WALIKOTA PROBOLINGGO

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

5 / 7

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 5 SERI E

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYEDIAAN MAKANAN TAMBAHAN ANAK SEKOLAH

BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BONDOWOSO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Makanan Tambahan Anak Sekolah. Pedoman.

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 34 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 859 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

WALIKOTA PROBOLINGGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CILACAP

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 28 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KETAHANAN PANGAN KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KONAWE UTARA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /93/ /2011 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO

Transkripsi:

WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan sebagai dasar pemantapan ketahanan pangan untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelestarian Sumber Daya Alam (SDA), diperlukan berbagai upaya secara sistematis dan terintegrasi ; b. bahwa penganekaragaman konsumsi pangan sampai saat ini belum mencapai kondisi yang optimal, dicirikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya peran pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan ; c. bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a dan b, serta menindaklanjuti Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Berbasis Sumber Daya Lokal Provinsi Jawa Timur, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal kota Probolinggo ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara nomor 4656); 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002, tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4254) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ; 7. Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal ; 8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal ; 9. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Provinsi Jawa Timur (Berita Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 Nomor 71 seri E1); 10. Keputusan Walikota Probolinggo Nomor 34 Tahun 2004 tentang Dewan Ketahanan Pangan Kota Probolinggo sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 8 Tahun 2006 (Berita Daerah Kota Probolinggo Tahun 2006 Nomor 8). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Probolinggo. 2. Walikota adalah Walikota Probolinggo. 3. Dewan Ketahanan Pangan adalah Dinas Pertanian Kota Probolinggo selaku

Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Kota Probolinggo. 4. Ketahanan Pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau. 5. Pangan adalah segala sesuatu dari sumber daya hayati dan air, baik diolah maupun tidak, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman untuk dikonsumsi manusia. 6. Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis saja, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. 7. Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman adalah aneka ragam bahan pangan, baik sumber karbohidrat, protein maupun vitamin dan mineral, yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan (rata-rata 2.000 kkal/kapita/hari). 8. Pola Pangan Harapan yang selanjutnya disingkat PPH adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energy dari kelompok pangan utama (baik secara absolute maupun dari suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan). 9. Gizi Pangan adalah zat atau senyawa-senyawa kimiawi terdapat dalam pangan yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan turunannya yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. 10. Pangan Lokal adalah pangan baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi sumber daya wilayah dan budaya setempat. 11. Pangan Olahan adalah makanan dan minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. 12. Pekarangan adalah sebidang tanah disekitar rumah dan lahan disekitarnya yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga dan pendapatan keluarga. 13. Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman adalah menginformasikan (transfer kebiasaan) pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada anak didik dan masyarakat, agar pengetahuan dan pemahamannya tentang penganekaragaman konsumsi pangan meningkat. 14. KelompokWanita adalah kumpulan wanita yang keanggotaannya terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai anak balita, serta wanita pasangan usia subur yang ditumbuhkan atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan dan keakraban untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman serta memanfaatkan pekarangan sebagai pangan keluarga. 15. Pemangku Kepentingan adalah satuan kerja perangkat daerah terkait

yang melaksanakan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal Kota Probolinggo sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing. Pasal 2 Tujuan Petunjuk Teknis Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis Sumber Daya Lokal adalah mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi masyarakat agar berperilaku konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman yang berbasis sumberdaya lokal sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan ini. Pasal 3 (1) Perencanaan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal merupakan sintesa dari rencana masing-masing dinas/instansi terkait dengan ketahanan pangan yang dilaksanakan dalam wadah koordinasi Dinas Pertanian Kota Probolinggo selaku Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, yang dilaksanakan pada awal tahun termasuk persiapan pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan penganggaran; (2) Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal merupakan tugas dan tanggung jawab seluruh dinas/instansi terkait dengan ketahanan pangan, integrasi dan sinkronisasi program dan anggaran dilaksanakan secara terkoordinasi melalui wadah Dewan Ketahanan Pangan. Pasal 4 (1) Pelaksanaan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal diselenggarakan melalui kegiatan internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan; (2) Pemangku Kepentingan dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dikoordinasikan melalui Dewan Ketahanan Pangan. Pasal 5 Monitoring dan evaluasi Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan secara periodik sesuai tahapan kegiatan dan dalam koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. Pasal 6 Semua Kegiatan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Probolinggo dan sumber dana lainnya yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 7 Walikota selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan bertanggung jawab dalam pelaksanaan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal di wilayah masing-masing. Pasal 8 Peraturan Walikota ini berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Probolinggo. Ditetapkan di Probolinggo pada tanggal Oktober 2010 WALIKOTA PROBOLINGGO Ttd, H.M. BUCHORI Diundangkan di Probolinggo pada tanggal 10 Nopember 2010 SEKRETARIS DAERAH KOTA PROBOLINGGO, Ttd, Drs. H. JOHNY HARYANTO, M.Si. Pembina Utama Madya NIP. 195704251984101001 BERITA DAERAH KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2010 NOMOR 34 Sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM AGUS HARTADI Pembina TK I NIP. 1966081701992031016

