BAHAN DAN METODE. tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai

dokumen-dokumen yang mirip
Rotua Maryance Gultom*, Yuswani Pangestiningsih, Lahmuddin Lubis

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera: Noctuidae)

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan. yang digunakan adalah benih kacang panjang (Parade),

BAHAN METODE PENELITIAN

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru, pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Kabupaten Karo, Desa Kuta Gadung dengan ketinggian tempat m diatas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Agroteknologi Fakultas

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

III. MATERI DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. MATERI DAN METODE

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan Oktober 2013 di lahan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. PBSI Medan Estate Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN WAKTU

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

III. MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kampus Universitas Islam Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Km. 60, Kab. Tanah karo, Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat ± 1000

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

TATA CARA PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

III. BAHAN DAN METODE. September 2016 di rumah kasa Growth Center Kopertis Wilayah 1 Sumut-Aceh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

III. MATERI DAN METODE

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di desa Telaga Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat ± 30 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Awal Juli sampai September 2013. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Grobogan, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl, biji pepaya (Carica papaya L.), biji mengkudu (Morinda citrifolia L.), biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), insektisida Bacillus thuringiensis (Bite), insektisida Beauveria bassiana (Beauverin), insektisida bahan aktif dimetoat, air, polibag dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, ember, blender, timbangan, kain saring, meteran, handspreyar, kamera dan pacak, dan alat lain yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di lapangan dengan metode rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial. Adapun perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut :

P0 = Kontrol (Tanpa perlakuan) P1 = Larutan biji pepaya 200 g/l air P2 = Larutan biji mengkudu 200 g/l air P3 = Larutan biji mahoni 200 g/l air P4 = B. thuringiensis 1 ml/ L air P5 = B. bassiana 10 gr/l air P6 = Insektisida bahan aktif Dimetoat 1mL /L air Dimana rumus mencari ulangan adalah sebagai berikut : (t-1) (r-1) > 15 (7-1) (r-1) > 15 6 (r-1) > 15 6r 6 > 15 r > 3 Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut: Y ij = µ + τi + βj + εij Dimana : Y ij : Respon atau nilai pengamatan dari blok ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum τ i β j ε ijk : Pengaruh perlakuan ke-i : Pengaruh blok ke-j : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Jumlah perlakuan : 7 Jumlah Ulangan : 3

Jarak Tanam Jumlah plot lahan Luas tiap plot lahan : 20 cm x 25 cm : 21 plot : 2m x 2m Luas lahan seluruhnya : 400 m 2 Jarak antar plot Lebar parit keliling Jumlah tanaman tiap plot Jumlah tanaman sampel tiap plot Jumlah tanaman seluruhnya Jumlah tanaman sampel yang diambil seluruhnya : 50 cm : 75 cm : 63 tanaman : 8 sampel : 1323 tanaman : 168 tanaman Pelaksanaan Penelitian Persiapan Lahan Lahan penelitian seluas 400 m 2 dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 75 cm dengan kedalaman 50 cm. Selanjutnya, lahan dibuat 3 blok masing-masing blok terdiri dari 7 petakan dengan ukuran 2m x 2m dengan jarak antar petakan 50 cm. Varietas tanaman kedelai yang digunakan adalah varietas Grobogan. Kebutuhan benih yang optimal dengan daya tumbuh lebih dari 90% yaitu 50 60 kg/ha. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 20 cm x 25 cm. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan memberi pupuk TSP sebanyak 200 kg/ha, KCl 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha, dikonversikan menjadi TSP 6 gr/tan, KCl 3 gr/tan, dan Urea 1,5 gr/tan. Pupuk disebar secara merata di lahan, atau dimasukkan ke dalam lubang di sisi kanan dan kiri lubang tanam sedalam 5 cm.

Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah. Penanaman Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 2-3 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Pemeliharaan tanaman Penyiraman dilakukan pada sore hari atau apabila dalam satu hari tidak turun hujan, tergantung pada kondisi tanah, dimana penyiraman tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering. Penyemprotan insektisida dilakukan pada tanaman berumur 5 hari setelah tanam, agar terhindar dari serangan hama lalat bibit. Aplikasi insektisida dilakukan pada pagi hari. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur 10 20 hari setelah tanam, dilakukan kegiatan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah. Pembuatan insektisida botani Larutan biji Pepaya Diambil biji pepaya dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih. Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji pepaya yang telah diblender

dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus atau kain kasa. Larutan yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008). Larutan biji Mengkudu Diambil biji mengkudu dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih. Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji mengkudu yang telah diblender dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Campuran tersebut direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus atau kain kasa. Larutan yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008). Larutan biji Mahoni Diambil biji mahoni dari lapangan, kemudian dicuci dengan air bersih. Ditimbang dengan berat 200 g, lalu diblender. Biji mahoni yang telah diblender dicampur dengan 1L air dan dimasukkan ke dalam ember. Direndam selama 24 jam, setelah 24 jam larutan disaring dengan kain halus atau kain kasa. Larutan yang telah disaring diberi 5 g deterjen terlebih dahulu lalu diaplikasikan (Setiawati, dkk, 2008). Aplikasi Insektisida Larutan biji pepaya, biji mengkudu dan biji mahoni yang telah disiap diaplikasikan ke lapangan, dengan waktu aplikasi sebagai berikut : - Aplikasi I dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (HST),

