PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

dokumen-dokumen yang mirip
...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

ANALISA PERFORMA MENARA PENDINGIN PADA PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG

BAB II LANDASAN TEORI

COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( )

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

PENINGKATAN UNJUK KERJA PERALATAN AIR WASHER

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

PENGGUNAAN WATER HEATING PADA MESIN PENGKONDISIAN UDARA SEBAGAI ALAT PENGENDALI KELEMBABAN UDARA DI DALAM RUANG OPERASI DI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB II LANDASAN TEORI

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan setelah di setujui sejak tanggal pengesahan

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

Pengaruh Temperatur Air Pendingin Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN COOLING TOWER UNTUK ALAT PENUKAR KALOR SHELL AND TUBE KAPASITAS SKALA LABORATORIUM ABSTRAK

PENGARUH VARIASI DEBIT AIR PENDINGIN TERHADAP SUHU KONDENSASI AIR DALAM MENARA PENDINGIN

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

Cooling Tower (Menara Pendingin)

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

Perbandingan Unjuk Kerja Menara Pendingin Sistem Terbuka dan Tertutup

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

BAB III METODE PENELITIAN

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA

KAJI EKSPERIMENTAL POLA PENDINGINAN IKAN DENGAN ES PADA COLD BOX. Rikhard Ufie *), Stevy Titaley **), Jaconias Nanlohy ***) Abstract

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

BAB II LANDASAN TEORI

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

PENGOPERASIAN COOLING WATER SYSTEM UNTUK PENURUNAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN EVAPORATOR. Ahmad Nurjana Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PENGARUH PERBANDINGAN TANPA SIRIP DENGAN SIRIP LURUS DENGAN ALIRAN AIR BERLAWANAN TERHADAP EFISIENSI PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER ABSTRAK

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

BAB II LANDASAN TEORI

Pipa pada umumnya digunakan sebagai sarana untuk mengantarkan fluida baik berupa gas maupun cairan dari suatu tempat ke tempat lain. Adapun sistem pen

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

Transkripsi:

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET ABSTRAK Muhammad Awwaluddin, Puji Santosa, Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET. Cooling tower pada rancang bangun untai uji sistem kendali reaktor riset berfungsi sebagai media pemindah panas yang berasal dari heat exchanger ke udara. Untuk mendapatkan hasil pemindahan panas atau pendinginan yang maksimal maka penentuan kebutuhan cooling tower harus tepat. Cooling tower ini diharapkan mampu menerima dan melepaskan panas sebesar 1,191kw yang berasal dari heat exchanger. Untuk mendukung kebutuhan tersebut maka diperlukan perhitungan kebutuhan cooling tower. Dengan demikian diharapkan cooling tower yang akan dipasang nantinya bisa memenuhi kebutuhan. Kata kunci : cooling tower, untai uji, heat exchanger, reaktor riset. ABSTRACT CALCULATION OF THE NEED FOR COOLING TOWER ON DESIGN OF STRAND TEST RESEARCH REACTOR CONTROL SYSTEM. Cooling tower on the strand test engineering research reactor control system functioning as a heat transfer medium from the heat exchanger to air. To get the transfer of heat or cooling is maximal then the determination of cooling tower needs to be precise. Cooling tower is expected to accept and release heat at 1.191 kw from the heat exchanger. To support these needs will require the calculation of cooling tower needs. Thus the cooling tower is expected to be installed later can meet the needs. Keyword : cooling tower, strand test, heat exchanger, research reactor. 1. PENDAHULUAN Pengoperasian heat exchanger pada rancang bangun untai uji sistem kendali reaktor riset memerlukan media pendingin agar dapat beroperasi secara normal sehingga tidak terjadi over heating pada tangki simulasi reaktor. Sistem heat exchanger ini menggunakan air sebagai media pendingin. Air dingin yang dipakai Untuk menurunkan suhu disisi tube pada heat exchanger berasal dari cooling tower kemudian dialirkan ke sisi shell agar terjadi pertukaran panas sesuai yang diharapkan. Kinerja cooling tower disini mempunyai peranan sangat penting terhadap pertukaran panas pada heat exchanger, apabila cooling tower tidak maksimal dalam mendinginkan air yang dialirkan menuju sisi shell pada heat exchanger maka penurunan suhu disisi tube pada heat exchanger juga tidak maksimal. Akibatnya suhu pada tangki simulasi reaktor akan naik yang bisa mengakibatkan shutdown. 34

