perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan pada saat individu mengalami kesulitan (Orford, 1992). Dukungan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB III METODE PENELITIAN. sedangkan pedoman wawancara (semi terstruktur) dan pengamatan langsung menyangkut

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB II LANDASAN TEORI

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

GAMBARAN PERSEPSI PERNIKAHAN PADA REMAJA YANG ORANGTUANYA BERCERAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tujuan yang ingin dicapai oleh anak dapat terwujud. Motivasi anak dalam meraih

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Gambaran Komunikasi Interpersonal pada Pasangan yang Menikah Beda Agama. Oleh : Alfi Reza Brilliyanto

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

S I L A B I PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (KD 301)

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

Transkripsi:

KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, serta mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan subjek 2 remaja yang berusia antara 16-17 tahun, dan memiliki orangtua yang bercerai. Data yang diperoleh kemandirian pada remaja yaitu : memiliki kebebasan bertingkah laku, membuat keputusan dan tidak takut bila keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keyakinan orang lain, mempunyai kemampuan menemukan akar masalah, mengandalkan diri sendiri, memperlihatkan inisiatif yang tinggi, memiliki kepercayaan diri yang kuat. Faktor - faktor yang mempengaruhi kemandirian yang terjadi pada remaja yang memiliki orangtua yang bercerai yaitu faktor perkembangan dan kematangan, pola asuh orangtua, aktivitas ibu, hubungan kasih sayang yang kuat antara ibu dan anak, gen atau keturuanan orangtua, sistem kehidupan masyarakat. Kata kunci : Kemandirian, Perceraian, Remaja PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga.untuk belajar menghormati orang yang lebih tua serta membantu menyelesaikan berbagai masalah yang timbul. Orangtua diharapkan da pat membantu an ak nya dala m menyesuaikan diri dengan lingkunganya untuk mengatasi masalahnya secara realistik dan simpati. Oleh karena itu, keluarga sebagai tempat untuk mengkondisikan pemberian nilai positif pada anak. Namun sayangnya, keluarga sering kali menjadi sumber konflik bagi sejumlah orang suasana. Keluarga yang tidak harmonis sering mendorong terjadinya konflik antara kedua orangtua salah satunya adalah perceraian Pengertian perceraian itu sendiri adalah perpisahan yang terjadi diantara kedua suami istri yang resmi menikah yang merupakan kulminasi dari penyesuaian

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hurlock, 1980). Anak yang orangtuanya bercerai sering merasa berbeda dengan teman sebayanya. Menurut hasil penelitian Hetherington (2002) peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi, mengalami rasa cemas, tertekan, dan sering marah-marah. Menurut Piaget (1998) mengatakan bahwa perkembangan intelektual itu terbentuk karena interaksi adaptif antara fungsi-fungsi giologis dengan lingkungan. Bila lingkungan baik, ia akan berkembang menjadi individu yang baik. Namun bila keadaannya tidak menguntungkan, misalnya dalam situasi broken home di mana orangtuanya hidup berpisah, ia akan berkembang sebagai pribadi yang akan menghindarkan diri dari kehidupan normal, menjadi anti sosial, agresif serta cenderung melakukan hal-hal yang sifatnya destruktif. Perceraian itu sendiri membawa perubahan bagi peranan seorang ibu di dalam kehidupan rumah tangga, seorang ibu mempunyai tugas baru dan peranan baru yaitu ibu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk anaknya. Serta ibu juga harus berperan sebagai orang tua tunggal, oleh karena perubahan ini pula sehingga anak dituntut untuk menjadi seorang yang mandiri. Sudarsono (dalam Muktahar, 2001) berpendapat bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk menegakkan diri dan tampil sebagai totalitas pribadi yang mantap, harmonis, utuh, dan kuat. B. Pertanyaan Penelitian Bagaimana kemandirian anak dari orang tua yang bercerai dan Faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi kemandirian anak dari orang tua yang bercerai? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, serta mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai. D. Manfaat Penelitian Penelitian ilmiah ini setidaknya dapat menambah masukkan bagi bidang psikologi terutama dalam psikologi perkembangan tentang kemandirian dari remaja yang orang tuanya bercerai. Memberikan gambaran secara khusus mengenai kemandirian remaja yang dihadapkan dari orang tua yang bercerai, karena dapat menjadi acuan untuk mengatasi masalah-masalah remaja yang menjadi korban perceraian orang tuanya sendiri agar lebih dapat berpikir secara positif. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat sekitar

