BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. global yang melanda semua wilayah maupun negara di dunia. Terkhususnya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkoba di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia itu tida.k dilahirkan dengan suatu sikap pandangan ataupun sikap

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik,

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan, pergeseran, dan tantangan. Setiap masyarakat yang mengalami perubahan sosial dengan cepat akan menimbulkan permasalahan sosial karena terjadinya perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial, sehingga masyarakat kehilangan pegangan. Bahkan, perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut dapat menimbulkan penyimpangan sosial yang tidak terkendalikan. Suatu perilaku akan dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah segala macam pola perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri terhadap kehendak masyarakat. Ini terjadi karena tidak sanggup menyerap norma-norma yang bersifat konformis. Norma-norma dan nilai-nilai yang konformis bukan tidak pernah diserap pada saat mengalami proses sosialisasi. Akan tetapi, orang-orang yang terjerumus ke dalam perilaku menyimpang tersebut memiliki nilai dan norma yang antisosial lebih besar dibanding dengan menerima nilai dan norma yang konformis. (Setiadi, 2011:224). Proses sosialisasi memiliki peran yang sangat penting dan signifikan bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Dalam proses sosialisasi tersebut, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai dan norma, serta standar tingkah laku dalam masyarakat di mana ia hidup. Tanpa mengalami proses sosialisasi 1

yang memadai, maka kemungkinan individu tersebut tidak akan memiliki pemahaman mengenai nilai dan norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola perilakunya, bahkan sering kali terjadi perilaku yang menyimpang. Fenomena penyimpangan sosial banyak terjadi di negara Indonesia, salah satu contohnya adalah penyalahgunaan narkoba. Secara sosiologis, penyalahgunaan narkoba merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan pengetahuan atau pengalaman sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari proses interaksi sosial. Di mana, penggunaan narkoba melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Selain itu, penyalahgunaan narkoba tersebut terjadi karena sosialisasi yang kurang tepat. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/jurnal- HADRIANSYAH-090569201003-SOSIOLO GI-2013.pdf. diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 04.07 WIB) Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA), atau yang lebih populer dengan sebutan narkoba merupakan peringkat tertinggi dan tantangan paling besar dalam masalah kesehatan dan sosial. (Afiatin, 2008:5). Kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, sebagian besar korbannya adalah pemuda yang menjadi generasi penerus bangsa. Penyebaran narkoba di tingkat generasi muda semestinya mendapat perhatian serius, dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilakukan secara berkesinambungan, karena keberadaan anak bangsa menentukan arah dan masa depan bangsa Indonesia. Dampak narkoba 2

yang sifatnya merusak dan mematikan, menghambat tujuan, dalam menciptakan generasi yang berkualitas. (http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputipencegahan/artikel/11535 /narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses tanggal 15 Juli 2014, pukul 09.56 WIB) Persoalan narkotika adalah permasalahan internasional. Jumlah pengguna, pecandu, dan korban penyalahgunaan narkoba di dunia, cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan "World Drug Report" yang diterbitkan Organisasi PBB yang menangani narkoba dan kriminal, UNODC (United Nations Office Drugs and Crime), diperkirakan terdapat 315 juta orang yang berusia produktif, yakni antara 15-64 tahun menjadi pengguna narkoba. Sementara, sekitar 200 juta orang meninggal setiap tahunnya. Semuanya diakibatkan oleh besarnya jumlah narkoba yang beredar dan rendahnya angka pemulihan bagi para pengguna narkoba. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Anang Iskandar, dalam peringatan Hari Anti Narkoba Internasional 2014 di Istana Wapres. (http://www.indopos.co.id/2014/06/prevalensi-pengguna-narkoba-meningkat.html, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 04.38 WIB). Menurut data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkoba tahun 2013 sudah mencapai 3,8 juta. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,6 juta. 22% diantaranya, berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. (http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/deputi/pencegahan/artikel/1153 5/narkoba-cederai-anak-bangsa, diakses tanggal 15 Juli 2014, pukul 09.56 WIB) 3

Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Kepala Bagian Humas BNN, Kombes (Pol) Sumirat Dwiyanto, menyampaikan, pelajar dan mahasiswa masih menjadi kelompok rentan pengguna narkoba. Lemahnya pengawasan orangtua serta labilnya psikologi remaja membuat mereka mudah terjerumus menggunakan narkotika. Sumirat mengatakan bahwa umumnya pengguna yang berada di kelompok 15 20 tahun menggunakan narkotika jenis ganja dan psikotropika seperti Sedatin, Rohypnol, Megadon. Sejak 2010 sampai 2013 tercatat ada peningkatan jumlah pelajar dan mahasiswa yang menjadi tersangka kasus narkoba. Pada 2010 tercatat ada 531 tersangka narkotika, jumlah itu meningkat menjadi 605 pada 2011. Setahun kemudian, terdapat 695 tersangka narkotika, dan tercatat 1.121 tersangka pada 2013. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada data tersangka narkoba berstatus mahasiswa. Pada 2010, terdata ada 515 tersangka, dan terus naik menjadi 607 tersangka pada 2011. Setahun kemudian, tercatat 709 tersangka, dan 857 tersangka di tahun 2013. Sebagian besar pelajar dan mahasiswa yang terjerat UU Narkotika, merupakan konsumen atau pengguna. Pada 2011 BNN juga melakukan survei nasional perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa. Dari penelitian di 16 provinsi di tanah air, ditemukan 2,6 persen siswa SLTP sederajat pernah menggunakan narkoba, dan 4,7 persen siswa SMA terdata pernah memakai barang haram itu. Sementara untuk perguruan tinggi, ada 7,7 persen mahasiswa yang pernah mencoba narkoba. 4

(http://harianterbit.com/read/2014/09/13/8219/18/18/22-persen-pengguna-narkoba- Kalangan-Pelajar. diakses tanggal 30 November 2014, pkl 10.03 WIB) Dalam perkembangannya, tidak terkecuali penyalahgunaan narkoba juga terjadi Kota Sumatera Utara. Berdasarkan data (Harian Andalas, Selasa, 25 Maret 2014), pelaku penyalahgunaan narkoba di kota Medan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Kapolda Sumut Irjen Pol Syarief menyebutkan bahwa, meningkatnya jumlah pelaku penyalahgunaan narkoba itu dilihat banyaknya kasus yang diungkap selama 2013, mencapai 3.094 kasus dengan tersangka 4.229 Sedangkan 2012, diungkap 2.432 kasus dengan tersangka 3.237 orang. Sementara, Kepala Bagian Anev Dit Narkoba Polda Sumut, AKBP H. KAM Sinambela menambahkan, sejak tahun 2009 sampai Januari 2014 jumlah kasus yang ditangani 14.058 kasus dengan tersangka 18.571 orang dengan usia pelaku mulai 15 tahun ke atas. (http://gatotpujonugroho.com/4-juta-warga-indonesia-pakai-narkoba/, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 05.32 WIB). Ketua Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Utara (Sumut), Kombes Pol Rudy Tranggono, mengatakan bahwa sebanyak 3,8 persen dari sekitar 14 juta jiwa penduduk Sumut adalah pecandu narkoba. Jumlah pecandu narkoba di Sumut tergolong cukup tinggi, atau di atas angka rata-rata nasional sebesar 2,8 persen. (http://www.antarasumut.com/bnnp-38-persenpenduduk-sumut-pecandunarkoba/, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 08.19 WIB) Tanah karo merupakan salah satu daerah yang strategis baik dalam pengedaran dan penggunaan narkoba karena merupakan tempat singgah alternatif terdekat baik dari Kota Medan dan Aceh. Tanah Karo menduduki peringkat kedua 5