Gambar 1. P&ID uji untai kendali reaktor riset Dengan menggunakan cooling tower yang tepat maka sistem pendinginan heat exchanger akan lebih maksimal. Pengoperasian cooling tower ini dilakukan sesaat sebelum sistem pendingin primer yang dialirkan ke sisi tube heat exchanger dioperasikan. Cooling tower ini ditempatkan diruang yang berbeda dengan heat exchanger dan untuk mensirkulasikan media pendingin digunakan pompa sirkulasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menghitung kebutuhan cooling tower agar mampu menyerap panas yang harus dibuang dari heat exchanger dan selanjutnya dibuang ke lingkungan pada rancang bangun untai uji sistem kendali reaktor riset. 2. TEORI Cooling tower mechanical draft counterflow adalah salah satu jenis dari cooling tower dimana air panas disemprotkan atau dipancarkan dari bagian atas ke bawah, sementara udara atmosfer ditarik ke atas oleh fan yang berlawanan dengan jatuhnya air panas tersebut. Luas permukaan air yang besar dibentuk dengan melewatkan air melalui kisi-kisi atau filler dan bersinggungan sehingga terjadi perpindahan panas antara air dengan udara. 35

Gambar 2a. Menara pendingin aliran berlawanan. Air (L) t h a - dh da, luas Volume diferensia l t - dt h a Udara (G) Gambar 2b. Pertukaran energi dalam suatu volume diferensial. Sisi air, besar gaya jatuh air (4),. Sedangkan dari sisi udara, besar gaya udara (4), dengan : massa jenis air (kg/m 3 ); massa jenis udara (kg/m 3 ); V = volume (m 3 ); g = percepatan grafitasi (m/s 2 ). Karena, maka air akan jatuh ke bawah dan udara akan naik ke atas. Gambar 2a. memperlihatkan volume differensial sebuah cooling tower aliran berlawanan dengan laju alir air yang masuk dari bagian puncak sebesar L dan laju alir udara yang masuk dari bagian dasar sebesar G. Untuk memudahkan perhitungan sejumlah kecil air yang menguap diabaikan saja, sehingga L dan G tetap konstan pada cooling tower. 36

Air masuk kesuatu bagian pada suhu t dan meninggalkan bagian tersebut pada suhu yang sedikit lebih rendah yaitu ( t-dt ). Udara masuk bagian tersebut dengan entalphi h a dan meninggalkan dengan entalphi ( h a + dh a ). Total area permukaan basah mencakup luas permukaan tetesan-tetesan air termasuk pula kepingan-kepingan logam basah atau bahan pengisi lainnya. Laju perpindahan kalor yang dilepaskan dari air, dq sama dengan laju kalor yang diterima (4) : dq G. dha L. cp. dt. (1) Dengan : dq = laju kalor yang dilepaskan (W); G = laju udara yang masuk (kg/det); dh a = perubahan entalphi udara (kj/kg udara kering ); L = laju air masuk (kg/det); c p = kalor spesifik udara kering pada tekanan konstan = 1,006 (kj/kg.k); dt = perubahan suhu air ( 0 C). Konsep tentang potensial entalphi sangat berguna untuk menentukan jumlah perpindahan kalor total ( sensibel dan laten ) pada proses -proses yang menyangkut hubungan langsung antara udara dan air. Rumus untuk dq total melalui suatu deferensial permukaan da didapat dengan penggabungan antara persamaan (4) : hcda dq ( hi ha ) C pm.(2) koefisien konfeksi (kw/m 2.K); entalphi udara jenuh pada suhu air (kj/kg udara kering); entalphi udara (kj/kg udara kering ); kalor jenis udara basah (kj/kg.k). Untuk mencari besarnya laju kalor yang dipindahkan oleh seluruh bagian cooling tower maka persamaan (2) harus diintegrasikan, baik maupun berubah-ubah menurut variable integrasi A. dengan mengkombinasikan persamaan (1) dan (2) akan menghasilkan (4) : dt h da h da t A c c 4,19. L in tout hi h.(3) 0 a cpm cpm Dengan : L = laju air masuk (kg/det); = perubahan suhu air ( o C); = entalphi udara jenuh pada suhu air (kj/kg udara kering ); = entalphi udara (kj/kg udara kering ); = koefisien konveksi (kw/m 2.K); = bagian dari luas permukaan (m 2 ); = kalor jenis udara basah (kj/kg.k) dengan dan berturut-turut adalah suhu air masuk dan suhu meninggalkan cooling tower. Sehingga didapatkan persamaan (4) : hc A 1 4,19L t c ( h h pm 1 a ) m....(4) Dengan dari volume. adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian kecil 37