- Aplikasi II dilakukan pada saat tanaman berumur 24 hari setelah tanam (HST), - Aplikasi III dilakukan pada saat tanaman berumur 34 hari setelah tanam (HST). Aplikasi insektisida dilakukan dengan menggunakan handspreyer dengan cara disemprotkan pada tanaman sampai seluruh tanaman tersemprot larutan insektisida. Insektisida diaplikasikan pada pagi hari. Panen Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Peubah amatan Persentase serangan Lamprosema indicata F. Pengamatan persentase serangan hama mulai dilakukan setelah 9 hari sesudah pengaplikasian sampai panen terakhir sebanyak 3 kali pengamatan. Pengamatan persentase serangan dilakukan ketika buah masih berada di tanaman atau sebelum panen. Persentase serangan dihitung dengan rumus : P= a x 100% b Keterangan: P = Persentase serangan (%) a = Banyaknya daun terserang b = Jumlah daun yang diamati

(Shahabuddin dan Mahfudz, 2010). Persentase serangan Spodoptera litura F. Persentase serangan S. litura F. dihitung dengan rumus yang sama dengan persentase serangan L. indicata F. Produksi Produksi dihitung dengan cara menimbang polong kedelai berdasarkan perlakuan dan ditimbang pada tiap-tiap panen, kemudian semua produksi di total lalu dikonversikan dalam ton/ha. Produksi dihitung dengan rumus : Ton/ha = Produksi per plot/ton Luas plot panen/ha

HASIL DAN PEMBAHASAN Hama Lamprosema indicata F. Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap persentase serangan ulat Lamprosema indicata F. berpengaruh nyata pada pengamatan 43 HST, namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 23 HST dan 33 HST (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan L. indicata F. Perlakuan Rataan (%) 23 HST 33 HST 43 HST P0 (Kontrol) 38.98 38.07 30.03 a P1 (Biji Pepaya) 49.67 29.07 23.37 d P2 (Biji Mengkudu) 57.31 30.40 25.00 abcd P3 (Biji Mahoni) 46.85 36.44 29.71 ab P4 (B. thuringiensis) 51.15 34.07 27.66 abc P5 (B. bassiana) 53.28 35.21 26.51 abcd P6 (Dimetoat) 39.99 21.67 12.98 e Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase serangan hama L. indicata F. pada perlakuan P6 (Dimetoat) (12.98 %) yang paling rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai yang diberi perlakuan insektisida kimia akan mengurangi persentase serangan hama L. indicata F. karena insektisida tersebut bersifat racun kontak sehingga cepat membunuh hama tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chairul dan Kuswadi (2007) yang menyatakan bahwa insektisida dimetoat adalah insektisida golongan organofosfat dan bersifat racun kontak.

Persentase serangan L. indicata F. pada perlakuan biji pepaya P1 (23.37 %) menunjukkan persentase yang kecil walaupun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan kandungan bahan aktif pada biji pepaya yang mengakibatkan ulat L. indicata menolak banyak memakan daun tanaman kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fachraniah, dkk (2013) yang menyatakan bahwa tanaman pepaya mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, psudo karpaina, glikosid, karposid, saponin, beta karotene, pectin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayotimin papain, vitokinose, glucoside cacirin, karpain, papain, kemokapain, lisosim, lipase, glutamin, dan siklotransferase. Zat ini dapat berfungsi sebagai penolak makan bagi berbagai jenis ulat. Hama Spodoptera litura F. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap persentase serangan ulat S. litura F. berpengaruh nyata pada aplikasi 43 HST, namun tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 23 HST dan 33 HST (Tabel 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase serangan hama ulat S. litura pada perlakuan P6 (Dimetoat) (37.79 %) yang paling besar. Hal ini diakibatkan oleh pemakaian insektisida dimetoat oleh petani setempat yang sering menggunakan insektisida dimetoat untuk mengendalikan hama S. litura, sehingga hama tersebut tahan terhadap insektisida dimetoat. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Shahabuddin dan Mahfudz (2010) bahwa insektisida kimia dimetoat tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hama Spodoptera exigua.

