BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB VII KESIMPULAN, TEMUAN DISERTASI DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. ekonomi petani di DAS Garang, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN. 6.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Sumedang maka sebagai bab akhir penulisan skripsi ini,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

Gambar 1.1 Hubungan Permasalahan Banjir dan Sedimentasi

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROFIL SANITASI SAAT INI

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran

Departemen of Agriculture (USDA) atau klasifikasi kesesuaian lahan yang dikembangkan oleh Food and Agriculture Organization (FAO).

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Laporan Program (Periode Juni 2012)

BAB III ISU STRATEGIS

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PEMANFAATAN LAHAN TEBA DALAM KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

Transkripsi:

252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan morfologi datar dengan cekungan yang berasal dari delta, sehingga pada saat musim kemarau mengalami kekurangan air dalam memenuhi kebutuhan pertanian dan rumah tangga. Perairan ini mengalami pendangkalan dan penyempitan perairan, sehingga mempengaruhi keadaan sosial ekonomi penduduk. Pendangkalan dan penyempitan Sagara Anakan diakibatkan pengaruh daerah aliran Ci Tanduy dan Ci Beureum. Karena itu konservasi lingkungan seharusnya dilakukan secara terpadu yang melibatkan DAS dan penduduk yang mengolah dan mengelola lahan di DAS dan pesisir Sagara Anakan. Dalam penelitian ini diajukan beberapa kesimpulan. 1. Tingkat pendapatan berrpengaruh terhadap sikap yang menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan tidak diiringi dengan sikap lebih baik. Hal ini didasarkan bahwa dengan tingkat pendapatan yang kurang dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan modal kerja, sehingga penduduk berusaha untuk memperoleh pendapatan tambahan. Pendapatan tambahan diperoleh dengan menggarap lahan yang tidak sesuai untuk dijadikan lahan pertanian. Waktu mengolah lahan singkat mulai jam 7 sampai jam 12, sehingga banyak waktu yang perlu dimanfaatkan. Karena itu perlu

253 pemberdayaan untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dari lahan yang sesuai peruntukannya akan berpengaruh terhadap sikap secara positif. 2. Pengetahuan berpengaruh terhadap sikap yang menggambarkan bahwa pengetahuan konservasi akan diterapkan pada lahan yang digarapnya. Pengetahuan konservasi cukup tinggi menunjukkan bahwa semakin pengetahuan tinggi, maka sikap semakin peduli terhadap lingkungan. Karena pengetahuan konservasi merupakan syarat dalam mengolah lahan, sehingga lahan dapat menghasilkan. Konservasi perlu diterapkan secara bersama, karena satu bidang lahan dengan lahan yang lain saling berhubungan dan ini dilakukan untuk memperoleh hasil dari lahan yang digarapnya. 3. Kepemilikan lahan berpengaruh terhadap sikap, karena agar lahan yang digarap dapat memperoleh hasil yang memuaskan harus ditunjang sikap yang peduli terhadap lingkungan. Artinya bahwa semakin luas kepemilikan lahan akan meningkatkan pendapatan, sehingga dengan lahan yang digarapnya akan membentuk sikap peduli terhadap lingkungan. Sikap peduli terhadap lahan yang digarap menentukan hasil perolehan dari lahannya. 4. Tingkat pendapatan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam konservasi Artinya bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi. Tingkat partisipasi penduduk sanga dipengaruhi tingkat pendapatan, karena lahan satu dengan lahan milik orang lain saling berkaitan, sehingga partisipasi penduduk dalam melakukan konservasi secara bersamaan. Tingkat partisipasi penduduk dalam mengolah

254 lahan dengan menggunakan konservasi dapat dilakukan dalam bentuk Uang, Modal, Tenaga, Gagasan dan Sosial. Konservasi merupakan syarat dalam pertanian, sehingga penduduk yang mengolah lahan harus melakukan konservasi, sehingga semakin tinggi pendapatan, maka partisipasi akan meningkat. Sebaliknya pendapatan semakin rendah, maka tingkat partisipasi menurun, karena penduduk berorientasi untuk menambah pendapatan. 5. Pengetahuan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi penduduk dalam konservasi Artinya bahwa semakin tinggi pengetahuan, maka partisipasi semakin tinggi, karena metode dan bentuk konservasi perlu dilakukan pada lahan yang digarap petani. Penerapan konservasi perlu dilakukan untuk memperoleh hasil dari lahan yang digarap. Dengan pengetahuan tentang konservasi, maka petani beranggapan bahwa keadaan lahan dapat digarap dan menghasilkan dengan melakukan konservasi. 6. Kepemilikan lahan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi dalam konservasi. Artinya bahwa semakin luas kepemilikan lahan akan meningkat tingkat partisipasi, karena dengan luas kepemilikan lahan, maka pendapatan akan meningkat. Karena kepemilikan lahan dan pendapatan mencukupi, maka penduduk dapat berpartisipasi optimal, dengan alasan konservasi dapat dilakukan pada lahan yang digarapnya tanpa mengganggu lahan yang bukan miliknya. Penduduk memperoleh pendapatan yang cukup dari lahan yang digarapnya dan lahan menghasilkan produk memuaskan karena melakukan konservasi, sehingga partisipasi menjadi kebutuhan untuk memperoleh hasil dari lahan yang digarapnya.

255 7. Sikap berpengariuh terhadap tingkat partisipasi dalam konservasi. Artinya bahwa sikap peduli terhadap lingkungan akan menentukan tingkat partisipasi. Sikap merupakan keyakinan untuk melakukan suatu tindakan, sehingga untuk berpartisipasi perlu dibentuk sikap peduli terhadap lingkungan, karena lingkungan memberikan manfaat bagi penduduk, sehingga gagasan, perasaan dan tindakan selalu memerhatikan lingkungan. Perhatiannya diarahkan pada lahan yang memberikan manfaat keberlanjutan produksi dan pendapatan, sehingga partisipasinya diaktualisasikan pada konservasi lahan yang dimilikinya. 8. Atas dasar Indikator dan isi dari Standar Kompetensi Lingkungan Hidup dan Pelestarian hanya bersifat teoritis dan pengetahuan, belum nampak pada langkah-langkah upaya pelestarian. Tujuan pembelajaran yang dilakukan guruguru geografi disesuaikan dengan kurikulum dan RPP. Kedalaman materi pembelajaran tentang konservasi lingkungan dengan alokasi waktu 5 jam pelajaran yang membahas hanya menjelaskan pengertian, konsep, pemanfaatan, resiko lingkungan dengan contoh dan foto-foto. Pada proses pembelajaran kurang menekankan pada tindakan nyata. Materi pembelajaran konservasi lingkungan yang dilaksanakan mengarah pada contoh yang ada yang kurang sesuai dengan kebutuhan. Contoh daerah konservasi dan caranya diajarkan terutama daerah pesisir, sehingga siswa kurang memahami konservasi yang harus dilakukan oleh siswa dan penduduk di daerahnya sendiri. Ini menunjukan keluasan materi masih sempit. Waktu tempuh dari lokasi ke Sekolah relative jauh sekitar 2 jam dengan ketersediaan buku

256 pelajaran terbatas, kelas sering tergenang, kemampuan ekonomi yang kurang menunjang pembelajaran. Kedisiplinan siswa dan budaya yang kuarang menyulitkan pengembangan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran hanya dalam bentuk tertulis, tidak dilakukan penilaian dari sikap maupun tindakan. 9. Keadaan DAS memiliki perbedaan pada tiap bagian, sehingga perlakuan konservasi dan pemberdayaan perlu dilakukan berbeda sesuai dengan keadaan fisis dan sosial. a. Karakteristik DAS bagian hulu dengan kemiringan curam sampai sangat curam, DAS bagian tengah dengan kemiringan bergelombang sampai landai dan DAS bagian hilir dengan kemiringan lereng datar sampai landai serta pesisir dengan kemiringan datar dengan banyak cekungan membutuhkan perlakuan metode dan bentuk konservasi berbeda. DAS bagian hulu yang digarap penduduk untuk pertanian berdampak terhadap erosi dan longsor, meskipun dilakukan konservasi. Sebaiknya dilakukan bentuk konservasi yang tidak pernah dilakukan yaitu penghijauan, karena akan menjamin keberlanjutan sumber air untuk irigasi dan air tanah. DAS bagian tengah dan hilir dapat dilakukan metode dan bentuk konservasi dengan memerhatikan daerah-daerah resapan air. b. Pesisir dengan karakteristiknya akan sulit melakukan konservasi jika dijadikan lahan pertanian, kecuali pertanian tadah hujan. Pesisir dengan sebagian lahan yang tergenang sewaktu pasang dan hujan serta pendapatan dan lapangan kerja sebagai nelayan, maka perlu perlakuan khusus, sehingga kegiatan nelayan tidak terganggu. Untuk itu perlu bentuk