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Menentukan Dimensi Cooling Tower Yang dibutuhkan Dengan data yang ada, bahwa air yang dialirkan dari cooling tower mempunyai debit 172 liter/jam, maka disarankan cooling tower yang dipakai mempunyai kapasitas bak penampung minimal 200 liter untuk mengantisipasi rugi-rugi air. Cooling tower yang dipilih mempunyai bak dengan diameter minimal 64,6 cm dan tinggi 61 cm. piping connection yang digunakan untuk in 1 inch, out 1 inch, Over flow ½ inch, drain ½ inch, float valve ¼ inch. Fan motor yang digunakan 1/8 HP. Fan dimension menyesuaikan yang ada dipasaran. Normal water flow 172 liter/jam. 3.2. Menentukan Laju Kalor Yang Diserap Dari data heat exchanger didapatkan : Laju aliran air yang dibutuhkan 1 unit heat exchanger adalah : = 172 liter/jam = 0,172 m 3 /jam Dengan faktor koreksi 20% sehingga menjadi : = 1,2 x 0,172 m 3 /jam = 0,2064 m 3 /jam = 5,73 x 10-05 m 3 /detik Suhu air masuk heat exchanger sisi shell = 32 o C Suhu air keluar heat exchanger sisi shell = 37 o C Laju kalor yang diserap / air pendingin dihitung dengan persamaan : Dimana : 994,92 kg/m 3, pada suhu 32 o C = 0,0000573 m 3 /det x 994,92 kg/m 3 = 0,057 kg/detik 4,179 kj/kg.k Jadi laju kalornya sebesar : Dengan mengetahui kalor yang harus diserap oleh media pendingin dalam hal ini air maka dalam pemilihan cooling tower harus diperhatikan kemampuan cooling tower agar mampu menerima dan melepaskan kalor sebesar 1,191 kw ke lingkungan. 38

3.3. Menentukan Kemampuan Cooling Tower Untuk menentukan harga kisaran suhu (temperature range) dan harga pendekatan (temperature approach) adalah sebagai berikut: Kisaran suhu (temperature range) Δt merupakan hasil dari temperatur air yang masuk dikurangi temperatur air yang keluar : Δt = t 1 t 2 = 37 o C 32 o C = 5 o C Sedangkan harga pendekatan (temperature approach) adalah hasil dari temperatur air keluar dikurangi temperatur udara basah : t 2 T wb = 32 o C 26,4 o C = 5,6 o C Perhitungan cooling tower dianggap terbagi-bagi atas beberapa bagian seperti pada gambar 2. Dimana setiap tingkat bagian penurunan suhu air 0,5 0 C. Karena air jatuh melalui bagian dasar (paling bawah), t turun dari 32,5 0 C menjadi 32,0 0 C. Suhu bola basah udara yang masuk hampir secara tepat menunjukkan entalphi udara, dengan menggunakan grafik psikrometri : Suhu udara kering (T dl ) = 33 0 C Untuk suhu udara basah (T wb ) = 26,4 0 C Kelembaban relative ( dl) = 62 % Entalphi = 82,20 kj/kg Rasio perbandingan L/G diambil = 1,2 (batasan L/G berharga 0,75 1,5) (3), sedangkan dalam menentukan harga entalphi : L/G x 4,179 kj/kg.k x (Δt) = 1,2 x 4, 179 kj.kg. o K x 0,5 o K = 2,5074 kj/kg Entalphi udara yang meniggalkan bagian ruas paling bawah h a, adalah: (82,20 + 2,5074) kj/kg = 84,7074 kj/kg Entalphi rata-rata dalam bagian ini yaitu : Air mempunyai suhu rata-rata 32,25 0 C dalam bagian paling bawah dan entalphi udara jenuh pada suhu ini menggunakan perhitungan : Untuk harga (h i -h a ) m dalam bagian paling bawah ini yaitu : (h i -h a ) m = (112,45 83,4537) kj/kg = 28,9963 kj/kg 39

Perhitungan-perhitungan untuk mencari jumlah 1/(h i -h a ) m digunakan untuk menentukan perhitungan performance cooling tower. Laju aliran air 5,73 x 10-05 m 3 /detik x 994,92 kg/m 3 = 0,057 kg/detik Dengan memakai persamaan (4) diperoleh; (4,19) x (0,057 kg/detik) x (0,5 o K) x (0,31576) 0,0377 kw/(kg beda entalphi) Harga merupakan fungsi dari dinamika pola aliran udara dan dinamika tetesan air dalam cooling tower, tetapi besarnya harga tersebut pada dasarnya tetap konstan untuk sebuah cooling tower tertentu, asalkan laju aliran udara dan laju aliran airnya tetap konstan. Harga menentukan karakteristik cooling tower dan merupakan dasar untuk meramal unjuk kerja (performance) pada suhu air masuk dan suhu bola basah udara masuk. 3.4. Perhitungan Kebutuhan Air Tambahan (Make Up Water) Dalam pengoperasian cooling tower dimungkinkan terjadi kehilangan air sehingga diperlukan penambahan air untuk menjaga kestabilan jumlah air yang bersirkulasi. Kehilangan air yang diakibatkan oleh : 3.5. Evaporation Loss (We) Kehilangan air akibat dari ter evaporasinya sebagian kecil air akan menguap karena adanya pemanasan. 3.6. Drift Loss (Wd) Air yang keluar karena fan berputar, untuk ini standarnya (3) 0,1-0,2 % jumlah air yang bersirkulasi. 3.7. Blow Down (Wb) Air terbuang yang diakibatkan sirkulasi air pada sistem pendingin. Perhitungan akibat kehilangan air tadi harus disediakan make up air sebagai penyuplai air tambahan sebesar: Evaporation loss (We) We = 0,00085 W c (T 2 -T 1 ) x 1,8 Dimana : W c = kapasitas air = 0,172 m 3 /jam, jadi We = 0,00085 x 0,172 m 3 /jam (37-32) x 1,8 = 1,3158 x 10-03 m 3 /jam 40

Drift loss (W d ) W d = 0,2% x Jumlah air yang bersirkulasi W d = 0,002 x 0,172 m 3 /jam = 3,44 x 10-04 m 3 /jam Blow down (W b ) s = cycles (harga s = 3 s/d 5) W b = Jadi air yang dibutuhkan untuk penambahan adalah W m = W e + W d + W b = (1,3158 x 10-03 m 3 /jam + 3,44 x 10-04 m 3 /jam + = 1,98875 x 10-03 m 3 /jam Kebutuhan air akibat kehilangan pada saat bersirkulasi dan terjadinya penguapan karena pemanasan serta akibat berputarnya fan dan lainnya, dari hasil perhitungan jumlah air yang hilang tersebut sebesar 1,98875 x 10-03 m 3 /jam perlu diantisipasi untuk menjaga kestabilan air yang bersirkulasi, jika tidak diperhitungkan berkurangnya air kemungkinan akan habis dan menggangu proses pendinginan. 4. KESIMPULAN Cooling Tower yang dibutuhkan untuk mendinginkan HE pada uji untai kendali reaktor riset minimal mempunyai normal water flow 172 liter/jam, Cooling tower yang dipakai minimal mempunyai kapasitas penyerapan kalor sebesar q=1,191 kw. Pada penggunaan cooling tower perlu diperhatikan kebutuhan air tambahan dengan menghitung evaporation loss, drift loss, dan blow down. 5. DAFTAR PUSTAKA 1. Arismunandar, W. dan Saito, H., 1995, Penyegar Udara, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 2. Kern, D.Q., 1950, Process Heat Transfer, Mc Graw Hill International Book Company, New York. 3. Perry R.H. and Green D., 1985, Perry s Chemical Engineers Hand Book, Mc Graw Hill International Book Company, New York. 4. Stoecker, W.F., Jones, J.W., 1989, Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, Penerbit Erlangga, Jakarta. 41