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR : 34 TAHUN 2010 TANGGAL : 10 Nopember 2010 PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO I. PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas SDM sangat ditentukan oleh status gizi yang baik, yang secara langsung ditentukan oleh faktor konsumsi pangan dan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi dan secara langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Lebih dari 90 persen masalah kesehatan terkait dengan makanan. Faktor penentu mutu makanan adalah keanekaragaman jenis pangan, keseimbangan gizi dan keamanan pangan. Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang tidak beraneka ragam telah membawa dampak pada munculnya masalah gizi ganda di Indonesia, yaitu gizi kurang maupun gizi lebih. Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beranekaragam dan seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang ditunjukkan dengan nilai 95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015. Untuk mencapai target tersebut diatas, dilakukan upaya gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dengan mengacu Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang pelaksanaan kegiatannya dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap I (2009-2011) dan tahap II (2012-2015) yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Gubernur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Provinsi Jawa Timur. Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan yang berbasis sumber daya lokal. Dari sisi aktivitas produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan resiko usaha pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang pelestarian sumber daya alam.

Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat pula dijadikan salah satu momentum bagi Pemerintah Daerah untuk menstimulasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Disamping itu, jika dilihat dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan. Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan fondasi dari keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan. Agar percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dapat berjalan dengan baik, diperlukan suatu gerakan dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan bagi masing-masing pihak terkait di bawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan, yang dapat mendorong terwujudnya penyediaan aneka ragam pangan dan peningkatan konsumsi pangan yang berbasis pada potensi sumber daya lokal. Untuk itu perlu dibuatkan Peraturan Walikota Probolinggo beserta Petunjuk Teknis Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan yang berbasis pada potensi sumber daya lokal sebagai acuan yang dapat mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal melalui koordinasi sinergis antar pemangku kepentingan di tingkat Kota sampai pada tingkat kelurahan. II. TATA LAKSANA KEGIATAN Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal dilakukan melalui program implementasi yang berhubungan dengan proses internalisasi melalui suatu rekayasa sosial, khususnya pendidikan anak sejak usia dini dan promosi melalui berbagai jalur dan media komunikasi. Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal difokuskan pada kegiatan : a. Advokasi dalam rangka memberikan solusi untuk mempercepat proses penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; b. Kampanye dalam rangka penyadaran/awarnes kepada aparat dan masyarakat untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; c. Promosi dan sosialisasi dalam rangka membujuk, menghimbau dan mengajak aparat dan masyarakat untuk melaksanakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; d. Pelatihan penyusunan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman melalui jalur pendidikan non formal untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya kelompok wanita tani dan Tim Penggerak PKK dalam rangka mengubah perilaku sehingga mau dan mampu melaksanakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal; e. Penyuluhan kepada ibu rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu menyusui dan wanita subur tentang manfaat mengkonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; f. Pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan kita;

g. Pembinaan kepada industri rumah tangga guna meningkatkan kesadaran untuk memproduksi dan menyediakan anekaragam pangan baik segar, olahan maupun siap saji yang berbasis sumber daya lokal; h. Pengembangan dan diseminasi serta aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka pangan. III. TARGET PELAKSANAAN Target pelaksanaan untuk mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi berbasis sumber daya lokal di Kota Probolinggo adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan pemanfaatan pekarangan sebagai cadangan konsumsi dan gizi keluarga; b. Mengembangkan aneka pangan olahan berbasis sumber daya lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan; c. Meningkatkan peran kelembagaan lokal (PKK, Wanita Tani, Kader Posyandu dll) dalam penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi; d. Meningkatkan promosi dan sosialisasi melalui institusi pemerintah/swasta, industry pariwisata untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dengan menganjurkan setiap pertemuan menyediakan makanan atau kudapan yang berbasis sumber daya lokal; e. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi melalui kampanye/promosi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman pada media cetak maupun elektronika; f. Mengembangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI), Makanan bagi Ibu Hamil dan Menyusui (Bumil dan Busui) dan pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS) yang berbasis sumberdaya lokal. IV. PROGRAM KEGIATAN UNTUK MENCAPAI TARGET 1. Mengembangkan pemanfaatan pekarangan sebagai cadangan gizi keluarga, dengan kegiatan : - Optimalisasi Pekarangan oleh PKK, Kelompok Wanita Tani, Penanggung Jawab Dinas Pertanian; - Pengembangan Tanaman Perkebunan di Lahan Pekarangan, oleh Kelompok Tani, Penanggung Jawab Dinas Pertanian; - Demontrasi menyusun menu hasil pekarangan. 2. Mengembangkan aneka pangan olahan berbasis sumber daya lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan, dengan kegiatan : - Lomba Cipta Menu Pangan Lokal dan Makanan Tradisional; - Pelatihan pengolahan pangan; - Fasilitasi paket teknologi pangan bagi UMKM pangan olahan; - Pelatihan teknologi pangan, penerapan standar mutu dan keamanan pangan bagi UMKM pangan olahan; - Penyuluhan pengolahan pangan bagi UMKM;

