BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Sutiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. prinsip yang telah dipahami tersebut dalam tindakan dan perbuatan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peny Husna Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum dalam Kemendiknas (2010) pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pusat kurikulum (2011) menyatakan sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran. Seiring dengan arus globalisasi yang telah masuk ke dalam seluruh relung kehidupan, yang mengancam moral generasi muda bangsa, pengembangan karakter dirasa semakin mendesak untuk diimplementasikan di sekolah (Barnawi, et al. 2012). Wibowo (2012) mengungkapkan pentingnya karakter terutama bagi

2 siswa atau peserta didik adalah sebagai filter terhadap pengaruh-pengaruh negatif arus globalisasi tersebut. Pendidikan karakter bukan saja dapat membuat seorang anak mempunyai akhlak yang mulia, tetapi juga dapat meningkatkan keberhasilan akademiknya (Kemendiknas, 2010). Selain itu, peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Balitbang, 2010). Karakter yang kuat akan berperan optimal di setiap interaksi sosial sehingga individu dengan karakter kuat tersebut akan memberikan sumbangsih, baik moral atau spiritual yang berdaya guna bagi sekitarnya (Wibowo, 2012). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 mengenai standar isi memuat tentang pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kelompok mata pelajaran yang dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Tuntutan permen tersebut menunjukkan mata pembelajaran IPA tidak hanya berorientasi pada pengembangan intelektual (kognitif), tetapi juga pengembangan sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotorik). Hal tersebut sejalan dengan implementasi pengembangan karakter yang terintegrasi melalui mata pembelajaran. Salah satu karakter dari 18 karakter yang dikembangkan, karakter peduli lingkungan erat kaitannya dengan mata pelajaran IPA. Penerapan mata

3 pelajaran IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan (BSNP, 2006). Hakikat pembelajaran IPA adalah sebagai produk dan proses sehingga dalam penilaian pembelajaran IPA melibatkan penilaian produk, nilai, hasil belajar dan proses belajar. Penilaian hasil belajar sering dikaitkan dengan penilaian formatif dan sumatif, sedangkan penilaian proses belajar dikenal sebagai asesmen. Walaupun antara keduanya dapat dipertukarkan, terdapat perbedaan mendasar antara penilaian dengan asesmen. Penilaian biasanya lebih menekankan hasil, jadi meninjau ke belakang atau yang sudah dilakukan, sedangkan asesmen melibatkan penilaian dan sekaligus melihat potensi ke depan perorangan siswa (Rustaman, 2003). Pengembangan karakter melalui pembelajaran tidak terlepas dari penilaian. Penilaian karakter seharusnya mengacu pada lima prinsip penilaian, yaitu menyeluruh, berkesinambungan, objektif, mendidik dan bermakna (Puskur, 2011). Penilaian karakter dilakukan secara terus menerus oleh guru ketika siswa berada di kelas atau di sekolah. Penilaian karakter dijabarkan dalam bentuk indikatorindikator. Teknik penilaian yang dapat digunakan di antaranya: observasi, penugasan, penilaian performance, catatan lapangan atau anecdotal note record dan wawancara. Dengan teknik penilaian yang tepat, guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan karakter yang dimilikinya (Kemendiknas, 2010). Selain teknik penilaian yang tepat, dalam melakukan penilaian suatu karakter, dibutuhkan perangkat penilaian yang baik, tepat sasaran dan sesuai dengan

4 indikator karakter yang telah disusun untuk menilai karakter siswa. Para guru di sekolah sering gagal mengungkap tingkatan karakter tersebut karena asesmen yang kurang tepat sasaran dan kualitas instrumen yang kurang memadai (Wulan, 2010). Karena tuntutan pengembangan karakter harus diimplemetasikan, maka penilaian karakter tetap harus dilaksanakan. Jika karakter tidak dinilai, karakter tersebut hanya akan menjadi efek samping yang tidak dapat dikembangkan karena tidak ada umpan balik (feed back) baik terhadap guru maupun siswa. Selain aspek penilaian, pengembangan karakter dalam pembelajaran juga terkait dengan materi pembelajaran. Pentingnya karakter peduli lingkungan terkait materi pengelolaan lingkungan adalah dengan mempelajari materi pengelolan lingkungan diharapkan siswa dapat lebih mengembangkan kebiasaan-kebiasaan positif dalam memberdayakan lingkungan secara bijak. Hal tersebut sejalan dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan yaitu memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab (BSNP, 2006). Kondisi saat ini, pendidikan karakter dirasakan ideal namun penerapannya baru mencapai tataran konseptual sedangkan dalam ranah teknis pelaksanaannya, masih terlalu abstrak dan dirasakan sulit untuk mengimplementasikannya di lapangan (Adib, 2011). Selama ini dari beberapa program pendidikan karakter yang pernah ada di sekolah, semuanya masih cenderung bersifat teoritis. Salah satunya adalah segi penilaian karakter tersebut. Penilaian karakter yang merupakan ranah afektif dirasakan masih abstrak diterapkan di lapangan. Penilaiannya juga masih mengedepankan penilaian secara kognitif atau pemahaman (Syam, 2011). Adanya petunjuk monitoring dan evaluasi dianggap