Tabel 2. Pengaruh jenis insektisida terhadap persentase serangan S. litura F. Perlakuan Rataan 23 HST 33 HST 43 HST P0 (Kontrol) 34.07 32.35 27.72 d P1 (Biji Pepaya) 14.67 38.86 31.56 bc P2 (Biji Mengkudu) 22.59 31.64 31.70 b P3 (Biji Mahoni) 26.93 31.78 29.42 bcd P4 (B. thuringiensis) 22.63 31.45 30.45 bcd P5 (B. bassiana) 27.47 30.33 31.14 bcd P6 (Dimetoat) 22.68 33.82 37.79 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan biji mahoni, biji pepaya, biji mengkudu, B. thuringiensis, B. bassiana dan dimetoat tidak memberikan pengaruh nyata untuk mengendalikan hama S. litura F. Persentase serangan ulat S. litura pada perlakuan P3 (biji mahoni) (29.42 %) tidak berbeda nyata dengan perlakuan biji pepaya, biji mengkudu, B. thuringiensis, B. bassiana dan dimetoat namun menunjukkan kecenderungan untuk dijadikan untuk dijadikan insektisida botani. Hal ini disebabkan kandungan senyawa minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan antrakuinon yang terkandung di dalamnya yang bersifat racun perut bagi serangga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawati, dkk (2008) yang menyatakan bahwa anaman mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), mengandung bahan kimia saponin dan flavonoida yang berfungsi sebagai penghambat makan (antifeedant), penghambat perkembangan serangga (growth regulator), dan penolak makan (repellent).

Produksi Tanaman Kedelai Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh beberapa jenis insektisida terhadap produksi tanaman kedelai berbeda sangat nyata (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh jenis insektisida terhadap Produksi Tanaman Kedelai Perlakuan P0 (Kontrol) P1 (Biji Pepaya) P2(Biji Mengkudu) P3 (Biji Mahoni) P4 (B. thuringiensis) P5 (B. bassiana) P6 (Dimetoat) (Glycine max (L) Merril.) (Ton/Ha) Rataan 1.27 d 1.31 c 1.28 d 1.22 e 1.34 b 1.38 b 1.49 a Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5% Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan insektisida botani biji mahoni, biji pepaya, biji mengkudu, insektisida hayati B. thuringiensis, B. bassiana dan insektisida kimia dimetoat pada tanaman kedelai menunjukkan pengaruh yang berbeda sangat nyata terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Produksi tertinggi pada perlakuan P6 (Dimetoat) (1.49 Ton/Ha), selanjutnya perlakuan P5 (B. bassiana) (1.38 Ton/Ha), P4 (B. thuringiensis) (1.34 Ton/Ha), P1 (biji pepaya) (1.31 Ton/Ha), P2 (biji mengkudu) (1.28 Ton/Ha), P3 (biji mahoni) (1.22 Ton/Ha), namun produksi perlakuan P6 (Dimetoat) sangat berbeda dengan persentase serangan perlakuan dimetoat yang paling tinggi dalam mengendalikan hama S. litura. Hal ini disebabkan S. litura tidak menyebabkan daun kedelai gundul, sehingga masih ada daun yang dapat digunakan tanaman kedelai untuk berfotosintesis, selain itu hama daun hanya mengurangi produksi

secara tidak langsung, akan tetapi produksi dipengaruhi langsung oleh jumlah polong yang dihasilkan tanaman kedelai itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharsono (2011) yang menyatakan bahwa hama daun secara tidak langsung menurunkan jumlah produksi kedelai dalam negeri akibat berkurangnya jumlah daun tanaman kedelai untuk berfotosintesis.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Insektisida dimetoat efektif dalam mengendalikan hama Lamprosema indicata F. tetapi tidak efektif mengendalikan Spodoptera litura F. 2. Insektisida botani biji pepaya dan biji mengkudu menunjukkan kecenderungan yang baik dalam mengendalikan Lamprosema indicata F. 3. Insektisida botani biji mahoni menunjukkan kecenderungan yang baik dalam mengendalikan Spodoptera litura F. 4. Produksi tertinggi pada perlakuan (P6) 1.49 Ton/Ha selanjutnya perlakuan P5 (B. bassiana) (1.38 Ton/Ha), P4 (B. thuringiensis) (1.34 Ton/Ha), P1 (biji pepaya) (1.31 Ton/Ha), P2 (biji mengkudu) (1.28 Ton/Ha), dan terendah adalah perlakuan (P3) 1.22 Ton/Ha. Saran Perlu pengujian lebih lanjut mengenai konsentrasi pestisida nabati biji pepaya dan biji mengkudu yang lebih efisien.