25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Breeding Center Burung Puyuh 4.1.1. Lokasi Kandang Burung Puyuh Kandang lokasi penelitian (Breeding center) berada di sekitar area kampus Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.Pusat pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran merupakan suatu lokasi pembibitan dan budidaya puyuh yang memiliki tujuan melestarikan plasma nutfah berupa galur murni puyuh dan menciptakan bibit unggul yang berasal dari galur hitam dan coklat. Kandang penelitian yang berada di kompleks pembibitan mendapatkan pencahayaansinar matahari yang cukup. Ventilasi kandang puyuh pada saat penelitian cukup baik karena memiliki sirkulasi udara yangmemadai. Setiap pagi ventilasi dibuka supaya puyuh tidak merasakan panas yang berlebih akibat temperatur yang naik dalam kandang, sedangkan pada saat malam ventilasi ditutup supaya puyuh tidak merasakan kedinginan akibab lingkungan luar kandang. Kandang puyuh yang berada di pusat pembibitan puyuh Universitas Padjadjaran terbuat dari berbagai bahan berupa kayu, bambu, dan kawat.keadaan kandang pusat pembibitan puyuh Universitas Padjadjaran sangat terawat, walaupun kandang sudah lama dipakai. Ukuran kandang pusat pembibitan puyuh Universitas Padjadjaran tidak terlalu besar dan kondisi kandang masih kokoh dengan aliran air yang cukup baik.
26 4.1.2. Keadaan Temperatur dan Kelembaban Kandang Puyuh Pusat Pembibitan Puyuh Universitas Padjadjaran yang terletak di lingkungan kampus Jatinangor memiliki suhu lingkungan yang cenderung sejuk dengan kelembaban relatif tinggi. Suhu di lokasi pembibitan (Breeding Center) puyuh berkisaranatara 22 31 C dengan kelembaban berkisar pada angka 60 80 % (BMKG, 2015).Hal ini tidak jauh beda yang diungkapkan oleh Tetty, (2002) yang mengungkapkan suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh selama produksi yaitu 20-25 o C. 4.1.3. Manajemen Pemeliharaan Puyuh Sistem pemeliharaan yang diterapkan pada saat penelitian merupakan sistem peliharaan intensif. Pemeliharaan menggunakan kandang sistem baterai bertingkat 5 dengan kapasitas maksimal 30 ekor per tingkat atau cage berukuran 100 x 60 x 40 cm denganlantai dan dinding kandang terbuat dari bahan ramkawat.setiap cage diisi sebanyak 25 ekor puyuh.lantai kandang dibuat miring untuk memudahkan koleksi telur. Bagian atap terbuat dari papan triplek yang dapat dibuka tutup dan bagian bawah lantai dipasangkan papan triplek untuk menampung feses. Sistem pemeliharaan Puyuh di Breeding Farm Puyuh Universitas Padjadjaran masih dilakukan secara manual.pemeliharaan burung puyuh dilakukan mulai umur 1 hari sampai 18 bulan, sesuai dengan kemampuan produksinya. Pada saat puyuh berumur 1 hingga 30 hari pemeliharaan dilakukan di kandang postal atau litter, hari berikutnya dipindahkan ke kandang batere. Tempat pakan dipasangkan memanjang di bagian depan kandang terbuat dari bahan bambu, sedangkan tempat minum berupa galon kapasitas 3 liter yang dipasangkan disatu sisi bagian luar dinding tiap cage untuk memudahkan penggantian air minum.pakan diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada siang dan sore hari sedangkan pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Pakan
27 yang diberikan merupakan pakan komersil untuk fase layerdengan kandungan protein 21% dan energy metabolis 2800 kkal/kg ransum (NRC 1994). Kotoran dibersihkan seminggu tiga kali dengan cara membersihkan feses yang tertampung di papan triplek yang berada di bagian bawah setiap cage. Pembersihan kotoran dimaksudkan untuk menghindari bau amonia yang menyengat dan mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan puyuh serta mengkontaminasi telur yang dihasilkan.selain itu, dilakukan juga pembersihan tempat pakan dan tempat minum secara teratur setiap hari. Cukup banyak puyuh yang mengalami sakit, salah satunya terserang penyakit snot. Oleh sebab itu sebagai upaya pencegahan peneliti melakukan suatu tindakan dengan memberikan vaksin melalui tetes mata dan air minum.pada saat dilapangan cara penanggulangan selain pemberian vaksin adalah dengan menyemprotkan desinfektan pada setiap cage dengan formaldehyde 40%.Apabila puyuh sudah terkena penyakit snot maka puyuh dipindahkan di kandang karantina untuk menghindari penularan kepada puyuh lainnya. 4.2. Produksi Telur Puyuh Produksi telur puyuh didapatkan melalui salah satu perhitungan yaitu Quail Day Production (QDP). Perhitungan QDP dimulai pada minggu 1 sampai 9 minggu pengamatan selama masa produksi telur puyuh. Rataan produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5,rata-rata produksi telur (quail day production) puyuh galur coklat selama pengamatan mengalami peningkatan dari 30% pada minggu pertama sampai 73% pada minggu ke enam, selanjutnya menurun hingga 60% pada minggu ke Sembilan. Sedangkan pada puyuh galur hitam peningkatan produksi dari 35% pada minggu pertama sampai 74% pada minggu ke lima, selanjutnya menurun hingga 62% pada minggu ke 9 pengamatan.
28 Tabel 5. Produksi Telur Puyuh Galur Hitam dan Coklat Generasi Ke 3 Quail Day Production (%) Minggu Pengamatan Galur Coklat Galur Hitam 1 30 35 2 43 48 3 55 63 4 67 70 5 72 74 6 73 72 7 70 70 8 67 67 9 60 62 Jumlah 537 561 Rata-rata 60 62 Secara umum rata-rata produksi telur pada minggu ke 6 pengamatan dari kedua galur puyuh lebih tinggi dari produksi puyuh yang dilaporkan Triyanto (2007), tetapi produksi pada minggu selanjutnya cenderung lebih rendah. Pada penelitian Triyanto (2007) produksi telur puyuh pada umur 6 sampai 13 minggu mencapai 52 % sampai 72,22 %. Triyanto (2007) menyatakan lama pencahayaan merupakan faktor dalam manajemen pada pemeliharaan puyuh. Lama pencahayaan mempengaruhi konversi pakan melalui pakan yang dikomsumsi puyuh. Puyuh yang mendapatkan pencahayaan lebih lama akan mengkomsumsi pakan lebih banyak. Konversi pakan dari produksi telur yang dicapai sebesar 3,44.Pemberian cahaya 22 jam/hari menghasilkan produksi telur yang paling baik dari pada pemberian cahaya 18, 16, 20 serta 24 jam/hari.
29 Faktor yang menyebabkan rendahnya produksi telur puyuh pada galur hitam dan coklat diantaranya serangan penyakit snot (coryza)yang disebabkan oleh bakteri haemophillus gallinarum.penyakit ini dapat menular melalui udara di lingkungan kandang, dengan tanda mata bengkak pada puyuh yang terserang sehingga puyuh tersebut sulit makan yang pada gilirannya dapat menurunkan produksi telur. Puyuh yang mengalami sakitdipindahkan ke kandang khusus puyuh yang mengalami snot, hal ini bertujuan agar penyakittidak menular ke puyuh lainnya. Selain faktor penyakit yang menyerang puyuh pada penelitian ini, masih tingginya produksi telur pada umur 13 minggu dalam penelitian Triyanto (2007) erat kaitannya dengan lama pencahayaan yang diatur, sedangkan dalam penelitian yang dilakukan, lama pencahayaan tidak diatur. 4.3. ModelKurva Produksi Telur Adams-Bell Model Adams-Bell merupakan model yang memiliki akurasi pada data siklus pertama bertelur sampai berakhirnya masa bertelur (afkir). Model ini merupakan suatu fungsi aljabar yang digunakan untuk meramalkan produksi telur. Model Adams-Bell terdapat 5 koefisien yang belum diketahui. Kelima koefisien dapat diketahui melaluli program software bernama curve expert. Pada program curve expert nilai-nilai konstanta tersebut dimasukkan ke dalam persamaan model Adams-Bell: y t = 1 c(t d) 0,01 + ar (t b) Persamaan tersebut dapat dilukiskan ke dalam bentuk kurva dengan menggunakan program curve expert. Produksi telur puyuh mulai minggu ke 1sampai 9 penelitian dimasukkan ke dalam rumus Adams-Bell, sehingga akan diperoleh nilai konstanta dari persamaan tersebut.berdasarkan hasil perhitungan, pada kurva produksi telur puyuh Galur Coklat diperoleh nilai konstanta a=0.036910,b=0.821140,c=5.661780,d=2.200060dan r=0.453296. Bentuk kurva produksi telur puyuh Galur colkat dapat dilihat pada Ilustrasi 2.