agar tidak melihat sisi negatif dari anak k o r b a n p e r c e r a i a n a t a u p u n menganggap buruk tetapi juga dapat melihat sisi positif yang anak tersebut dapat lakukan. TINJAUAN PUSTAKA a. Pengertian kemandirian Menurut Mukhtar (2003), dalam pandangan konformistik, kemandirian merupakan konformitas terhadap prinsip moral rujukan. Oleh sebab itu, individu yang mandiri adalah berani mengambil keputusan dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya. Soelaeman (dalam Mukhtar, 2003) mengatakan bahwa kemandirian merupakan suatu proses yang terarah. Karena perkembangan kemandirian sejalan dengan hakikat eksistensi manusia, arah perkembangan tersebut harus sejalan dan berlandaskan pada tujuan hidup manusia. b. Aspek-aspek kemandirian Aspek aspek kemandirian diantaranya emosi, ekonomi, intelektual, sosial. c. Factor-faktor kemandirian Faktor- faktor yang mempengaruhi k e m a n d i r i a n y a i t u f a k t o r perkembangan dan kematangan anak, pola asuh orangtua, faktor aktivitas ibu, hubungan kasih sayang yang kuat antara ibu da n a na k, ge n atau keturunan orangtua, sistem kehidupan di masyarakat. d. Pengertian perceraian Ganjar (2005) mengartikan perceraian adalah perpisahan sepasang suami istri yang semula adalah dua individu yang tidak saling mengenal lantas bersatu, kini kembali menjadi dua manusia yang tidak lagi memiliki hubungan atau keterkaitan secara moral, sosial, emosional. e. Factor- factor perceraian Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian menurut Abid (2009) ialah Masalah ekonomi, perbedaan prinsip, tidak ada keharmonisan. Reaksi umum anak terhadap perceraian menurut Cole (2006) diantaranya penyangkalan, kesedihan, luka, kehilangan, ketakutan, kemarahan, rasa bersalah. f. Pengertian remaja Ali (2004), remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescense, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Karakteristik umum perkembangan remaja menurut Erickson (dalam Bischof,1983) ialah k e g e l i s a h a n, p e r t e n t a n g a n, mengkhayal, keinginan mencoba sesuatu.

METODE PENELITIAN A. Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan ini dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dalam mengerti dan menginterpretasikan apa yang ada dibalik peristiwa, latar belakang pemikiran manusia yang terlibat didalamnya serta bagaimana manusia meletakan makna pada pemikiran yang terjadi tersebut (Sarantakos dalam Poerwandari, 2005). B. Subjek Penelitian a. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki orangtua yang bercerai, berusia 16-17 tahun (usia remaja), subjek dalam penelitian ini adalah remaja berjenis kelamin wanita atau pria. b. Jumlah subjek Dalam penelitian ini peneliti mengambil dua orang subjek C. Ciri-ciri Penelitian Kualitatif D. Tahap-tahap Penelitian a. Tahapan persiapan penelitian b. Tahap pelaksanaan penelitian E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Poerwandari (1998), teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in depth interview) dan observasi. F. Alat Bantu Penelitian 1. Pedoman Wawancara Pedoman Observasi 0. Alat Perekam 1. Alat Tulis G. Teknik Analisis Data 1. Mengorganisasikan Data 2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang Ada Terhadap Data 4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi data 5. Menulis Hasil Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identitas subjek ke-1 a. Identitas subjek ke- 1 b. Identitas SO ke-1 c. Identitas subjek ke-2 d. Identitas SO ke-2 2. Observasi a. Pelaksanaan observasi b. Hasil observasi 3. Wawancara B. Analisis a. Pelaksanaan wawancara b. Hasil wawancara 1. Deskripsi/ gambaran umum subjek a. Identitas subjek dan identitas SO b. Rangkuman biografi subjek 2. Hasil Analisis Intra Kasus