257 konservasi pesisir, yaitu; penenaman pohon, pengerukan, tidak menangkap ikan, tidak buang sampah, tidak menggunakan obat dan menangkap ikan ukuran tertentu. Ini didasarkan bahwa perairan yang dangkal akan menghambat nelayan, meskipun pendangkalan dan penyempitan perairan Sagara Anakan diakibatkan aliran Ci Tanduy (Bendung Manganti) dibendung yang dialirkan ke Kabupaten Cilacap dan Ciamis, sehingga aliran yang langsung ke perairan tersebut berkurang. c. Pada tiap bagian DAS berbeda, sehingga untuk meningkatkan partisipasi harus dilakukan melalui pemberdayaan. Pemberdayaan harus disesuaikan dengan ketersediaan sumberdaya yang belum dimanfaatkan dan dibutuhkan penduduk. Pemberdayaan pada DAS bagian hulu dan tengah melalui pengembangan ternak, karena tersedia pakan ternak yang melimpah, seperti rumput dan sisa hasil pertanian. Pada DAS hilir diberdayakan melalui bibit, benih dan irigasi, karena pada daerah ini bibit dan pupuk sulit diperoleh serta pada musim kemarau mengalami kekeringan. Pada pesisir yang banyak cekungan, maka penduduk diberdayakan melalui pendidiran KUD dan tambak yang mampu mengolah pasar. B. Rekomendasi Kesadaran penduduk untuk berpartisipasi berkaitan dengan Pendapatan, Pengetahuan, Kepemilikan lahan dan Sikap, karena itu untuk mengembangkan tingkat partisipasi terutama mengembangkan variabel pekerjaan sampingan yang mendukung pekerjaan pokok. Pengembangan kehidupan penduduk perlu memperhatikan karakteristik lahan, maka diajukan beberapa rekomendasi.

258 1. Daerah yang memiliki batuan dasar yang mudah tererosi, dengan kemiringan lereng yang curam sampai sangat curam sebaiknya perlu aaturan dan sosialisasi terhadap penduduk dalam memanfaatkan lahan. Hal ini didasarkan bahwa manfaat yang diperoleh penduduk lebih kecil dibandingkan dampak negatifnya. Artinya perlu adanya campur tangan pemerintah dan tokoh masyarakat untuk menjaga dan memelihara pada daerah-daerah yang rawan. 2. Lapangan kerja pertanian berperan dalam pelaksanaan konservasi, karena sebagain besar petani melakukan metode dan bentuk konservasi. Waktu petani yang digunakan sampai jam 12 siang, sehingga setelah jam 12 perlu memanfaatkannya dengan mengembangkan dan memberdayakan penduduk yang sesuai dengan keadaan daerah dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan keamanan pangan. 3. Pada lahan yang hanya mengalami panen 1 kali dalam setahun, karena pengairan tidak tersedia, maka untuk mengembangkan lahan menjadi 3 kali panen diperlukan irigasi,maka konservasi dengan penghutanan di gunung dan bukit, terutama milik pemerintah. Dengan ketersediaan air untuk pengairan, ada manfaat yang dirasakan, secara otomatis akan meningkatkan partisipasi dalam memelihara dan menjaga lingkungan. 4. Untuk pengembangan secara terpadu di kawasan Sagara Anakan perlu konservasi secara terpadu mulai dari DAS bagian hulu, tengah, hilir dan pesisir yang melibatkan penduduk dalam memelihara lahan yang digarapnya. Sedangkan di perairan Sagara Anakan dikembangkan pembibitan da tambak-

259 tambak, wisata yang dikelola secara terpadu, sehingga potensi dalam menunjang kehidupan sosial ekonomi penduduk dapat berkelanjutan. 5. Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan baik untuk nelayan kampung laut maupun pendatang, dengan pendangkalan dan penyempitan potensi menurun. Karena itu perlu dilakukan dilakukan bentuk konservasi penanaman pohon, pengerukan, tidak menangkap ikan, tidak buang sampah, tidak menggunakan pestisida dan menangkap ikan ukuran tertentu. Bentuk yang harus segera dilakukan adalam dengan pengerukan, sehingga perairan ini dapat dimanfaatkan kembali dan mengembangkan potensi perikanan laut. 6. Materi pembelajaran Geografi tentang konservasi di SMA perlu disesuaikan dengan Materi konservasi dalam pengolahan lahan yang dilakukan dalam mengolah lahan. Karena itu materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan keadaan fisis dan sosial di lingkungan siswa berada, sehingga lingkungan tempat belajar siswa dapat dijadikan sumber belajar.