5 kurang jelas dan konkrit sehingga implementasi pendidikan karakter ini tidak menyeluruh (Adib, 2011). Penilaian yang seharusnya dilakukan seorang guru dalam menilai ketercapaian kompetensi siswa adalah penilaian yang tidak hanya menilai hasil belajar, tetapi juga menilai proses belajar siswa selama kegiatan pembelajaran. Penilaian dalam hal ini sering disebut dengan istilah asesmen. Menurut Stiggins (dalam Wulan, 2007) menyatakan bahwa asesmen sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa. Pembudidayaan nilai-nilai karakter merupakan bagian dari proses pembelajaran sehingga diperlukan penilaian dalam pelaksanaannya. Dengan asesmen yang tepat, nilai-nilai karakter yang menjadi fokus pada mata pelajaran IPA akan dapat diungkapkan dan diukur dengan standard serta indikator tertentu sehingga penilaian terhadap karakter menjadi jelas. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, perangkat penilaian yang biasa digunakan guru dalam penilaian karakter adalah tes dan observasi. Namun, kedua jenis teknik tersebut dirasakan kurang dapat mengungkap dan menilai karakter pada diri siswa. Berdasarkan pedoman pengembangan pendidikan karakter, jenis evaluasi yang dapat dikembangkan untuk menilai karakter adalah dengan teknis penilaian tes dan penilaian alternatif. Penilaian tes meliputi tes tertulis, tes lisan dan tes kinerja sedangkan penilaian alternatif yang direkomendasikan adalah penugasan kelompok (proyek), penilaian portofolio, penilaian jurnal, penilaian diri sendiri dan penilaian antar teman. Dari beberapa jenis penilaian tersebut, penilaian jurnal merupakan salah satu jenis asesmen alternatif yang dapat dikembangkan sesuai dengan indikator-indikator penerapan pendidikan karakter.

6 Penilaian karakter sering dipandang rumit sehingga guru tidak tahu cara menilai karakter tersebut. Guru memerlukan perangkat penilaian asesmen yang praktis, mudah digunakan tetapi bermakna melalui umpan balik (feed back) yang baik bagi siswa. Oleh karena itu, diperlukan penelitian ini dengan judul penerapan asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengembangan perangkat asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan? Untuk memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan perangkat asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan? 2. Kelebihan dan kekurangan apa yang dimiliki oleh perangkat penilaian yang dikembangkan? 3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan?

7 4. Bagaimana tanggapan guru dan siswa mengenai penerapan asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus dan terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal sebagai berikut: 1. Asesmen alternatif yang digunakan berupa lembar jurnal harian siswa. 2. Karakter yang dimaksud merupakan karakter kepedulian lingkungan siswa SMP, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi (Pusat Kurikulum, 2011). 3. Konsep pengelolaan lingkungan yang dimaksud adalah konsep mengenai pencemaran air, udara dan tanah beserta upaya untuk mengatasi dampak yang ditimbulkannya (BSNP, 2006). D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan umum dari penelitian adalah untuk menciptakan perangkat atau model asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan.

8 Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Menghasilkan perangkat penilaian dan mendeskripsikan penerapan asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan. 2. Mengungkap kelebihan, kekurangan serta kendala yang dimiliki oleh perangkat penilaian asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan. 3. Memberikan feed back selama pembelajaran untuk membantu pengembangan karakter peduli lingkungan siswa. 4. Menggali tanggapan guru dan siswa mengenai asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan. E. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi dunia pendidikan, yaitu: 1. Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan sebagai rekomendasi dan alternatif penilaian karakter peduli lingkungan untuk dikembangkan di sekolah berdasarkan panduan pengembangan asesmen pada penelitian ini. 2. Bagi siswa, sebagai hasil feed back dalam mengungkap dan membantu pengembangan karakter peduli lingkungan pada masing-masing siswa. 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmiah dalam:

9 a. Pengembangan perangkat asesmen untuk mengungkap dan menilai karakter peduli lingkungan siswa. b. Memberikan referensi tambahan mengenai penerapan asesmen alternatif untuk menilai karakter peduli lingkungan siswa SMP pada pembelajaran konsep pengelolaan lingkungan beserta kelebihan, kekurangan, keterbatasan perangkat serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya.