KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

Powered by TCPDF (

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

HUBUNGAN DALAM. Skripsi Sarjana Keperawatan. Disusun Oleh: J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

MITIGASI BENCANA BENCANA :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR, GEMPA BUMI, DAN TANAH LONGSOR DI KECAMATAN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bencana banjir termasuk bencana terbesar di dunia. Data Guidelines for Reducing Flood

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BAB III METODE PENELITIAN. Pasung, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. jadwal penelitian sebagai berikut:

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Disusun Oleh: NIA PARAMITHA SARI A Kepada:

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

TANGGAPAN MASYARAKAT DALAM MENGURANGI RESIKO BENCANA BANJIR DI DESA BLIMBING KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: ERNA MARDLIYANA RAHMAWATI NIM A610090107 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM Erna Mardliyana Rahmawati A 610090107 ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo adalah Kecamatan Gatak. Kecamatan Gatak memiliki rawan bencana, melihat dari peta kerawanan bencana Kabupaten Sukoharjo yang dikeluarkan oleh Bapedda kecamatan ini memiliki kerawanan bencana angin ribut, bencana banjir, gempa bumi, kebakaran, dan longsor. (Anonim, 2009) Kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya jatuh korban jiwa dan hilang atau rusaknya aset serta harta benda akibat bencana. Indonesia telah membentuk Undang Undang No 24 pada Tahun 2007 yang memuat tentang pengurangan risiko bencana merupakan faktor wajib dalam semua perkembangan baik di pabrik, bangunan, prasarana, kantor, sekolah, rumah, dan lainnya. Upaya pengurangan terjadinya korban bencana, perlu diadakan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana. Hal ini menjadikan sekolah sebagai salah satu obyek yang diteliti dari segi potensi dan tingkat kesiapsiagaan masyarakat sekolah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi bencana alam di Kecamatan Gatak dan mengetahui tingkat kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak Kabupaten Sukoharjo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi peta beberapa kerawanan bencana serta survei dengan angket dan daftar isian atau check list. Hasil analisis potensi bencana alam menunjukkan bahwa potensi bencana alam tersebar merata pada kecamatan dengan 3 variasi tingkatan yang berbeda. Potensi bencana alam dengan tingkatan rendah tersebar pada kelurahan Sraten, Wironanggan, Klaseman, Luwang, Trosemi, Geneng, Mayang, dan Krajan. Potensi bencana alam dengan tingkatan sedang tersebar pada kelurahan Tempel, Sanggung, Kagokan, Blimbing, dan Jati. Potensi bencana alam dengan tingkatan tinggi tersebar pada kelurahan Trangsan. Hasil analisis tingkat kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak menunjukkan bahwa memiliki nilai indeks 95 dapat dikateorikan pada tingkatan sangat siap. Nilai indeks tersebut di pengaruhi oleh kesiapsiagaan sekolah sebagai lembaga memiliki nilai indeks 100 dapat dikategorikan pada level sangat siap, guru memiliki nilai indeks 94 dapat dikategorikan sangat siap, dan siswa memiliki nilai indeks 87 dapat dikategorikan sangat siap. Kata kunci: kesiapsiagaan, bencana alam, sekolah. 1

PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana tinggi. Berbagai bencana alam mulai dari gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kekeringan, dan kebakaran hutan rawan terjadi di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Wilayah Indonesia terletak pada kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana. Hampir 80% wilayah kabupaten/kota di seluruh indonesia memiliki potensi bencana (rawan bencana). Kabupaten Sukoharjo termasuk wilayah dengan indeks bencana tinggi dengan skor 82, urutan 76 dari 497 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. (Anonim: 2011) Salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo adalah Kecamatan Gatak. Kecamatan Gatak memiliki rawan bencana, melihat dari peta kerawanan bencana Kabupaten Sukoharjo yang dikeluarkan oleh Bapedda kecamatan ini memiliki kerawanan bencana angin ribut, bencana banjir, gempa bumi, kebakaran, dan longsor. (Anonim, 2009) Kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk mengurangi terjadinya jatuh korban jiwa dan hilang atau rusaknya aset serta harta benda akibat bencana. Indonesia telah membentuk Undang Undang No 24 pada Tahun 2007 yang memuat tentang pengurangan risiko bencana merupakan faktor wajib dalam semua perkembangan baik di pabrik, bangunan, prasarana, kantor, sekolah, rumah, dan lainnya. Upaya pengurangan terjadinya korban bencana, perlu diadakan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana. Hal ini menjadikan sekolah sebagai salah satu obyek yang diteliti dari segi potensi dan tingkat kesiapsiagaan masyarakat sekolah. Sekolah memiliki peran sebagaimana telah diungkapkan oleh gugus tunas pengarusutamaan pengurangan risiko bencana dalam sistem pendidikan nasional berikut. 2

Sekolah merupakan tempat atau wahana yang strategis untuk pengembangan potensi peserta didik dalam hal pengurangan risiko bencana. Dalam lingkungan sekolah, peserta didik beraktivitas melalui proses pelayanan pedagogis untuk pengembangan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi lingkungan yang menyenangkan, nyaman, dan aman untuk belajar bagi seluruh peserta didik. Kepala sekolah, guru, pegawai administrasi dan tenaga kependidikan lainnya harus menjadi tenaga profesional yang selalu dan secara terus menerus untuk mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan dan pemberdayaan potensi peserta didik (2010). Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gatak Kabupaten Sukoharjo merupakan sekolah yang sudah cukup lama resmi berdiri pada Tahun 1980 yang beralamat di JL. Pramuka No. 1 Blimbing, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah memerlukan perhatian khusus mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui potensi bencana alam di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. 2. Mengetahui Kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak Kabupaten Sukoharjo dalam menghadapi bencana alam. METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalalahan yang ada, maka dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini adalah penelitian survai. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru/karyawan dan siswa SMP Negeri 1 Gatak yang berjumlah 908 orang. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel purposive. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui angket, observasi lapangan, wawancara, interpretasi peta, studi literatur. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Hasil perolehan data rawan bencana dapat diolah lagi dengan cara menjumlahkan kelima peta rawan bencana tersebut dan dapat dirumuskan sebagai berikut: Tingkat Bahaya = [rawan angin ribut] + [rawan banjir] + [rawan gempa bumi] + [rawan kebakaran] + [rawan longsor] Hasil penjumlahan lima peta rawan bencana dapat di sajikan pada Tabel dibawah ini: Tabel 1. Penjumlahan Wilayah Rawan Bencana secara linier No Desa RB RB RB RB RB Total B A K G L (R) Keterangan 1 Blimbing R A A R A 2 Sedang 2 Trosemi A A A R A 1 Rendah 3 Jati R A A R A 2 Sedang 4 Geneng A A A R A 1 Rendah 5 Krajan A A A R A 1 Rendah 6 Mayang R A A R A 1 Rendah 7 Trangsan R A R R A 3 Tinggi 8 Luwang A A A R A 1 Rendah 9 Kagokan R A A R A 2 Sedang 10 Klaseman A A A R A 1 Rendah 11 Wironanggan A A A R A 1 Rendah 12 Sraten A A A R A 1 Rendah 13 Tempel A R A R A 2 Sedang 14 Sanggung A A A R R 2 Sedang 4

Blimbing Trosemi Jati Geneng Krajan Mayang Trangsan Luwang Kagokan Klaseman Wironanggan Sraten Tempel Sanggung Jumlah Rawan Bencana Keterangan: - RB B (rawan bencana banjir) - RB A (rawan bencana angin) - RB K (rawan bencana kebakaran) - RB G (rawan bencana gempa bumi) - RB L (rawan bencana longsor) - R (rawan) - A (Aman) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Total (R) Desa Gambar 1. Jumlah Rawan Bencana Per Desa Kecamatan Gatak Analisa potensi bencana alam didapatkan melalui proses penjumlahan secara linier berdasarkan unit kelurahan di Kecamatan Gatak. Hasil pengolahan data diatas dapat diperoleh hasil penjumlahan daerah rawan bencana tertinggi adalah sebesar 3 kerawanan bencana. Hasil penjumlahan daerah rawan bencana terendah dengan jumlah kerawanan bencana sebesar 1 kerawanan bencana. Berdasarkan hasil penjumlahan kerawanan bencana dengan jumlah antara 1 sampai dengan 3, maka dapat di klasifikasikan sebagai berikut: 5

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Potensi Bencana Alam Jumlah Rawan Bencana Tingkatan 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi Dari penjumlahan daerah rawan bencana per desa diatas dapat meghasilkan peta sebagai berikut: 6

Hasil pengolahan data kesiapsiagaan dapat disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 3. Indeks Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah menurut Komponen Komunitas Sekolah dan Parameter No Parameter S1- S2- S3- Sekolah Guru Siswa Total 1 2 3 4 5 Indeks KA Indeks PS Indeks EP Indeks WS Indeks - 100 100 100 100 96-91 84 94 88-86 85 86 93 100 96 93 98 RWC Total 100 94 87 95 PEMBAHASAN Potensi bencana alam di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah wilayah rawan menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang dan tinggi. Melalui proses pengolahan beberapa peta rawan bencana Kabupaten Sukoharjo tahun 2009 yang bersumber pada Kesbanglimas, yaitu peta rawan bencana angin ribut, peta rawan bencana banjir, peta rawan bencana gempa bumi, peta rawan bencana kebakaran, dan peta rawan bencana longsor. Analisa hasil peta potensi bencana alam tersebut bisa dibaca bahwa potensi bencana alam tinggi tersebar di kelurahan Trangsan. Wilayah yang berpotensi bencana alam sedang tersebar pada kelurahan Sraten, Jati, Blimbing, Kagokan, Sanggung, Tempel. Wilayah berpotensi bencana alam rendah tersebar pada kelurahan Mayang, Krajan, Geneng, Luwang, Klaseman, dan Wironanggan. 8

Menurut bapak Margono sebagai kasi kedaruratan dan logistik kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukoharjo (18/4) mengatakan bahwa Kecamatan Gatak mempunyai riwayat bencana banjir, angin, gempa bumi, longsor, dan kebakaran. Banjir di Kecamatan Gatak terjadi pada 30 januari 2009 dan 9 januari 2011 ungkap bapak Suyoto saat diwawancarai di kantor Kecamatan Gatak. Beliau menjelaskan dengan membuka dokumentasi surat keluar yang ditujukan kepada bapedda Kabupaten Sukoharjo mengenai terjadinya bencana di Kecamatan Gatak. Banjir pada tanggal 30 januari 2009 mengenai kelurahan Blimbing, dikarenakan tanggul sungai jebol maka dukuh Bedodo khususnya SMP N 1 Gatak terendam banjir, sawah terendam air, gabah milik bapak slamet juga terendam banjir. Beliau menegaskan pada kerawanan bencana kebakaran sering terjadi pada permukiman penduduk, industri rumah tangga. Maka kebakaran dapat digolongkan sebagai bencana komplek. Bapak kepala desa Blimbing menguatkan lagi dengan adanya riwayat banjir yang sering terjadi sebelum pembuatan talut sungai yang melintasi kelurahan Blimbing tersebut diakibatkan adanya proses sedimentasi pada sungai dan banyaknya curah hujan yang turun di wilayah tersebut dapat menyebabkan naiknya air sungai, dan apabila sungai tidak cukup lagi menampung air tersebut maka air akan melober keluar dari badan sungai. Setelah dilakukan wawancara mengenai peran instansi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo terhadap pengurangan ancaman bencana kepada pihak Badan Lingkungan Hidup, yaitu ibu Iin Widyatmi. Beliau menjelaskan bahwa sudah ada berjalan kegiatan pengadaan kegiatan penanaman pohon, pembuatan sumur resapan, IPAL, Biopori, dan lain-lain. Meskipun kegiatan tersebut belum mengarah ke Kecamatan Gatak, pengadaan kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan SDA dan Lingkungan Kabupaten Sukoharjo. Sehingga diharapkan dapat mengurangi ancaman bencana. Indeks total komunitas sekolah (KS) untuk kesiapsiagaan bencana alam di SMP Negeri 1 Gatak Kabupaten Sukoharjo setelah dihitung dengan rumus indeks 9

kesiapsiagaan adalah sebesar 95. Nilai indeks total kesiapsiagaan sekolah ini tergolong sangat siap. Kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak sebagai lembaga (S1) memiliki nilai indeks 100, nilai ini dapat dikategorikan pada level sangat siap. Pada kenyataannya SMP Negeri 1 Gatak memiliki kelengkapan daftar isian (check list) kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak Kabupaten Sukoharjo. (daftar isian kesiapsiagaan bisa dilihat di lampiran) Nilai indeks kesiapsiagaan guru (S2) SMP Negeri 1 Gatak dalam menghadapi bencana sebesar 94. Guru SMP Negeri 1 Gatak dapat dikategorikan sangat siap. Nilai indeks kesiapsiagaan siswa (S3) dalam menghadapi bencana alam sebesar 87. Nilai indeks tersebut dapat dikategorikan pada level sangat siap. Indeks Pengetahuan dan sikap (KA) komunitas sekolah sebesar 93 yang dapat dikategorikan pada level sangat siap. Terdapat perbedaan nilai indeks pengetahuan dan sikap yang dimilki guru dan siswa. Indeks pengetahuan guru adalah sebesar 96 yang dapat dikategorikan pada level sangat siap, sedangkan indeks pengetahuan dan sikap siswa adalah sebesar 88 yang dapat dikategorikan pada level sangat siap. Indeks kebijakan dan panduan (PS) komunitas sekolah sebesar 100 dapat dikategorikan pada level sangat siap. Indeks ini didapat dari hasil penghitungan observasi checklist. Sekolah memiliki kebijakan dan peraturan yang bisa digunakan sebagai panduan menghadapi bencana alam. Indeks rencana tanggap darurat (EP) komunitas sekolah sebesar 96 dapat dikategorikan pada level sangat siap. Sekolah sebagai lembaga memilki nilai indeks rencana tanggap darurat sebesar 100, guru memiliki indeks rencana tanggap darurat sebesar 91, dan siswa memiliki indeks rencana tanggap darurat sebesar 86. Indeks sistem peringatan dini (WS) komunitas sekolah sebesar 93 dapat dikategorikan pada level sangat siap. Nilai indeks sistem peringatan dini sekolah sebagai lembaga adalah sebesar 100, nilai indeks sistem peringatan dini yang dimiliki oleh guru adalah sebesar 84, sedangkan nilai indeks sistem peringatan dini yang dimiliki oleh siswa adalah sebesar 85. 10

Indeks mobilisasi (RMC) komunitas sekolah sebesar 98 dapat dikategorikan pada level sangat siap. Nilai indeks mobilisasi sekolah sebagai lembaga adalah sebesar 100, nilai indeks mobilisasi guru adalah sebesar 94, dan nilai indeks mobilisasi siswa adalah sebesar 86. Setelah dilakukan wawancara kepada ibu Heni selaku penanggung jawab dari pihak sekolah, menyatakan bahwa terjadinya perbedaan nilai indeks pihak guru dan siswa disebabkan oleh sosialisasi sekolah mengenai kesiapsiagaan dirasa belum perlu dilakukan kepada siswa. Sekolah masih mengutamakan pada kenakalan remaja yang ada di sekolah. KESIMPULAN Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Potensi bencana alam tersebar merata pada kecamatan dengan 3 variasi tingkatan yang berbeda. Potensi bencana alam dengan tingkatan rendah tersebar pada kelurahan Sraten, Wironanggan, Klaseman, Luwang, Trosemi, geneng, Krajan. Potensi bencana alam dengan tingkatan sedang tersebar pada kelurahan Tempel, Sanggung, Kagokan, Blimbing, Jati, Mayang. Potensi bencana alam dengan tingkatan tinggi tersebar pada kelurahan Trangsan. 2) Tingkat kesiapsiagaan SMP Negeri 1 Gatak berada pada tingkatan sangat siap dikarenakan kesiapsiagaan sekolah sebagai lembaga memiliki nilai indeks 100 dapat dikategorikan pada level sangat siap, guru memiliki nilai indeks 94 dapat dikategorikan sangat siap, dan siswa memiliki nilai indeks 87 dapat dikategorikan sangat siap. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta: BNPB Anonim.-. Penanggulangan Resiko Bencana Berbasis Sekolah. LIPI. 11