a. Perbandingan hasil wawancara subjek dengan SO C. Pembahasan PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ciri-ciri orang yang mandiri 2. Faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian 3. Analisis Antar Kasus a. Analisis antar kasus antara subjek ke-1 dengan subjek ke-2 berdasarkan cirri-ciri orang yang mandiri b. Analisis antar kasus antara subjek ke-1 dengan subjek ke-2 berdasarkan factorfaktor yang memengaruhi kemandirian Ciri-ciri kemandirian yang ada pada kedua subjek yang seorang remaja yang memiliki orangtua yang bercerai yaitu : membuat keputusan tanpa merasa takut bila keputusan yang subjek ambil tidak sesuai keyakinan orang lain, mampu m e n e m u k a n a k a r m a s a l a h, mengandalkan diri sendiri dan berani mengambil resiko atas perbedaan yang diyakini. Memperlihatkan inisiatif yang tinggi melalui ide-idenya dan juga mampu mewujudkan idenya, serta berani untuk mencoba hal yang baru, perceraian orangtua subjek tidak membuat subjek menjadi tidak memiliki kepercayaan diri, subjek cukup memiliki kepercayaan diri yang kuat dan berani menghadapi suatu kegagalan. Pada kedua subjek terdapat perbedaan, pada subjek ke-2 subjek kurang memiliki kebebasan dalam bertingkah laku dibandingkan dengan subjek ke-1 yang memiliki kebebasan dalam beritngkah laku. Pada subjek ke- 1 dalam menemukan akar permasalahan masih memerlukan bantuan dari orang yang lebih dewasa, sedangkan subjek ke-2 mampu menem ukan a ka r permasalahannya tanpa bantuan dari orang yang lebih dewasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian pada kedua subjek yang memiliki orangtua yang bercerai antara lain yang berkaitan dengan kematangan yang ditunjukkan dengan tidak mengandalkan oranglain, serta pola asuh yang diterapkan o r a n g t u a. A k t i v i t a s i b u j u g a mempengaruhi kemandirian dari kedua subjek, kedua subjek tetap mendapatkan masukkan- masukkan sosial dan juga nasehat agar kedua subjek tidak melakukan hal-hal yang negatif. Faktor lain diantaranya hubungan kasih sayang yang kuat antara subjek dan ibu yang sangat mempengaruhi kemandirian subjek, faktor gen atau keturunan

orangtua yang memiliki kemandirian yang sekurangnya menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Sistem kehidupan masyarakat yang mampu menerima subjek apa adanya dan menghargai ekspresi potensi remaja dalam berbentuk kegiatan,seperti subjek selalu dilibatkan dalam kegiatank e g i a t a n y a n g d i l a k s a n a k a n dilingkungan sekitar, serta tidak terlalu hirarkis dan tidak memandang latar belakang subjek yang orangtua subjek mengalami perceraian merangsang dan mendorong subjek menjadi remaja yang mandiri B. Saran 1. Bagi Subjek Sebagai remaja yang memiliki orangtua yang bercerai kedua subjek da pat le bih menunjukkan lagi kemandirian yang kedua subjek miliki, kedua subjek juga diharapkan lebih t e r b u ka d a n l e bih bisa u n t u k menghargai pendapat dari orang-orang sekitar, dan kedua subjek juga lebih positif dalam berpikir dan juga mampu menunjukkan prilaku-prilaku positif yang lainnya, untuk bisa menjadi contoh bagi remaja lainnya yang memiliki latar belakang keluarga yang sama dengan subjek. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kemandirian, diharapkan dapat mengembangkan lagi berbagai penelitian dalam bentuk kemandirian l a i n n y a y a n g l e b i h d a p a t menggambarkan kemandirian. Serta l e b i h m e n d a l a m l a g i d a l a m mengungkap tentang teori dan hal-hal yang berhubungan dengan kemandirian u n t u k m e l e n g k a p i p e n e l i t i a n selanjutnya. Peneliti ada baiknya mengungkap lebih detail, lengkap, dan tepat dalam pengumpulan data dan menganalisa. Daftar Pustaka Hurlock, E.B. (1980). Development psychology a life span approach third edition.new Delhi : Tata Mc Graw Hill Co. Hetherington. (2002). Perceraian. http://telaga.co/perceraian/250602. htm Piaget. (1998). Perceraian dan perkembangan anak. http://telaga.co/anak-danperceraian/250602.htm Muktahar, A, N. (2001). Konsep diri rem aja men uju pribadi mandiri. Jakarta. PT. Rakasta Samasta. Mukhtar, dkk, (2003). Konsep diri menuju pribadi mandiri. Jakarta: PT Rakasta Samasta. Ganjar. (2005). Perceraian. http://www.acehinstitute.org/opini. co.

Abid. (20 09). Percer aian da n Jakarta: Lembaga Pengembangan pengaruhnya bagi anak.semarang. S a r a n a P e n g e t a h u a n d a n Meetabied.Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Cole, K. (2004). Mendampingi anak menghadapi perceraian orang tua. Jakarta : Prestasi Pustakaraya. Jakarta Indonesia. Ali, dan Asrori. (2004). Psikologi remaja.jakarta. PT Bumi Aksara. Bischof, L. J. (1983). Interpreting personality theories.new York: Harper & Row. Poerwandari, K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga P e n g e m b a n g a n S a r a n a Pengetahuan dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. Poerwandari, K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia.