBING PERSILANGAN BOER X KACANG MUDA

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

RESPON PRODUKSI SAPI MADURA DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pembedaan Kualitas Konsentrat pada Tampilan Ukuran-Ukuran Tubuh dan Kosumsi Pakan Pedet FH Betina Lepas Sapih

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

Transkripsi:

On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN (The Effect of Diet Quality on Dietary Protein Digestibility and Retention in Male Kacang Goat) A. A. Laksana, E. Rianto dan M. Arifin Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan dengan pemberian kualitas ransum yang berbeda. Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa 15 ekor kambing Kacang jantan dengan bobot badan awal rata-rata 15,49 ± 3,39 kg (CV = 21,95%). Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok, dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok bobot badan. Perlakuan pakan yang diterapkan adalah kandungan protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN), yaitu T1 (PK 9,20% : TDN 54,67%), T2 (PK 11,67% : 58,61%), dan T3 (PK 18,33% : TDN 65,23%). Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi BK, konsumsi PK, kecernaan PK, dan retensi PK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kualitas ransum yang berbeda menghasilkan konsumsi PK, kecernaan PK, dan retensi PK yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Pengelompokan kambing Kacang berdasarkan bobot badan menghasilkan konsumsi BK dan konsumsi PK yang berbeda nyata (P<0,05). Simpulan penelitian ini adalah, semakin tinggi kualitas ransum semakin tinggi pula nilai kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan. Kata kunci: kambing kacang; kualitas ransum; kecernaan, retensi ABSTRACT This research aims to examine dietary protein digestibility and retention in male Kacang goat fed different quality of diet. The materials used in this research were 15 male Kacang goat, weighing 15.49 ± 3.39 kg (CV = 21.95%). This research used randomized block design, with 3 feeding treatments and 5 groups of body weight. The feeding treatments of the feed applied were crude protein contents (CP) and Total Digestible Nutrients (TDN), T1 (CP 9.20% : TDN 54.67%), T2 (CP 11.67% : 58.61%), dan T3 (CP 18.33% : TDN 65.23%). The parameters observed in this research were dry matter intake (DM), CP intake, protein digestibility and protein retention. The results showed that feeding treatment resulted in a highly significant difference (P<0.01) in CP intake, protein digestibility and protein retention. There was a significant difference (P<0.05) between body weight groups in DM intake and CP intake. It is concluded that higher quality of diet increases dietary protein digestibility and retention in male Kacang goat. Keyword: kacang goat; diet quality; digestibility; retention 63

PENDAHULUAN Kambing Kacang merupakan salah satu ternak lokal yang banyak dipelihara di Indonesia. Kambing Kacang banyak dipilih peternak di Indonesia diantaranya karena proporsi karkasnya yang tinggi (Priyanto et al., 2002). Kambing Kacang yang dipelihara di Indonesia, pada umumnya memiliki bobot badan rata rata 25 kg (Dinas Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknolog Pertanian Jawa Tengah, 2005). Berdasarkan hal tersebut, kambing Kacang memiliki potensi untuk membantu memenuhi kebutuhan protein hewani di Indonesia. Salah satu faktor yang penting untuk menunjang produktivitas ternak adalah pakan. Pakan mengandung berbagai macam zat nutrien yang penting bagi ternak. Zat-zat nutrien yang terdapat pada pakan meliputi air, energi, lemak, protein, mineral dan vitamin (Tillman et al., 1998). Nutrien dalam pakan akan dimanfaatkan ternak untuk hidup pokok dan menunjang produktivitasnya. Nutrien dalam pakan yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan ternak akan menghasilkan produktivitas yang baik. Oleh karena itu, kandungan nutrien pakan yang akan diberikan pada ternak perlu untuk diperhatikan. Nutrien pakan yang penting bagi ternak salah satunya adalah protein. Protein merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan ternak untuk menunjang pertumbuhan. Protein pakan yang diberikan, akan mempengaruhi pertumbuhan mikroba dalam rumen, yang nantinya akan mempengaruhi proses fermentasi pakan dalam rumen. Jumlah protein yang sesuai dalam pakan ternak, akan mampu meningkatkan sintesa protein mikroba di dalam rumen sehingga penyerapan pakan menjadi lebih baik dan efisien (Newbold et al., 1987). Berdasarkan uraian di atas, protein menjadi salah satu nutrien penting yang perlu diperhatikan oleh peternak kambing Kacang. Saat ini, data tentang pengaruh kualitas ransum terhadap kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang masih sangat kurang. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan yang diberi ransum dengan kualitas berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai 64

kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang di Indonesia yang diberi ransum dengan kualitas berbeda, dan dapat menjadi acuan dalam penentuan kualitas ransum pada kambing Kacang jantan bagi peternak kambing Kacang di daerah tropis. MATERI DAN METODE Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa 15 ekor kambing Kacang jantan dengan bobot badan awal rata-rata 15,49 ± 3,39 kg (CV = 21,95%). Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini meliputi rumput Gajah, bungkil kedelai, onggok, dan dedak padi yang disusun menjadi ransum berbentuk crumble Komposisi dan kandungan nutrisi bahan pakan penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian Metode Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan pakan dan 5 kelompok kambing Kacang. Pengelompokan kambing dilakukan berdasarkan bobot badan awal. Pengelompokan dilakukan berdasarkan bobot badan awal tahap pendahuluan, yaitu : K1 : Bobot badan antara 17,13 dan 19,87 kg, dengan rata-rata 18,44±1,37 kg (CV = 7,45%) 65

K2 : Bobot badan antara 14,98 dan 16,71 kg, dengan rata-rata 16,06±0,94 kg (CV = 5,88%) K3 : Bobot badan antara 14,62 dan 14,94 kg, dengan rata-rata 14,74±0,17 kg (CV = 1,17%) K4 : Bobot badan antara 11,71 dan 14,33 kg, dengan rata-rata 13,11±1,32 kg (CV = 10,06%) K5 : Bobot badan antara 8,77 dan 9,55 kg, dengan rata-rata 9,04±0,44 kg (CV = 4,92%) Perlakuan yang diberikan adalah pemberian pakan dengan kualitas yang berbeda berdasarkan kandungan protein kasar (PK) dan Total Digestible Nutrients (TDN). T1 = Pemberian pakan dengan kandungan PK 9,20% dan TDN 54,67%. T2 = Pemberian pakan dengan kandungan PK 11,67% dan TDN 58,61%. T3 = Pemberian pakan dengan kandungan PK 18,33% dan TDN 65,23%. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu tahap persiapan (3 minggu), tahap adaptasi (6 minggu), tahap pendahuluan (1 minggu) dan tahap perlakuan (10 minggu). Pemberian ransum dihitung berdasarkan kebutuhan bahan kering yaitu 4,5% bahan kering dari bobot badan ternak. Pada tahap perlakuan, ternak diberi ransum sebanyak 4 kali sehari yaitu pukul 08.00, 13.00, 18.00, dan 21.00 WIB. Air minum diberikan secara ad libitum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap satu minggu sekali untuk mengetahui pertambahan bobot badan harian. Pada minggu ke-7 periode perlakuan, dilakukan pengambilan data pemanfaatan protein pakan melalui metode total koleksi selama 7 hari. Total koleksi dilakukan pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada jam yang sama pada hari berikutnya, selama 7 hari berturut-turut. Hasil penampungan feses dan urin pada pagi harinya ditimbang dan kemudian diambil sampel. Pengambilan sampel feses dilakukan setelah homogenisasi sebanyak 10 %. Hasil total koleksi feses selama 7 hari kemudian dikeringkan. Feses yang kering ditumbuk dan dicampur hingga homogen, kemudian diambil sampel untuk dianalisis. Pengumpulan urin menggunakan kandang metabolis yang telah dilengkapi penampung urin. Sampel 66

urin diambil sebanyak 10 % setiap harinya. Hasil total koleksi urin selama 7 hari dicampur hingga homogen, kemudian diambil sampel untuk dianalisis. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi BK, konsumsi PK, kecernaan PK dan retensi PK. Data hasil penelitian dianalisis dengan analisis variansi (uji F) yaitu membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan Uji Wilayah Berganda Duncan (Gazpersz, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa pemberian kualitas ransum yang berbeda pada kambing Kacang jantan menghasilkan konsumsi PK, kecernaan PK, dan retensi PK yang berbeda sangat nyata (P<0,01). Tabel 2. Rata-rata Bobot Awal, Konsumsi BK, Konsumsi PK, Kecernaan PK dan Retensi PK. Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Kasar Pemberian ransum dengan kualitas yang berbeda tidak memberikanm pengaruh nyata (P>0,05) terhadap jumlah konsumsi BK pakan pada kambing Kacang jantan, dengan rata-rata sebesar 577 gram/ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas ransum tidak meningkatkan konsumsi BK pakan pada kambing Kacang jantan. Pemberian ransum dengan kualitas yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap jumlah konsumsi protein kasar (PK) pakan pada kambing Kacang jantan dengan konsumsi PK perlakuan ransum T2 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan ransum T1, dan konsumsi PK perlakuan T3 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan 67