30 Ilustrasi2. Kurva Adams-Bell Galur coklat Kurva produksi telur puyuh Galur Hitam diperoleh nilai konstanta a=0.018442,b=1.024105,c=4.672360,d=0.979966dan r=0.459974 (Gambar 3). Detail estimasi konstanta Adams-Bell dengan menggunakan program curve expert dapat dilihat pada Lampiran I. Ilustrasi3. Kurva Adams-Bell Galur Hitam
31 Berdasarkan Ilustrasi2 dan 3, kurva produksi telur puyuh galur hitam dan coklat berbentuk non linear.kurva tersebut menunjukkan produksi telur dari pengamatan minggu ke 1 sampai dengan minggu ke 9yang diduga bedasarkan model Adams-Bell. Pada minggu pertama antara plot data aktual dan garis dugaan produksi Adams-Bell dimulai dengan pendekatan yang tidak terlalu jauh. Dilihat dari grafik galur coklat QDP pada minggu ke 1-6 pengamatan mengalami peningkatan yaitu 30 % - 73 % dan QDP galur hitam berkisar 35 % - 74 %, namun pada puyuh galur coklat minggu ke 7 mengalami penurunan QDP sebesar 3 % - 7% sedangkan untuk galur hitam mengalami penurunan minggu ke 6 pengamatan yakni berkisar 2 % - 5 %. Penurunan produksi telur pada puyuh penelitian disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya umur, kurangnya lama penyinaranselama pemeliharaan, dan faktor lingkungan kandang. Puncak produksi puyuh dapat dilihat pada grafik diatas. Pada puyuh galur coklat mengalami peningkatan pada minggu ke 6 pengamatan yakni sebesar 73 % sedangkat pada puyuh galur hitam sebesar 74 % pada minggu ke 5 pengamatan. Hal ini dapat dikatakan bahwa produksi telur puyuh yang lebih baik terjadi pada puyuh galur hitam yang produksi telurnya jauh lebih banyak dibandingkan puyuh galur coklat, dengan QDP rata-rata yaitu 60% untuk galur coklat dan 62% pada galur hitam. 4.4. Standar Produksi Telur puyuh Standar produksi telur puyuh telah ditentukan bedasarkan quail day production dengan menggunakan permodelan Adams-Bell. Standar produksi merupakan nilai dugaan dari permodelam Adams-Bell. Model yang dijadikan sebagai standar harus memiliki tingkat kecocokan yang sangat tinggi dengan kenyataan. Kecocokan tersebut dapat dilihat dari akurasi nilai koefesien determinasi, koefesien kolerasi, dan galat baku.
32 Bedasarkan kurva produksi burung puyuh galur coklat diperoleh nilai koefesien determinasi(r 2 ) sebesar 0.9974, koefesien kolerasi (r) = 0.9987, dan galat baku (SE) = 0.0424. Puyuh galur hitam nilai koefesien determinasi (R 2 ) sebesar0.9975, koefesien kolerasi (r) = 0.9987, dan galat baku (SE) = 0.8997. Nilai R 2 yang diperoleh sesuai dengan hasil penelitian sebelumnyapada ayam broiler breeder parent stock yang dilaporkan olehanang dan Indrijani (2007). Perhitungan dari rumus Adams-Bell terdapat nilai koefesien yang belum diketahui. Nilai koefesien dapat dihitung dengan menggunakan program software yaitu Curve Expert. Nilai koefesien dan nilai dugaan yang didapatkan menentukan standar produksi telur puyuh. Perhitungan dengan menggunakan program software Curve Expert dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel6. Standar Produksi Telur dengan Koefesien dan Nilai Dugaan Adams-Bell Galur Hitam Galur Coklat Kofesien NilaiDugaan Kofesien Nilai Dugaan a 0.018442 a 0.036910 r 0.459974 r 0.453296 b 1.024105 b 0.821140 c 4.672360 c 5.661780 d 0.979966 d 2.200060 Bedasarkan Tabel 6 diatas didapatkan nilai koefesien a,r,b,c,d dari rumus Adams-Bells dengan menggunakan program curve expert. Galur Hitam diperoleh nilai a=0.018442, b=1.024105, c=4.672360, d=0.979966dan r=0.459974, sedangkan Galur Coklat diperoleh nilai a=0.036910, b=0.821140, c=5.661780, d=2.200060dan r=0.453296. Nilai koefesien tersebut akan menentukan rumus dari Adams-Bells. Sedangkan korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan
33 hubungan antara nilai dugaan dengan nilai yang sesungguhnya. Kuat lemahnya hubungan diukur diantara jarak 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah. Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif, sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi disebut tidak searah. Jika koefesien korelasi yang diperoleh tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Koefesien korelasi diketemukan +1 maka variabel tersebut memilikihubungan korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna.jika koefesien korelasi diketemukan -1, maka hubungan tersebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan negatif. Hasil penelitian yang didapatkan diperoleh nilai masing-masing R 2 adalah 0.997 untuk galur hitam dan 0.9974 galur coklat. Hasil ini menunjukkan bahwa model Adams- Bell memiliki akurasi yang tinggi, sehingga model tersebut layak dijadikan standar model produksi telur puyuh Padjadjaran galur hitam dan coklat generasi ke 3.