PARAMETER GENETIK SEJUMLAH GENOTIP PADI DI LAHAN SAWAH BERPENGAIRAN TEKNIS DAN TADAH HUJAN*

dokumen-dokumen yang mirip
Ilmu Pertanian Vol. 17 No.1, 2014 : Penampilan Agro-Morfologi dan Parameter Genetik 12 Genotip Padi di Sawah Berpengairan Teknis

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

HAKIM: HERIBILITAS DAN HARAPAN KEMAJUAN GENETIK KACANG HIJAU

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

Teknik pemuliaan kedelai pada umumnya

PERAKITAN VARIETAS UNGGUL PADI BERAS HITAM FUNGSIONAL TOLERAN KEKERINGAN SERTA BERDAYA HASIL TINGGI

KORELASI FENOTIPIK, GENOTIPIK DAN SIDIK LINTAS SERTA IMPLIKASINYA PADA SELEKSI PADI BERAS MERAH

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KERAGAAN FENOTIP DAN BEBERAPA PARAMETER GENETIK HASIL DAN KARAKTER AGRONOMI ENAM PADI HIBRIDA DI LAHAN KERING MASAM

LESTARI DAN NUGRAHA: KERAGAMAN GENETIK PADI KULTUR ANTER. Keragaman Genetik Hasil dan Komponen Hasil Galur-galur Padi Hasil Kultur Anter

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

EKSPRESI HASIL GABAH DAN ANALISIS LINTASAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI GRAIN YIELD EXPRESSION AND PATH ANALYSIS OF SEVERAL NEW RICE VARIETIES

Agros Vol.16 No.1 Januari 2014: 7-18 ISSN

RESPON SELEKSI PADA 12 GENOTIPE KEDELAI MELALUI SELEKSI LANGSUNG DAN SIMULTAN SKRIPSI

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

ANALISIS LINTAS KOMPONEN PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH ABSTRAK

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

EKSPRESI HASIL GABAH DAN ANALISIS LINTASAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI SLEMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

Kata kunci : beras merah, korelasi, sidik lintas Key words: red rice, correlation, path analysis. Agroteksos Vol. 21 No.

Pendugaan Parameter Genetik dan Hubungan Antarkomponen Hasil Kedelai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

SKRIPSI OLEH : FRISTY R. H. SITOHANG PEMULIAAN TANAMAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

POTENSI GENETIK UBIJALAR UNGGULAN HASIL PEMULIAAN TANAMAN BERDASARKAN KARAKTER MORFO-AGRONOMI

PENGELOLAAN HARA TANAMAN PADI SISTEM GOGORANCAH DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN NUTRIENTS MANAGEMENT OF THE GOGO RANCAH RICE SYSTEM IN RAINFED SKRIPSI

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Variabilitas dan Heritabilitas Karakter Penting beberapa Genotip Padi Sawahpada Cekaman Salinitas Tinggi

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER MORFOLOGIS BEBERAPA GENOTIPE KENTANG

VARIASI GENETIK, HERITABILITAS, DAN KORELASI GENOTIPIK SIFAT-SIFAT PENTING TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.)

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

YIELD ABILITY AND SOME AGRONOMIC CHARACTERS EXPRESSION FOR SIX INDICA HYBRID RICE IN LOWLAND RICE IRRIGATION. Bambang Sutaryo 1

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

Ekspresi Heterosis dan Variasi Genotipik Hibrida Padi di Tiga Lingkungan dengan Sifat Biofisik Tanah Berbeda

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

Agrivet (2015) 19: 30-35

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

Daya Hasil, Heritabilitas, Variabilitas Galur M6 Kedelai di Dataran Rendah dan Sedang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

ANALISIS KORELASI DAN KOEFISIEN LINTAS ANTAR BEBERAPA SIFAT PADI GOGO PADA MEDIA TANAH MASAM

Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai pada Lahan Sawah Tadah Hujan

ADAPTABILITAS TIGA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KABUPATEN WONOSOBO

Komponen Hasil dan Karakter Morfologi Penentu Hasil Kedelai

PENAMPILAN AGRONOMIS DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIK 100 GALUR PADI GENERASI LANJUT PADA KONDISI CEKAMAN KEKERINGAN

KEMAMPUAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescent L.) DI LAHAN GAMBUT

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI LOKAL SAMOSIR TERHADAP PROPORSI DAN WAKTU PEMANGKASAN

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL

KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR KEDELAI HITAM HOMOSIGOT

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

WIDYASTUTI ET AL.: KERAGAMAN KARAKTER BUNGA TANAMAN PADI. Studi Keragaman Genetik Karakter Bunga yang Mendukung Persilangan Alami Padi

UJI KESERAGAMAN DAN ANALISIS SIDIK LINTAS ANTARA KARAKTER AGRONOMIS DENGAN HASIL PADA TUJUH GENOTIP PADI HIBRIDA JAPONICA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penduduk Indonesia. Meskipun sebagai bahan makanan pokok padi dapat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

Parameter Genetik Padi Sawah Dataran Tinggi

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK TANAMAN KEDELAI PADA SISTEM PERTANAMAN TUMPANGSARI TEBU-KEDELAI (BULAI)

PENAMPILAN FENOTIPIK, PARAMETER GENETIK KARAKTER HASIL DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

Km 66, Malang ABSTRACT

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

UJI PERBEDAAN SISTEM JAJAR LEGOWO TERHADAP BEBERAPA VARIETAS TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA SAWAH TADAH HUJAN SKRIPSI SARLYONES KAFISA

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

Transkripsi:

PARAMETER GENETIK SEJUMLAH GENOTIP PADI DI LAHAN SAWAH BERPENGAIRAN TEKNIS DAN TADAH HUJAN* [Genetic Parameters of Some Rice Genotypes Under Irrigated and Dryland Conditions] Bambang Sutaryo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Stadion Maguwoharjo No. 22, Karangsari, Sleman, Yogyakarta. No. HP. 081227502729 email: b_sutaryo@yahoo.com ABSTRACT Development of high-yielding varieties depends on choice of parents, include per se performance, morphological and agronomic traits, and genetic diversity as determined through geographic origin. Indicators of success can be expected from the value of genetic progress and some other important genetic parameters. The purpose of this study was to calculate the genetic heterogenity, heritability and genetic advances of some quantitative characters of rice genotypes. Experiments were conducted in the district of Kulon Progo, namely: Wates and Panjatan (irrigated condition, dry season of 2012), in Giripeni (rainfed, medium altitude, wet season of 2012/2013), Samigaluh and Kalibawang (rainfed, high altitude, wet season of 2012/2013). Each experiment was designed using a randomized complete block with three replications. Data indicated that not all environmental conditions appropriate for the selection and development of genotype due to low value heritability and expectation genetic advances of each environment was lower than the value heritability and expectation genetic advances for the combined average of the environment. Wates was suitable location for grain yield selection and development in terms of the high heritability values. Kalibawang, Giripeni and Wates have considerable heritabilty value for 1000 grain weight character, hence they can be used as suitable selection locations for these characters. Key words: heterogeneity, genetic parameters, genotypes of rice ABSTRAK Heterogenitas genetik dari karakter yang dimiliki oleh tetua mutlak diperlukan untuk pembentukan varietas unggul. Indikator kesuksesan dapat diduga dari nilai kemajuan genetik dan beberapa parameter genetik penting lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung heterogenitas genetik, daya waris dan kemajuan genetik karakter kuantitatif sejumlah genotipe padi. Percobaan dilakukan di kabupaten Kulon Progo yaitu di kecamatan Wates dan Panjatan (sawah berpengairan teknis, dataran rendah, pada musim kemarau 2012), di kecamatan Giripeni (tadah hujan, dataran sedang, musim hujan 2012/2013), Samigaluh dan Kalibawang (sawah tadah hujan, dataran tinggi, musim hujan 2012/2013). Tiap percobaan dirancang dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Data mengindikasikan bahwa tidak semua kondisi lingkungan sesuai untuk seleksi dan pengembangan genotip karena rendahnya nilai heritabilitas dan kemajuan genetik harapan di masing-masing lingkungan lebih rendah daripada nilai heritabilitas dan kemajuan genetik harapan gabungan lingkungan. Wates sesuai untuk seleksi hasil gabah dan pengembangan genotip berdasarkan nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter hasil gabah. Kalibawang,Giripeni dan Wates memiliki nilai proporsi heritabilitas cukup tinggi untuk karakter bobot 1000 butir, sehingga lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai tempat seleksi untuk karakter tersebut. Kata kunci: heterogenitas, parameter genetik, genotipe padi PENDAHULUAN Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung pada keragaman genetik dan karakter yang dapat diwariskan, dan kemampuan memilah genotip unggul dalam proses seleksi. Adanya keragaman genetik yang berarti terdapat perbedaan nilai antar individu genotip dalam populasi, merupakan syarat keberhasilan seleksi terhadap karakter yang diinginkan (Baihaki dan Wicaksana, 2005). Karakter hasil tinggi sebagai salah satu kriteria dalam seleksi genotip unggul padi sawah merupakan karakter yang sangat kompleks yang dikendalikan oleh sejumlah besar gen-gen kumulatif, duplikat, dan atau dominan, serta sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Informasi tentang nilai duga parameter genetik seperti ragam fenotipik, heritabilitas, dan tanggap seleksi, sangat bermanfaat dalam program pemuliaan tanaman. Nilai duga heritabilitas dari karakter tinggi tanaman, panjang malai, jumlah malai, jumlah gabah per malai, bobot 1000 butir, dan hasil meningkat dari generasi ke generasi. Peningkatan maksimum terjadi pada F 3 ke F 4, kemudian menurun seiring dengan berlanjutnya generasi (Khush, 2000). Pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan potensi genetik tanaman sehingga dapat beradaptasi pada agroekosistem tertentu dengan hasil tinggi dan sesuai dengan selera *Diterima: 19 Januari 2014 - Disetujui: 13 Maret 2014 23

