PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada data terakhir bulan november tahun 2015 volume sampah di TPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

47. Kriteria Kelayakan Investasi Kompos & Listrik Akibat Penurunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kotoran manusia atau hewan, dedaunan, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah perlunya usaha untuk mengendalikan akibat dari peningkatan timbulan

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUMBER DAYA ENERGI MATERI 02/03/2015 JENIS ENERGI DAN PENGGUNAANNYA MINYAK BUMI

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup

Petunjuk Praktis Manajemen Umum Limbah Ternak untuk Kompos dan Biogas

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

BAB II LANDASAN TEORI

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal. 1-7 ISSN

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI DI DESA KOTA KARANG KECAMATAN KUMPEH ULU

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

MENGURANGI EMISI GAS RUMAH KACA

PEMANASAN GLOBAL PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Model-Model Usaha Agribisnis. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

Studi Carbon Footprint Dari Kegiatan Industri Pabrik Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Demikian juga halnya dengan PT. Semen Padang. PT. Semen Padang memerlukan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

SNTMUT ISBN:

Transkripsi:

PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Benny Nafariza Program Studi Energy Security Universitas Pertahanan Indonesia email: bennynafariza@gmail.com Abstrak Program Swasembada Daging Sapi yang diintegerasikan dengan perkebunan kelapa sawit saat ini menjadi program unggulan dalam meningkatkan persediaan daging sapi nasional. Namun potensi emisi GRK yang dihasilkan dari limbah kotoran sapi sangat berdampak besar pada lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan khusus dalam menanggulangi emisi GRK tersebut. Bentuk penanganan yang diusulkan adalah dengan konsep pembangkit listrik co-generation dengan memanfaatkan biogas yang dihasilkan limbah kotoran sapi. Dengan konsep penanganan ini emisi GRK yang dilepas ke udara dapat diminimalisir serta sistem energi yang ada di Sistem Integerasi Kelapa Sawit-Sapi menjadi efisien Kata kunci: emisi GRK, Co-generation, efisiensi 1. Pendahuluan Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-2014) menjadi program prioritas pemerintah dalam mengatasi permasalahan penyediaan pangan terutama daging bagi masyarakat. Program ini begitu menjadi perhatian setelah kegagalan pada pencapaian target awal di tahun 2010. Program ini dijalankan dengan lima pokok kegiatan yaitu, penyediaan sapi bakal lokal; peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal; 1

pencegahan pemotongan sapi betina produktif; penyediaan bibit sapi dan revitalisasi aturan distribusi dan pemasaran ternak 1. Dukungan program ini pun mengalir dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang sangat gencar untuk mensupport terget program ini adalah Kementrian BUMN. Kementrian BUMN menginstruksikan kepada seluruh PTPN kelapa sawit untuk mengadakan peternakan sapi. Tahun ini ditargetkan ada 100.000 ekor sapi diternakkan di 10 PTPN kelapa sawit 2. Efek samping dari PSDS ini salah satunya adalah terkonsentrasinya limbah kotoran sapi dalam jumlah besar. Padahal menurut laporan FAO limbah kotoran sapi merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar yaitu 18% persen dari total emisi gas rumah kaca. Dari nilai tersebut 37% merupakan gas methane (CH 4 ) yang memiliki efek 21 kali lebih besar dari pada karbondioksida (CO 2 ). Melihat hal tersebut perlu dirancang system penanggulangan dari limbah kotoran sapi tersebut. Salah satu konsep yang menarik adalah konsep cogeneration yang menitikberatkan pada peningkatan efisiensi suatu system kerja terutama dalam penanganan dan pemanfaatan sumber energi. Dengan sistem peternakan sapi yang terintegerasi pada kawasan perkebunan kelapa sawit, konsep co-generation dapat dijadikan solusi menarik dalam meningkatkan efisiensi serta produktivitas sistem. 2. Daya Dukung Perkebunan Kelapa Sawit pada Peternakan Sapi Wilayah perkebunan sawit di Indonesia tersebar ke 12 provinsi yang luasnya sekitar 10 juta hectare. Dari 12 provinsi tersebut sudah terdapat 19 kawasan 1 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010. Dalam penjabarannya salah satu langkan operasionalnya adalah pengembangan pupuk organik dan biogas 2 Peternakan pada PTPN kelapa sawit ini bertujuan agar suplai pangan sapi terjamin. Selain itu pakan ternak dari olahan pelepah kelapa sawit termasuk pakan ternak yang baik. 2