penyalahgunaan narkoba di Sumatera Utara setelah Kota Medan. Maraknya penggunaan narkoba di Bumi Turang Tanah Karo Simalem belakangan ini sangat mencemaskan, terutama para orang tua yang mempunyai anak masih duduk di bangku sekolah atau pun kuliah. (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=111041&val=4141&title=men ENTUKANMODEL%20PERSAMAAN%20REGRESI%20LINIER%20BERGAND A%20DENGAN%20METODE%20BACKWARD%20%28Kasus%20Penyalahgunaa n%20narkoba%20di%20tanah%20karo%29, diakses tanggal 17 Juli 2014, pukul 09.29 WIB). Pedesaan acap kali dideskripsikan sebagai tempat kehidupan masyarakat di mana anggota masyarakatnya bergaul dengan rukun, tenang, selaras, dan akur. Sempitnya wilayah kultural pedesaan dan relatif homogennya masyarakat pedesaan membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar-anggota masyarakat relatif intensif. Masyarakat yang saling mengenal memudahkan terkontrolnya perilaku anggota masyarakat. Jika ada seseorang yang melakukan penyimpangan, maka ia akan menjadi bahan pergunjingan masyarakat. Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat pedesaan lebih bersifat informal. Artinya, pola-pola pergaulan dan interaksi lebih banyak diwarnai oleh pola tradisional. (Setiadi, 2011:838, 850, 852). Pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan adalah sebagai ciri kehidupan masyarakat tradisional, satu dengan yang lain mengenal secara dekat dan akrab. Setiap anggota masyarakat diikat oleh nilai-nilai adat, agama, dan kebudayaan. Namun, kemajuan zaman dan kehidupan modern telah banyak pula menyentuh 6

daerah atau wilayah pedesaan, sehingga wujud desa sudah menunjukkan banyak perubahan. Jadi, perilaku menyimpang dapat terjadi di mana saja, baik pada masyarakat desa, maupun pada masyarakat kota. (Hartomo, 2008:240) Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo merupakan salah satu desa terbesar di Tanah Karo. Desa ini memiliki luas 14.000 Ha, dan penduduknya berjumlah 5022 jiwa atau 1478 kepala keluarga yang terdiri dari laki-laki 2467 jiwa dan perempuan 2555 jiwa. Masyarakat Desa Batukarang adalah masyarakat yang majemuk. Desa Batukarang didiami oleh beberapa suku diantaranya, Suku Karo, Suku Simalungun, Suku Batak Toba, Suku Jawa, dan Suku Nias, penduduk Desa Batukarang mayoritas bersuku Karo. Pada umumnya, penduduk Desa Batukarang bermatapencaharian sebagai petani. Jenis tanaman yang ditanam adalah padi, cabe, tembakau, dan tanaman holtikultura lainnya. Dari segi agama, masyarakat Desa Batukarang terbagi ke dalam tiga agama besar, yaitu Islam, Kristen Protestan, dan Katolik. Namun, agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat Desa Batukarang adalah agama Kristen Protestan. Desa Batukarang ±45 menit dari kota Kabanjahe. Kasus penyalahgunaan narkoba di Desa Batukarang sudah menjadi masalah sejak dahulu, bahkan sampai saat ini narkoba belum bisa ditangani. Ada tujuh puluh persen para pemuda Desa Batukarang yang sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba (hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Batukarang). Jenis narkoba yang paling banyak digunakan adalah ganja dan sabu. Pada umumnya, masyarakat sudah mengetahui adanya tempat atau lokasi yang sering digunakan pelaku untuk melakukan penyalahgunaan narkoba, dan lokasi 7

tersebut berada dekat dengan tempat tinggal masyarakat, yaitu warung kopi di pinggir jalan. Tidak jarang ketika masyarakat melewati warung tersebut, tercium bau ganja. Berdasarkan hasil pra observasi, orang-orang yang sering datang dan duduk warung kopi tersebut, tujuh puluh persen sudah terlibat penyalahgunaan narkoba. Hal itu sudah menjadi suatu rahasia umum dalam masyarakat. Secara terbuka, para pelaku sudah berani menggunakannya di depan umum. Tidak hanya para remaja yang menggunakannya, tapi juga kaum pria dewasa yang sudah berumahtangga atau pria paruh baya. Kebanyakan remaja yang menjadi korban penyalahgunakan narkoba adalah remaja yang sudah putus sekolah ataupun pengangguran yang tinggal di desa, yang seringkali menghabiskan waktu mereka duduk-duduk di warung. Bahkan, pada siang hari pun yang biasanya digunakan masyarakat untuk beraktivitas dan bekerja di ladang, namun berbeda dengan mereka yang menghabiskan waktu duduk dan bercengkerama dengan teman sepergaulannya di warung. Jadi, warung tersebut tidak pernah sunyi pengunjungnya, apalagi pada malam hari. Selama ini sudah banyak hal yang terjadi pada masyarakat Desa Batukarang terkait dengan masalah narkoba, ada beberapa orang yang overdosis sehingga harus dirawat dan direhabilitasi, ada yang masuk penjara karena menjadi pengedar narkoba, dan ada juga yang kedapatan pada saat melakukan transaksi narkoba sehingga ditangkap polisi. Penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba telah banyak dilakukan, terutama penelitian terhadap kalangan remaja. Namun penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti penyalahgunaan narkoba yang terjadi pada 8

kalangan remaja Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. Sampai sekarang, masalah penyalahgunaan narkoba belum dapat ditangani, meskipun upayaupaya penanggulangan sudah dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Mengapa terjadi penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo? 2. Bagaimana pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam pengembangan ilmu sosiologi yang terkait dengan perilaku menyimpang. 9

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui penyebab terjadinya penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, serta mengetahui pandangan masyarakat tentang penyalahgunaan narkoba pada kalangan remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, aparat desa setempat, masyarakat, para tokoh atau pemerhati masyarakat, dan juga menambah pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman penulis dalam membuat karya ilmiah serta dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Defenisi Konsep 1.5.1 Penyalahgunaan narkoba adalah menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang yang merupakan salah satu jenis zat adiktif, yaitu zat yang mengakibatkan ketergantungan apabila dikonsumsi dan menimbulkan kerusakan pada jaringan saraf dan psikomotorik. Biasanya dokter menggunakan obat-obatan tersebut untuk membantu meringankan beban rasa sakit yang diderita oleh pasien. Efek obat-obatan tersebut dianggap dapat memberi ketenangan atau kenyamanan oleh penggunanya, sehingga 10

para pengguna ketagihan dan ketergantungan. (Setiadi, 2011:204). Dalam penelitian ini jenis narkoba yang dimaksud adalah ganja dan sabu. 1.5.2 Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Remaja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yang berusia antara 14 sampai 21 tahun. 1.5.3 Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Perbuatan yang mengabaikan norma, penyimpangan ini terjadi jika seseorang atau sebuah kelompok tidak mematuhi patokan baku di dalam masyarakat. Biasanya dikaitkan dengan perilaku-perilaku negatif. 1.5.4 Kontrol sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku di tempat tinggal mereka. 1.5.5 Norma sosial adalah peraturan-peraturan yang selalu disertai sanksi-sanksi yang relatif tegas yang merupakan faktor pendorong bagi individu ataupun kelompok masyarakat untuk mencapai ukuran nilai-nilai sosial tertentu yang dianggap terbaik untuk dilakukan. Norma-norma tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk bentuk kebiasaan, tata kelakuan, adat istiadat atau hukum adat. Norma dimaksudkan agar dalam suatu masyarakat terjadi 11

hubungan-hubungan yang lebih teratur antar manusia sebagaimana yang diharapkan bersama. Norma sosial ini dalam kehidupan masyarakat seharihari dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan tindakan anggota masyarakat untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak diterima dalam suatu pergaulan. (Basrowi, 2005:88) 1.5.6 Nilai-nilai sosial adalah ukuran sikap dan perasaan seseorang atau kelompok yang berhubungan dengan keadaan baik buruk, benar salah, atau suka tidak suka terhadap suatu obyek, baik material maupun non-material. Nilai merupakan standar atau patokan perilaku sosial yang melambangkan baik-buruk, boleh-tidak boleh dilakukan, benar-salahnya suatu obyek dalam hidup bermasyarakat. Nilai-nilai sosial itu biasanya dijunjung tinggi dan diakui sebagai pedoman dalam bertindak. (Abdulsyani 2007:49,51) 12