Berita Biologi 13(1) - April 2014 konsumen. Setiap tahapan seleksi dilakukan secara visual yang berdasarkan karakter fenotip dan genotip. Seleksi berdasarkan data analisis kuantitatif yang berpedoman pada nilai heritabilitas, keragaman genotip dan fenotip dapat membantu ketajaman seleksi sehingga hasil yang diperoleh akan lebih baik. Dengan adanya keragaman genetik yang luas akan diperoleh keleluasaan dalam pemilihan genotip unggul atau perbaikan sifat. Heritabilitas yang mengukur sejauh mana variabilitas sifat kuantitatif diturunkan dapat menunjukkan efektivitas seleksi genotip yang didasarkan pada penampilan fenotip (Saleem et al., 2008). Analisis komponen keragaman dapat digunakan untuk menduga heritabilitas selain teknik regresi tetua-turunan dan pendugaan keragaman populasi homogen. Nilai dugaan ragam genetik dan heritabilitas akan lebih mendekati nilai sebenarnya dengan makin banyak interaksi dikeluarkan dari ragam genetik (Khan et al., 2009). Budidaya padi di daerah Kulon Progo, Yogyakarta, berbeda-beda sesuai dengan masing-masing agroekosistemnya seperti padi sawah irigasi teknis (dataran rendah), dan padi sawah tadah hujan (dataran sedang dan tinngi). Sejalan dengan alih fungsi lahan sawah menjadi areal non pertanian, maka terjadi penyusutan luas lahan. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas padi mutlak harus dilakukan melalui pengembangan varietas unggul yang memiliki keragaman genetis yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk untuk menduga besar keragaman genotipik, heritabilitas, dan melihat kemajuan genetik beberapa karakter kuantitatif sejumlah genotip padi dalam upaya peningkatan produktivitas. BAHAN DAN CARA KERJA Percobaan ini dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, di lima Kecamatan yaitu Wates, dan Panjatan (mewakili daerah pengembangan padi dataran rendah, musim kemarau 2012); Giripeni (dataran sedang, musim hujan 2012/2013); Samigaluh dan Kalibawang (mewakili pengembangan padi dataran tinggi, musim hujan 2012/2013). Enam genotip padi inbrida yaitu Inpari 3, Inpari 4, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 11 dan varietas populer setempat Ciherang diuji menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Bibit berumur 16 hari ditanam dengan tanam jajar legowo (tajarwo) 4:1 semua barisan tanaman disisipkan, dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm diperoleh populasi tanaman sebanyak 256.000 rumpun per hektar. Tiap varietas ditanam pada lahan seluas 5 x 10 m 2. Pemupukan dilakukan berdasarkan saat aplikasi, jenis dan dosis pupuk, yaitu : 1) pada saat 3 hari sebelum tanam sebanyak 2 t/ha pupuk organik; 2) pada saat 5 hari setelah tanam 300 kg/ha pupuk majemuk Phonska; 3) pada saat 21 hari setelah tanam sebanyak 100 kg Urea/ha; dan 4) pada saat 35 hari setelah tanam sebanyak 100 kg Urea/ha. Pengamatan dilakukan terhadap hasil gabah pada kadar air 14%, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir. Sidik ragam dilakukan terhadap data pengamatan dari setiap lokasi dan data gabungan dari semua lingkungan pengujian (Gomez dan Gomez, 1986). Ragam genotipik, koefisien keragaman genetik, dan heritabilitas dihitung berdasarkan prosedur yang dikemukakan oleh Singh dan Chaudhary (1979) dengan menggunakan komponen ragam pada sidik ragam (Tabel 1 dan 2). Keragaman genotipik, keragam fenotipik, dan heritabilitas gabungan, dihitung berdasarkan komponen ragam di Tabel 2 dengan formula : Keragaman fenotipik (Kf) = M3/rl (1) di mana : M3 = nilai kuadrat tengah genotip l = banyaknya lingkungan pengujian Keragaman genotipik (Kg) = (M3-M4)/rl (2) di mana : M3 = nilai kuadrat tengah genotip M4 = nilai kuadrat tengah interaksi G x L Heritabilitas dalam arti luas dihitung menurut formula : H = Kf/Kg.... (3) 24