integerasi sawit-sapi. Kawasan ini masih akan terus dikembangkan mencapai 25% wilayah perkebunan sawit. Dengan wilayah integerasi sapi-sawit sebesar itu diperkirakan akan ada 10 juta ekor sapi. Daya dukung utama yang disediakan perkebunan kelapa sawit pada peternakan sapi adalah ketersediaan pakan ternak sapi. Pakan ternak sapi ini merupakan limbah dari kelapa sawit berupa pelepah kelapa sawit 3. Pelapah kelapa sawit dihasilkan dari hasil pemengkasan rutin. Pelepah kelapa sawit yang dihasilkan setiap pohonnya dihasilkan sekita 18-20 pelepah setiap tahunnya atau sekitar 10 ton pelepah kering/ha/tahun. Ketersediaan limbah kelapa sawit ini lebih melimbah dan tersedia setiap waktunya dibandingkan dengan pakan hijauan. Suatu penelitian menunjukkan bahwa ratio konversi pakan ternak sapi dengan menggunakan pakan dari limbah kelapa sawit dengan komposisi 60% pelepah kelapa sawit adalah 13.92. Nilai ini dengan konsumsi perhari 8.6 kg dan pertumbuhan berat perhari 0.58kg. Sistem integerasi kelapa sawit-sapi ini juga memberikan timbal balik positif kepada perkebunan kelapa sawit dengan bentuk sumber pupuk kompos/kandang. Kotoran sapi mengandung berbagai zat hara seperti nitorogen yang dapat mengembalikan kesuburan tanah. Untuk menjadi pupuk kompos, limbah kotoran sapi ini melalu proses pengomposan (dekomposisi) yaitu proses biologi oleh mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik menjadi humus. Dekomposisi hingga matang biasanya memakan waktu 1-2 bulan. Proses pengomposan dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama yaitu proses terbuka. Kotoran sapi ditimbun dipermukaan tanah terbuka sehingga proses 3 Pada suatu lokakarya sistem integerasi kelapa sawit-sapi disebutkan bahwa, komposisi pakan ternak untuk sapi dari limbah kelapa sawit dengan mayoritas merupakan pelepah kelapa sawit yaitu 60%, pertumbuhan daging sapi harian rata-rata adalah 0.58Kg dengan konsumsi 8.6 kg perhari 3

dekomposisi terjadi di udara bebas. Cara yang kedua yaitu proses tertutup dimana kotoran sapi ditimbun dalam satu wadah tertutup. 3. Emisi Gas Rumah Kaca Limbah Kotoran Sapi Proses dekomposisi tanpa disadari melepaskan emisi gas rumah kaca (GRK) ke udara bebas. Baik itu menggunakan metoda tertutup maupun terbuka. Emisi GRK yang dihasilkan dari proses dekomposisi kotoran sapi menghasilkan 2 emisi GRK selain karbondioksida yang hanya 9%. Kedua emisi GRK ini yaitu gas metana (CH 4 ) yang dihasilkan sebanyak 37% dan dinitrogen oksida (N 2 O) 69%. Gas-gas ini jauh memiliki efek yang jauh lebih besar dibandingkan oleh karbondioksida. GAS Recommended GWP (UNFCCC, 2002), Applicable through 2012 IPCC Revised GWP (IPCC s third assessment report, 2001), likely to be applicable after 2012 Carbon Dioxide, CO 2 1 1 Methane, CH 4 21 23 Nitrous Oxide, N 2 O 310 296 Hydrofluorocarbons, HFC 140 11.900 120 12.000 Perfluorocarbons, PFC 6.500 9.200 5.700 11.900 Sulfur Hexafluoride 23.9 22.2 Seekor sapi setiap harinya dapat menghasilkan kotoran sapi sampai 29 kg. Sedangkan setiap kg nya kotoran sapi dapat menghasilkan 23 hingga 40 liter gas. Dengan demikian satu ekor sapi dapat menghasilkan kotoran yang energinya setara dengan 600 liter gas dalam satu hari. Jika suatu peternakan terdapat 10.000 ekor sapi, maka gas emisi yang dilepaskan mencapai 6 juta liter setiap harinya. Untuk melihat efek dari besar gas emisi yang dihasilkan, berikut perhitungan sederhananya. Dari 6 juta liter yang dihasilkan perharinya maka dengan besar CO 2 yang dihasilkan dapat dikalikan dengan Global Warming Potential (GWP) factor. Asumsikan dari 6 juta liter gas yang dihasilkan, 37% adalah metana (CH 4 ) dengan GWP 21, maka: 4

CO 2 ton 6 juta liter x factor konservasi x GWP metana/1000 x 37% 46.620 ton CO 2 perhari 4. Co-generation pada Sistem Instegerasi Kelapa Sawit-Sapi Gas emisi dari limbah kotoran sapi yaitu CH 4 merupakan jenis biogas. Namun selain gas metana yang dihasilkan terlepas ke udara bebas, tekanan gas yang dihasilkan masih rendah sehingga masih sulit untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu diperlukan disain pemanfaatannya sebagai bahan bakar. Gambar 1. Skema pembentukan biogas dan pemanfaatannya Proses menghasilkan dan mengumpulkan CH 4 dapat dilakukan dengan proses dekomposisi dengan metoda tertutup. Gas CH 4 berhasil dikumpulkan digunakan dengan berbagai pemanfaatan seperti keperluan bahan bakar rumah tangga. 5

Khusus pada kawasan perkebunan kelapa sawit, pemanfaatan sumber energi digunakan untuk kegiatan di pabrik kelapa sawit (PKS). PKS membutuhkan energi primer untuk menghasilkan steam yang akan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik yang digunakan untuk pengolahan kelapa sawit. Gambar 2. Skema Co-generation PKS dengan Biogas dari ternak sapi Konsep co-generation merupakan konsep peningkatan efisiensi pemanfaatan energi primer yang menghasilkan bentuk energi lain yaitu listrik dan thermal. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk kegiatan industri kelapa sawit. Namun gas buang yang dihasilkan memiliki nilai thermal yang tinggi dimanfaatkan untuk pengolahan kelapa sawit. Gas buang dengan thermal tinggi dilalui pada komponen heat exchanger untuk memanaskan air. Air dengan suhu tinggi biasanya pada PKS digunakan untuk perebusan (sterilizer) kelapa sawit sehingga buah lepas dari tandan dan matang. Maka dengan skema ini gas buangan yang dilepas ke udara dapat diminimalisir dan dapat diserap oleh lingkungan. 6

Skema pembangkit co-generation di atas merupakan skema 1 cycle. Skema tersebut dapat ditingkatkan efiseinsinya dengan skema co-generation combined cycle. Sistem mendapat energi tambahan dari hasil pembakaran biomassa limbah kelapa sawit yang tidak terserap sebagai pakan ternak. Gambar 3. Combined Cycle Co-Generation dengan pembakaran biomassa 5. Kesimpulan Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Limbah kotoran sapi memiliki potensi besar dalam menghasilkan emisi GRK dalam jumlah besar. b. Pembuatan pupuk kompos dari limbah kotoran sapi harus menggunakan metoda tertutup di dalam biogas digester. 7

c. Pemanfaatan biogas hasil limbah kotoran sapi sangat berpotensi digunakan dalam pembangkit listrik co-generation yang dapat dimanfaatkan oleh Pabrik Kelapa Sawit. d. Efisiensi pembangkit dapat ditingkatkan dengan skema pembangkit Reference combined cycle co-generation dengan melibatkan biomassa dari limbah kelapa sawit. Boyce, M.P., Handbook for Cogeneration and Combined Cycle Power Plants, Amer Society of Mechanical, 2002. Elisabeth, J. dan Ginting, S.P., Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong, Lokakarya Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi, Medan. Hanif Andi., Studi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Listrik 10 Kw Kelompok Tani Mekarsari Desa Dander Bojonegoro Menuju Desa Mandiri Energi, Fakultas Teknik Industri ITS, Surabaya. Maluyu, H., et al,. Kebijakan Pengembangan Peternakan Sapi Potong Di Indonesia, Jurnal Litbang Pertanian, 2010. Purwanta, Wahyu., Penghitungan Emisi Gas Rumah Kaca (Grk)Dari Sektor Sampah Perkotaan Di Indonesia, BPPT, Jakarta, 2009. Roheni, E.S., et al., Potensi Dan Peluang Pemanfaatan Limbah Sawit Sebagai Pakan Ternak Sapi Di Kalimantan Selatan, Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak, Banjarbaru. Sugiardi, Perancangan Alat Penukar Kalor Dalam Organic Rankine Cycle Untuk Memanfaatkan Waste Heat Recovery Dari Blowdown Rebusan(Sterilizer) Sebagai Pembangkit Listrik 100 Kw Pada Pabrik Kelapa Sawit, Fakultas Teknik Industri ITS, Surabaya. Wahyuni, Sri, M.P., Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke 10, Jakarta, 2010. 8

Widodo, T.W., et al., Pemanfaatan Energi Biogas Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. Serpong, 2010. 9