BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Menurut dari hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan populasi sewaktu-waktu, dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak era reformasi digulirkan, program Keluarga Berencana (KB) dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun 1967 telah terjadi penurunan angka kelahiran yang signifikan dalam rentang tahun 1970 sampai tahun 2000. Berdasarkan pencatatan sensus penduduk tahun 1971, tercatat Total Fertility Rate (TFR) Nasional saat itu sebesar 5,605. Berturut-turut pada tiga sensus berikutnya di tahun 1980, 1990 dan 2000 nilai TFR Nasional adalah 4,680 menjadi 3,326 dan terakhir 2,344. Namun setelah itu terjadi kenaikan TFR Nasional yang dibuktikan oleh Sensus Penduduk tahun 2010 menjadi 2,414 (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014). Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah anak rata-rata yang akan dilahirkan oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung (Badan Pusat Statistik, 2016). Angka TFR dari suatu dekade ke dekade berikutnya dapat dijadikan sebagai indikator tingkat keberhasilan program KB yang berjalan saat ini (Yuhedi, 2013). Sehubungan dengan hal itu, pemerintah telah menargetkan angka TFR di tahun 2014 turun menjadi 2,1 (Witjaksono, 2012). Tingkat keberhasilan program KB juga dapat diukur dengan menghitung Angka Kematian Ibu (AKI). AKI dipengaruhi oleh tingginya presentase ibu melahirkan dengan risiko 4 terlalu; terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat dan terlalu banyak (Witjaksono, 2012). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

Indonesia (SDKI) 2012, AKI di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan SDKI 2007 yaitu sebesar 228 kematian, sedangkan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 terhadap AKI saat melahirkan harus diturunkan menjadi 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Indikator selanjutnya yang dapat dijadikan patokan dalam keberhasilan pelaksanaan program KB adalah dengan melihat angka unmeet need KB (Handrina, 2011). Unmeet need dapat didefinisikan sebagai kelompok yang belum terpenuhi kebutuhan kontrasepsinya, baik itu pria atau wanita yang sudah menikah dan aktif secara seksual (Rismawati, 2014). Penelitian yang dilakukan di Pidie Jaya mengungkapkan faktor yang paling berpengaruh terhadap wanita usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah faktor suami (Rismawati, 2014). Alasan larangan dan pertentangan suami terhadap pemakaian alat kontrasepsi adalah karena efek samping yang ditimbulkan setelah pemakaian alat kontrasepsi tersebut (Handrina, 2011). Turunnya angka unmeet need menjadi targetan yang serius oleh BKKBN karena dianggap berperan dalam 75 persen kematian Ibu di Indonesia dan dunia (Rismawati, 2014). Berdasarkan SDKI 2012, angka unmeet need masih tinggi, yaitu 8,5%. Jika dibandingkan dengan SDKI 2007, angka tersebut menurun 0,6%. Sedangkan target RPJMN 2014 untuk angka unmeet need ini adalah 6,5% (Yudianto, 2013). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan program KB. Salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang KB itu sendiri. Pengetahuan tentang metode dan jenis kontrasepsi membuat pemilihan kontrasepsi menjadi lebih efektif dan efisien (SDKI, 2012). Dengan pengetahuan tentang KB, ibu dapat mengetahui efek samping dari masing-masing jenis KB yang berdampak kepada keberlangsungan pemakaian KB tersebut. Contohnya adalah penggunaan Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) menurut SDKI 2007 paling sedikit menimbulkan keluhan terhadap pengguna KB dibanding dengan yang lainnya, yaitu sebesar 95,2 % tidak menimbulkan keluhan. Hal ini membuat angka ketidakberlangsungan drop out (DO) AKDR sendiri lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya bersama dengan Implan yaitu 9,9 % (Yudianto, 2013). Menurut Analisis Tindak Lanjut SDKI 2012, karakteristik akseptor KB yang lain seperti umur, jumlah anak atau paritas dan pendidikan juga mempengaruhi pemilihan kontrasepsi (BKKBN, 2014). Pada Februari 2015, jumlah peserta KB baru di Indonesia yang tercatat sebanyak 533.067 peserta. Rinciannya yaitu 36.601 peserta AKDR (6,87%), 7.867 peserta MOW (1,48%), 51.843 peserta implan (9,73%), 278.333 peserta suntikan (52,21%), 129.880 peserta pil (24,36%), 547 peserta MOP (0,10%), dan 27.996 peserta kondom (5,25%) (BKKBN, 2015). Berdasarkan data tahun 2014, jumlah peserta KB aktif di Kota Padang sebanyak 97.428 peserta. Jumlah tersebut terdiri dari peserta AKDR sebanyak 10,1%, peserta MOP 0,1%, peserta MOW 2,2%, peserta implant 7,3%, peserta kondom 7,1%, peserta suntik 53,2% dan peserta pil 20% (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

Sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, telah terjadi revitalisasi program KB dengan fokus saat ini adalah menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Rahayu, 2014). Yang termasuk MKJP adalah Intra Uterine Device (IUD) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Implant atau Susuk KB, Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP). Sedangkan yang termasuk Non MKJP adalah suntik, pil kb dan kondom. (Nasution, 2011). Sejak tahun 2011, BKKBN telah mengembangkan kebijakan dan strategi dalam memprioritaskan penggunaan AKDR dalam meningkatkan pemakaian metode MKJP. AKDR merupakan alat kontrasepsi yang ideal sekaligus efektif dalam menjarangkan kehamilan. AKDR hanya memerlukan sekali pemasangan dengan jangka waktu yang lama serta biaya yang relatif murah. Selain itu AKDR cukup aman karena tidak berpengaruh sistemik terhadap tubuh, tidak mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI) dan kesuburan cepat kembali setelah AKDR dilepaskan (Puspitasari, 2011). Namun penggunaan AKDR terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun di Indonesia. Pada tahun 2007 tercatat hanya 4,9% saja yang menggunakan AKDR (Puspitasari, 2011). Walaupun cukup aman tetapi efek negatif AKDR seperti perdarahan masih sering ditemui sehingga banyak suami tidak mendukung pemakaian AKDR (Hartanto, 2004). Berdasarkan hasil monitoring strategis di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 2010 tentang penyebab rendahnya pencapaian AKDR salah satunya adalah terbatasnya pengetahuan ibu tentang Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

AKDR sehingga berpengaruh dalam kemantapannya memilih AKDR, sementara ada pilihan metode lain yang lebih praktis di masyarakat (Puspitasari, 2011). Hal serupa juga tergambar dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik bahwa tingkat pengetahuan pengguna non MKJP cenderung lebih rendah daripada MKJP dengan hasil presentasenya 91,7% berbanding 8,3% (Dewi, 2014). Dengan demikian, sasaran RPJMN tahun 2010-2014 tentang peningkatan pemakaian MKJP masih belum terealisasikan. Pada awal tahun 2016, Presiden RI Ir. Joko Widodo menginisiasi terbentuknya Kampung KB di Indonesia dengan tujuan untuk membumikan program KB kepada masyarakat sehingga kesejahteraan penduduk di kemudian hari menjadi terealisasikan (BKKBN, 2016). Untuk wilayah Sumatera Barat, Kampung KB secara resmi dicanangkan di Kota Padang pada bulan Maret di Kelurahan Parupuk Tabing RW 17 Kecamatan Koto Tangah. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di kampung KB ini sebanyak 125 orang. Diantaranya 67 orang merupakan peserta KB aktif. Dari 67 orang tersebut, 12 peserta AKDR (17,9%), 6 peserta implan (8,9%), 7 peserta Metode Operasi Wanita (MOW) (10,4%), 0 peserta Metode Operasi Pria (MOP), 36 peserta suntik (53,7%), 5 peserta pil (7,5%) dan 1 peserta kondom (1,5%) (Unit Pelaksana Teknis Keluarga Berencana, 2016). Berdasarkan latar belakang diatas, timbul keinginan dari peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

1.2 Rumusan Masalah Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan karakteristik ibu dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang.? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik ibu dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik ibu berdasarkan umur, paritas, tingkat pendidikan dan pengetahuan di Kampung KB Bangau Putih Kelurahan Parupuk Tabing RW 17 Kecamatan Koto Tangah Padang. 2. Mengetahui distribusi frekuensi penggunaan kontrasepsi di Kampung KB Bangau Putih Kelurahan Parupuk Tabing RW 17 Kecamatan Koto Tangah Padang. 3. Mengetahui hubungan antara umur dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. 4. Mengetahui hubungan paritas dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6

5. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. 6. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti tentang keluarga berencana dan mengetahui bahwa umur, paritas, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu tentang KB dan alat kontrasepsi dapat berhubungan dengan pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP di Kampung KB Bangau Putih Kota Padang. 1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di bidang ilmu kandungan dan kebidanan serta ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan KB. 1.4.3 Bagi Institusi KB Dapat menjadi modal awal, masukan dan bahan evaluasi dalam menyusun program-program Keluarga Berencana di Kampung KB pada tahun berikutnya. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7