Tabel 1. Sidik Ragam Model Acak pada Analisis Gabungan (Combined Analysis of Variance) Sumber Keragaman (Source of Variation) Lingkungan (L) (Environment) Ulangan dalam Lingkungan (Replications within environment) Genotipe (G) (Genotype) G x L (G x E) Galat (Error) DB (Degree of Freedom) Kuadrat Tengah (Mean Square) Kuadrat Tengah Harapan (Expected Mean Square) (l-1) M1 σ 2 e + r σ 2 gl + g σ 2 rl + rg σ 2 l l(r-1) M2 σ 2 e + g σ 2 rl (g-1) M3 σ 2 e + r σ 2 gl +rl σ 2 g (g-1)(r-1) M4 σ 2 e + r σ 2 gl l(g-1)(r-1) M5 σ 2 e Tabel 2. Sidik Ragam Model Acak pada Setiap Lingkungan (Analysis of Variance in each Environment) Sumber keragaman (Source of Variation) Ulangan (Replication) Genotipe (Genotype) Galat (Error) DB (Degree of Freedom) Kuadrat Tengah (Mean Square) (r-1) N1 σ 2 e + g σ 2 r (g-1) N2 σ 2 e + r σ 2 g (r-1)(g-1) N3 σ 2 e Kuadrat Tengah Harapan (Expected Mean Square) di mana : Kf = ragam fenotipik Kg = ragam genotipik Keragaman fenotipik, ragam genotipik, dan heritabilitas di masing-masing lingkungan dihitung berdasarkan komponen ragam pada Tabel 2 dengan menggunakan formula : Keragaman fenotipik (Kf) = N2/r..... (4) di mana : N2 = nilai kuadrat tengah genotip; Keragaman genotipik (Kg) = (N2-N3)/r... (5) di mana : N2 = nilai kuadrat tengah genotip; N3 = nilai kuadrat tengah galat Heritabilitas dalam arti luas dihitung dengan menggunakan formula 3. Koefisien keragaman genotipik (KKG) diduga dengan formula : KKG = ( Vg/X) x 100... (6) di mana : Vg = akar kuadrat ragam genotipik X = nilai tengah contoh Nilai kemajuan genetik harapan (KGH) diduga dengan menggunakan formula Singh dan Chaudhary (1979) : KGH = k.h.vf... (7) di mana : k = diferensial seleksi dalam unit standard deviasi, dalam hal ini k = 2,06 pada intensitas seleksi 5%; H = heritabilitas Vf = akar kuadrat ragam fenotipik Persentase kemajuan genetik dihitung sebagai berikut : KG (%) = (KGH/X) x 100% (8) di mana KGH = nilai kemajuan genetik harapan; X = nilai tengah contoh HASIL Nilai tertinggi untuk karakter hasil gabah adalah 7,92 t/ha diperoleh dari pengujian di Wates. Sedangkan jumlah rumpun per malai terbanyak 25

Berita Biologi 13(1) - April 2014 terdapat di Wates sebanyak 21,15 batang. Jumlah gabah isi per malai bervariasi dari 65,75 butir terdapat di Kalibawang sampai 128,45 butir terdapat di Wates. Bobot 1000 butir terendah terdapat di Kalibawang seberat 24,54 gram dan tertinggi terdapat di Giripeni seberat 27,54 gram. Indeks lingkungan di Wates mempunyai nilai tertinggi sebesar 0,38 dan yang terendah adalah Kalibawang - 0,42 (Tabel 3). Hasil gabah memiliki keragaman genetik (KG) yang berkisar dari 0,25 untuk Kalibawang hingga 1,14 untuk Wates, koefisien keragaman genetik (KKG) nya bervariasi dari 3,98 untuk Samigaluh sampai 12,28 untuk Wates (Tabel 4). KG jumlah malai per rumpun terendah 0,81 di Giripeni dan tertinggi 1,88 di Kalibawang, KG jumlah gabah isi per malai terendah 30,00 untuk Kalibawang dan tertinggi 98,26 untuk Panjatan. KG untuk bobot 1000 butir berkisar dari 3,80 di Samigaluh hingga 5,88 di Panjatan, KKG nya terendah 13,96 di Samigaluh dan tertinggi 20,45 di Panjatan (Tabel 4). KG gabungan untuk karakter hasil gabah, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir berturut-turut sebesar 1,29; 2,74; 89,98 dan 19,00. KKG gabungan dari empat karakter tersebut berturut-turut sebesar 20,8; 8,5; 18,8; 16,02 (Tabel 4). Nilai kisaran heritabilitas : hasil gabah dari 0,38 di Kalibawang sampai 0,78 di Wates; jumlah malai per rumpun dari 0,32 di Giripeni sampai 0,55 di Wates; jumlah gabah isi per malai dari 0,32 di Panjatan hinnga 0,55 di Wates; dan bobot 1000 butir Tabel 3. Hasil gabah, komponen hasil, dan indeks lingkungan pada setiap lokasi (Yield, yield component, and index of environment in each location) Lokasi (Location) Hasil gabah (Yield) (t/ha) Jumlah malai per rumpun (Panicle number per hill) Jumlah gabah isi per malai (Filled grain per panicle) Bobot 1000 butir (1000- grain weight) (g) Kalibawang 4,35 18,82 65,75 24,94-0,42 Panjatan MK2012 5,84 17,63 67,02 26,10 0,06 Wates MK2012 7,92 21,15 128,45 25,98 0,38 Giripeni MK2012 5,58 16,90 108,64 27,54-0,10 Samigaluh 5,76 19,34 96,05 26,05-0,09 Rata-rata umum 5,89 18,77 93,18 26,12 0,52 (Average) LSD 0,05 1,74 2,46 15,06 6,35 0,04 Indeks lingkungan (Index of environment) Tabel 4. Keragaman genetik dan koefisien keragaman genetik untuk karakter hasil gabah dan komponennya pada masing-masing lokasi dan gabungan semua lokasi (Genetic variability and coefficient of variation for yield character and its components in each location and location combination) Lokasi (Location) Hasil gabah (Yield) Jumlah malai per rumpun (Panicle number per hill) Jumlah gabah isi per malai (Filled grain per panicle) Bobot 1000 butir (1000-grain weight) KG KKG KG KKG KG KKG KG KKG 0,25 4,96 1,88 9,58 30,00 48,48 4,94 17,80 Kalibawang Panjatan MK2012 0,60 7,40 0,86 4,20 98,26 149,54 5,88 20,45 Wates MK2012 1,14 12,28 1,42 6,80 79,76 67,58 4,05 15,35 Giripeni MK2012/2013 0,60 4,32 0,81 4,26 68,97 62,96 4,00 14,60 Samigaluh 0,68 3,98 1,70 7,98 88,70 89,80 3,80 13,96 Gabungan (Combination) 1,29 20,80 2,74 8,50 89,98 18,80 19,00 16,02 KG= Keragaman Genotipik (Genotypic Variability); KKG = Koefisien Keragaman Genotipik (Coefficient of Genotypic Variability) 26