- Pengembangan industry pangan rumah tangga; - Pengembangan usaha produktif pangan olahan; - Pengembangan teknologi pangan olahan. 3. Meningkatkan peran kelembagaan lokal (PKK, Wanita Tani, Kader Posyandu dll) dalam penyuluhan penganekaragaman pangan dan gizi, dengan kegiatan : - Penumbuhan dan penguatan kelembagaan pangan olahan di pedesaan/kelurahan; - Penguatan kelembagaan pangan lokal dan tradisional; - Pengembangan Warung Desa/Kelurahan Sehat. 4. Meningkatkan promosi dan sosialisasi melalui institusi pemerintah/swasta, industri pariwisata untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dengan menganjurkan setiap pertemuan menyediakan makanan dan kudapan yang berbasis sumber daya lokal, dengan kegiatan : - Advokasi penganekaragaman citra pangan lokal bagi para legislative; - Kerjasama dengan perguruan tinggi untuk meningkatkan Citra Pangan Lokal. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi melalui kampanye/promosi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman pada media cetak maupun elektronika, dengan kegiatan : - Promosi pengembangan pangan lokal melalui pameran; - Promosi dan kampanye pengembangan pangan lokal dan tradisional melalui media cetak, elektronik, bus, Hotel dan Restoran. 6. Mengembangkan makanan pendamping ASI (MP-ASI), makanan untuk Ibu Hamil dan Menyusui (Bumil dan Busui) dan pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMT-AS) yang berbasis sumber daya lokal, dengan kegiatan : - Pelatihan bagi kader PKK/Posyandu dan bantuan makanan untuk Ibu hamil, Ibu menyusui maupun MP-ASI; - Sosialisasi Pangan 3 B dan Aman bagi Guru SD/MI dan TK; - Fasilitasi pemberian minum susu bagi anak sekolah; - Pengembangan kantin sekolah sehat dengan menu 3B dan Aman; - Pengembangan kebun sekolah sebagai sumber pangan kebutuhan gizi mikro; - Pemberdayaan masyarakat untuk mencapai Keluarga Sadar Gizi (Penanggung Jawab Dinas Kesehatan); - Penanggulangan Kekurangan Energi dan Protein (KEP) dan masalah Gizi Mikro bagi Balita (Penanggung Jawab Dinas Kesehatan); 7. Pengembangan Program Unggulan A. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal dilaksanakan dengan enam program unggulan, yaitu : 1. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui pengembangan produksi pangan spesifik daerah;

2. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal bagi kelompok Wanita; 3. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal bagi Anak Sekolah; 4. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui Pengembangan Agroindustri Pangan; 5. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui Pengembangan Bisnis Pangan pada UMKM; 6. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui Peningkatan Citra Pangan Lokal. B. Dalam mensosialisasi Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui berbagai media cetak dan elektronik digunakan slogan : Aku sehat, kuat dan produktif karena panganku cukup, beragam, bergizi seimbang dan aman. V. INDIKATOR KEBERHASILAN Keberhasilan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Tercermin dalam 7 (tujuh) indikator yaitu : a. Semakin berkembangnya sumber daya pangan lokal nabati dan hewani sesuai kondisi daerah.; b. Makin beragam dan seimbangnya pangan sumber karbohidrat serta aneka pangan sumber protein, vitamin dan mineral dalam menu makanan sehari-hari; c. Makin banyak masyarakat yang memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga; d. Semakin berkembangnya teknologi agroindustri pangan; e. Makin tingginya peran masyarakat dan usaha kecil dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya pangan lokal dalam pengembangan bisnis pangan; f. Makin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam bisnis pangan termasuk penciptaan menu makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pengembangan teknologi kuliner berdasarkan kearifan dan budaya lokal; g. Meningkatnya citra pangan lokal. WALIKOTA PROBOLINGGO Ttd, H.M. BUCHORI