ransum T2 (Tabel 2). Tidak adanya perbedaan yang nyata pada konsumsi BK kambing Kacang dengan kualitas ransum yang berbeda, diduga karena konsumsi TDN perlakuan T2 dan T3 telah mencukupi kebutuhan TDN pada kambing Kacang, sehingga ternak akan menghentikan konsumsi pakannya. Menurut pendapat McDonald et al. (2002) penyerapan VFA dalam bentuk asetat dan propionat oleh dinding rumen dapat menurunkan konsumsi pakan ruminansia karena terdapat reseptor-reseptor dalam lumen/dinding retikulo-rumen. Proses penyerapan VFA ke dalam hepatik vena portal juga menurunkan intake dengan cara pengiriman sinyal dari hati ke hipotalamus. Berdasarkan hal tersebut, peningkatan kualitas pakan dengan kandungan TDN yang mencukupi, tidak akan meningkatkan jumlah konsumsi BK kambing Kacang. Jumlah konsumsi PK meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas ransum. Hal ini disebabkan kandungan protein ransum pada T1 rendah yaitu hanya 9,20%, sedangkan kandungan protein ransum perlakuan T2 dan T3 meningkat yaitu sebesar 11,67% dan 18,33%. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah protein yang dikonsumsi dipengaruhi jumlah kandungan protein yang terdapat dalam ransum. Hal ini sesuai dengan pendapat Haryanto dan Djajanegara (1993) yang menyatakan bahwa, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi protein diantaranya adalah kadar protein dalam pakan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan jumlah konsumsi PK kambing Kacang dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah protein yang terkandung dalam ransum. Kecernaan Protein Kasar Pemberian ransum dengan kualitas yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan protein kasar pada kambing Kacang jantan. Kecernaan PK perlakuan T2 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan T1, kecernaan PK T3 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan T2 dan kecernaan PK perlakuan T3 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan T1 (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas ransum, dapat meningkatkan kecernaan PK pada kambing Kacang. 68

Kecernaan PK yang meningkat disebabkan adanya peningkatan kandungan protein pakan dan jumlah konsumsi protein kambing Kacang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman et al. (1998) bahwa kecernaan PK terkait oleh tingkat konsumsi PK. Menurut pendapat Soewardi yang disitasi oleh Padang dan Mirajuddin (2006), semakin tinggi kandungan protein ransum, semakin tinggi pula kecernaan protein pakan. Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan kecernaan PK dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah protein dalam pakan. Retensi Protein Kasar Pemberian ransum dengan kualitas yang berbeda memberikan pengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap retensi protein pada kambing Kacang jantan. Retensi PK pada T3 sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada perlakuan ransum T1 dan T2, sedangkan retensi PK perlakuan ransum T1 dan T2 tidak berbeda nyata (P>0,05), sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Retensi PK meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan protein pakan dan jumlah konsumsi PK kambing Kacang. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kualitas ransum, dapat meningkatkan retensi PK pada kambing Kacang. Jumlah retensi PK yang meningkat, mengindikasikan jumlah protein yang dapat dimanfaatkan ternak juga meningkat. Meningkatnya retensi PK disebabkan kandungan protein pakan dan jumlah konsumsi protein kambing Kacang yang semakin tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Boorman (1980) bahwa, tinggi rendahnya kandungan proteindalam pakan berpengaruh pada nilai retensi protein di dalam tubuh. Lopez dan Garcia (1984) menambahkan bahwa perubahan pada PK termetabolis mengikuti perubahan pada konsumsi PK. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah protein dalam pakan dapat meningkatkan jumlah protein yang dapat dimanfaatkan kambing Kacang. Pengaruh Kelompok Bobot Badan terhadap Kecernaan dan Retensi Protein Data tentang pengaruh bobot badan terhadap kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang Jantan, tercantum pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelompokan kambing Kacang jantan berdasarkan bobot badan, menghasilkan konsumsi BK dan konsumsi PK yang berbeda nyata 69

(P<0,05), sedangkan kecernaan PK dan retensi PK tidak berbeda nyata (P>0,05). Pengelompokan bobot badan ternak yang dilakukan sudah efektif, dilihat dari konsumsi BK dan konsumsi PK yang berbeda nyata. Tabel 3. Konsumsi BK, Konsumsi PK, Kecernaan PK dan Retensi PK Berdasarkan Kelompok Bobot Badan Ternak Bobot badan kambing Kacang berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi BK dan konsumsi PK (Tabel 3). Semakin tinggi bobot badan ternak, semakin tinggi pula konsumsi BK pakannya. Meningkatnya konsumsi BK diikuti dengan meningkatkan konsumsi PK. Adanya perbedaan konsumsi BK dan konsumsi PK tiap kelompok dikarenakan ternak yang memiliki bobot lebih besar, memiliki organ pencernaan dengan daya tampung pakan yang lebih besar, sehingga mampu mengkonsumsi pakan dalam jumlah lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartadisastra (1997) bahwa kebutuhan pakan ternak dipengaruhi antara lain oleh bobot badan. Siregar (2003) menambahkan bahwa, ukuran ternak dapat mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi. Oleh sebab itu, ukuran ternak sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mengkonsumsi pakan. Kecernaan PK tidak berbeda nyata (P>0,05) antar kelompok bobot badan ternak. Tidak adanya pengaruh kelompok bobot ternak terhadap kecernaan protein, diduga karena ternak yang digunakan pada penelitian ini merupakan kambing Kacang yang telah cukup lama lepas sapih, sehingga kondisi saluran pencernaannya memiliki kemampuan yang sama dalam mencerna pakan. Menurut 70

pendapat Rianto dan Purbowati (2011), ternak ruminansia yang telah lepas sapih memiliki organ pencernaan yang telah berfungsi dengan baik dalam mencerna pakan. Retensi PK tidak berbeda nyata (P>0,05) antar kelompok bobot badan ternak. Selain disebabkan kondisi organ saluran pencernaan yang kemampuannya sama, hal ini juga dapat dikarenakan kualitas ransum yang diberikan sama pada tiap kelompok ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Orskov (1992) yang menyatakan bahwa, tinggi rendahnya deposisi protein antara lain dipengaruhi oleh kualitas pakan. SIMPULAN Peningkatan kualitas ransum dapat meningkatkan kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan. DAFTAR PUSTAKA Boorman, K. N. 1980. Dietary Contain on Nitrogen Retention. Protein Deposition in Animal. Butterworths, London. Dinas Peternakan Brebes dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 2005. Inventarisasi Sumberdaya Hayati Ternak Lokal Jawa Tengah. Dinas Peternakan Brebes Kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Ungaran. Gaspersz, V. 1991. Metode Rancangan Percobaan. Armico, Bandung. Haryanto, B. dan A. Djajanegara. 1993. Pemenuhan kebutuhan zat zat makanan ternak ruminansia kecil. Dalam : Wodzicka Tomazewska ; I. M. Mastika, A.Djajanegara, S. G. Gardiner dan Y. R. Wiradarya (Editor). Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, Surakarta. Hal 159-196. Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Lopez, A. and C. Garcia. 1984. Energy/protein ratio in natural-ingredient diets for weanling rats: II. Energy and protein retention and efficiency of retention. Laboratory Animals 18: 75-80. McDonald, P., RA. Edwards, JFG. Greenhalgh, and CA. Morgan. 2002. Animal Nutriotion. Prentice Hall, New York. 71

Newbold, C. J., D. G. Chamberlain, and P. C. Thomas. 1987. The Use of sodium bicarbonate to manipulate nitrogen metabolism in the rumen of sheep fed on silage-based diet. In: Proc. 8th Silage Conference, September 1987. Pp 69-70. Hurley, U. K. Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminants. Edisi ke-2. Harcount Brace Jovanovich, Publishers, London. Padang dan Mirajuddin. 2006. Pengaruh imbangan protein-energi terhadap pertambahan bobot badan kambing lokal jantan. J. Agrisains 7(1): 59-67. Priyanto, D., B. Setiadi, dan H. Setiyanto. 2002. Performan ekonomi kambing Kaboer dan kambing Kacang pada kondisi stasiun penelitian Cilebut. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Hal 212-216. Rianto, E., E. Purbowati. 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. Siregar, S. B. 2003. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta. Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 72