dari 0,75 di Samigaluh sampai 0,99 di Wates. Nilai gabungan untuk hasil gabah, jumlah malai per rumpun, jumlah gabah isi per rumpun dan bobot 1000 butir : 0,88; 0,62; 0,48 dan 0,97. Nilai kisaran proporsi heritabilitas pada suatu lingkungan terhadap heritabilitas gabungan : hasil gabah terendah 0,43 di Kalibawang dan tertinggi 0,89 di Wates; jumlah malai per rumpun dari 0,52 di Giripeni hingga 0,84 di Wates; jumlah gabah isi per malai dari 0,67 di Panjatan hinnga 1,15 di Wates; dan bobot 1000 butir dari 0,77 di Samigaluh sampai 1,03 di Wates (Tabel 5). Nilai kemajuan genetik harapan dengan hasil sebagai berikut : 1) karakter hasil gabah dengan kisaran 0,32 sampai 1,59 atau 8,00 sampai19,88 %, masing-masing untuk Kalibawang dan Wates; 2) jumlah malai per rumpun terendah 0,53 di Giripeni dan tertinggi 1,23 di Wates atau 3,07 sampai 5,47 %; 3) jumlah gabah isi per malai bervariasi dari 4,92 di Kalibawang sampai 9,05 di Wates atau 7,65 sampai 7,17 %; dan 4) bobot 1000 butir berkisar dari 2,90 di Samigaluh hingga 4,25 di Kalibawang atau 16,76 % (Tabel 6). Tabel 5. Heritabilitas untuk karakter hasil gabah, dan komponen hasil gabah, masing-masing nilai proporsinya, dan gabungan semua lokasi (Heritability for yield character and its components, proportional value, and location combination) Lokasi (Location) Hasil gabah (Yield) Heritabilitas (Heritability) Jumlah malai per rumpun (Panicle number per hill) 0,42 0,68 0,38 0,61 0,52 0,84 0,32 0,52 0,42 0,68 Jumlah gabah isi per malai (Filled grain per panicle) 0,48 1,00 0,32 0.67 0,55 1,15 0,52 1,08 0,42 0,87 Bobot 1000 butir (1000- grain weight) 0,92 0,94 0,77 0,79 0,99 1,03 0,93 Kalibawang 0,38 0,43 Panjatan MK2012 0,75 0,85 Wates MK2012 0,78 0,89 Giripeni 0,47 0,53 0,96 Samigaluh 0,57 0,75 0,65 0,77 Gabungan (Combination) 0,88 0,62 0,48 0,97 Angka-angka yang tercetak miring adalah nilai proporsi heritabilitas pada suatu lingkungan terhadap heritabilitas gabungan (Italicized means are heritability proportional value in an environment to combination heritability) Tabel 6. Keragaman genetik harapan dan kemajuan genetik untuk karakter hasil gabah dan komponennya pada masing-masing lokasi dan gabungan semua lokasi (Expected genetic variability and genetic gain for yield character and its components in each location and location combination) Lokasi (Location) Hasil gabah (Yield) Jumlah malai per rumpun (Panicle number per hill) Jumlah gabah isi per malai (Filled grain per panicle) Bobot 1000 butir (1000-grain weight) KGH KG (%) KGH KG (%) KGH KG KGH KG (%) (%) Kalibawang 0,34 8,00 1,11 5,74 4,92 7,65 4,25 16,76 Panjatan MK2012 1,06 16,94 0,65 3,55 6,01 8,96 3,60 13,50 Wates MK2012 1,61 19,88 1,23 5,47 9.05 7,17 4,20 15,26 Giripeni 0,47 7,97 0,53 3,07 8,35 7,65 3,76 13,55 Samigaluh 0,56 9,18 1,05 5,20 7,62 7,95 2,90 10,70 Gabungan (Combination) 1,98 32,68 1,98 10,40 9,02 9,75 8,28 31,16 KGH= kemajuan genetik harapan (Expected genetic gain); KG = kemajuan genetik dalam persen (Genetic gain in percent) 27

Berita Biologi 13(1) - April 2014 PEMBAHASAN Hasil gabah yang tinggi terdapat di Wates didukung oleh tingginya nilai karakter jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai. Genotip padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe indica. Pada tipe ini, pada umumnya tingginya karakter hasil gabah sangat dipengaruhi oleh minimal dua karakter komponen dari hasil gabah (Islam et al., 2010). Sementara itu, bahwa bobot 1000 butir tidak banyak berubah bila ditanam di lingkungan yang berbeda. Dengan kata lain, pengaruh lingkungan terhadap karakter ini sangat kecil. Selain itu, keadaan tersebut diduga bahwa karakter bobot 1000 butir memiliki gen yang homozigot dominan. Hasil, jumlah malai per rumpun dan jumlah gabah isi per malai yang tinggi tersebut juga disebabkan oleh kontribusi indeks lingkungan yang tinggi pula. Di Wates, karakter jumlah gabah isi per malai menunjukkan perbedaan yang mencolok yaitu jumlahnya dua kali lebih banyak dibanding dengan di Kalibawang maupun Panjatan. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi lingkungan di Wates pada sangat cocok bagi pengembangan genotip padi. Sabu et al. (2009) melaporkan bahwa karakter hasil gabah, jumlah malai per rumpun, dan bobot 1000 butir dengan nilai keragaman genetik yang relatif sempit disebabkan oleh dekatnya kekerabatan sebagian besar genotip yang diuji. Jumlah malai per rumpun dan bobot 1000 butir memiliki keragaman genetik yang relatif sempit. Keragaman genetik yang cukup besar terdapat pada karakter jumlah gabah isi per malai tetapi nilai duga koefisiennya juga cukup besar. Hal ini mungkin tidak hanya dipengaruhi oleh keragaman genetik antar genotip tetapi juga dipengaruhi oleh sebab-sebab lain yang tidak dapat terdeteksi. Secara umum, lingkungan di Wates memberikan keragaman yang cukup tinggi dibanding dengan lingkungan tumbuh lainnya. Keragaman genetik pada setiap lingkungan memberikan nilai yang berbeda. Artinya, pengaruh lingkungan terhadap keragaan karaktertanaman berbeda untuk setiap lingkungan. Hal itu ditunjukkan oleh tidak adanya perubahan kergaman genetik secara proporsional dari sifat tertentu di lingkungan yang berbeda. Data tersebut juga menunjukkan adanya interaksi spesifik antara genotip dan lingkungan untuk karakter tertentu. Dengan melihat keragaman genetik saja, sangat sulit untuk mempelajari suatu karakter. Untuk itu, diperlukan parameter genetik lain, yaitu heritabilitas dan kemajuan genetik. Fehr (1987) menyebutkan bahwa heritabilitas adalah salah satu alat ukur dalam sistem seleksi yang efisien dapat menggambarkan efektivitas seleksi genotip berdasarkan penampilan fenotipnya. Penentuan lingkungan tumbuh yang cocok untuk seleksi suatu karakter dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai-nilai parameter genetik di setiap lingkungan tumbuh. Beberapa pemulia memilih lingkungan yang memberikan nilai heritabilitas tertinggi sebagai lingkungan yang cocok untuk seleksi karakter yang bersangkutan. Penentuan lingkungan tumbuh dengan cara tersebut dapat menimbulkan bias, karena heritabilitas tidak menggambarkan kemajuan genetik yang sebenarnya dari karakter yang bersangkutan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi di salah satu lingkungan yang mendekati kondisi seleksi di lingkungan gabungan. Bila nilai perbandingan heritabilitas antara satu lingkungan dengan lingkungan gabungan mendekati satu, maka lingkungan tersebut paling sesuai untuk seleksi karakter yang bersangkutan. Nilai heritabilitas dapat memberikan petunjuk sederhana tentang besar kecilnya pengaruh faktor genetik dan lingkungan terhadap suatu populasi. Fehr (1987) melaporkan, jika nilai heritabilitas dipadukan dengan nilai kemajuan genetik dan seleksi akan lebih bermanfaat dalam meramalkan hasil akhir program seleksi. Nilai kemajuan genetik harapan dan kemajuan genetik yang diperoleh tersebut relatif kecil (di bawah 50%). Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kurang luasnya keragaman genetik tetua-tetua yang digunakan dalam persilangan. Sama halnya dengan heritabilitas, dalam menentukan lingkungan 28

tumbuh yang cocok untuk seleksi suatu karakter tertentu dapat dilihat dari nilai kemajuan genetik yang tinggi dan nisbah antara nilai kemajuan genetik di setiap lingkungan dengan rata-rata di semua (gabungan) lingkungan. Tocker (2004) melaporkan bahwa nilai kemajuan genetik yang tinggi dalam suatu lingkungan mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut cukup mendukung penampilan faktor genetik, sehingga dapat melengkapi kemajuan seleksi dan digunakan untuk pengembangannya. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua kondisi lingkungan sesuai untuk seleksi dan pengembangan genotip yang diindikasikan oleh rendahnya nilai heritabilitas dan kemajuan genetik harapan dibandingkan rata-rata gabungan lingkungan. Wates sesuai untuk seleksi hasil gabah dan pengembangan genotip ditinjau dari nilai heritabilitas paling tinggi untuk karakter hasil. Kalibawang, Giripeni dan Wates memiliki nilai proporsi heritabilitas yang cukup tinggi untuk karakter bobot 1000 butir, sehingga lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai tempat seleksi untuk karakter tersebut. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak-bapak: 1) Romsiah, Wates; 2) Mariyat, Panjatan; 3) Untung Suharjo, Giripeni; 4) Peni, Samigaluh; dan 5) Supriyanta, Kalibawang atas bantuan pelaksanaan di lapangan dan pengamatan data pertumbuhan dan perkembangan tanaman. DAFTAR PUSTAKA Baihaki A dan N Wicaksana. 2005. Interaksi genotip x lingkungan, adaptabilitas dan stabilitas hasil, dalam pengembangan tanaman varietas unggul di Indonesia. Zuriat. Jurnal Pemuliaan Indonesia 16(1) 1-8 Fehr WR. 1987. Principles of cultivar development (1). Theory and Technique, 120-129 Macmillan Publishing Co., New York. Gomez K and A Gomez. 1986. Statistical procedures for agriculturural research, 567-620. John Wiley & Sons, New York. Islam MS, S Peng, RM Visperas, M Sultan, U Bhuiya, SMA Hossain, and AW Yulfiquar. 2010. Comparative study on yield and yield attributes of hybrids, inbred, and NPT rice genotypes in tropical irrigated ecosystem. Bangladesh Journal Agricultural Research 35, 343-353. Khan AS, M Imran, and M Asffaq. 2009. Estimation of genetic variability and correlation for grain yield component in Oryza sativa L. American-Euras. Journal Agricultural Environtment Science 6, 585-590. Khush GS. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield potential. In Rice Breeding and genetics: Research Priorities and Challenges. J.S. Nanda (Ed.), 99-108. Science Publishers, Inc., Enfield USA. Sabu KK, MZ Abdullah, LS Lin, and R Wickneswari. 2009. Analysis of heritability and genetic variability of agronomically important traits in Oryza sativa L. x O. rufipogon Cross. Agronomy Research 7, 97-102. Saleem MY, JI Mirza, and MA Haq. 2008. Heritability, genetic advance, and heterosis in line x tester crosses of Basmati rice. Journal Agricultural Research 46,15-26. Singh RK and BD Chaudhary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani, Ludhiana, New Delhi. Reed. 46. 2, 390-393. Tocker C. 2004. Estimates of broad-sense heritability for seed yield and yield criteria in faba bean (Vicia faba L.). Hereditas 140, 222-225. 29