IKATAN MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH INDONESIA (IMADIKLUS INDONESIA)

dokumen-dokumen yang mirip
STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M TA HUN 2012

iii PENINGKATAN BUDAYA TULIS MELALUI KORAN IBU, KORAN ANAK, DAN AKSARA BERBASIS CERITA RAKYAT TAHUN 2012

Kesetaraan Gender Strategi Jitu dalam Pemberantasan Buta Aksara di Indonesia

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

iii PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BERORIENTASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TAHUN 2012

LAYANAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN MASYARAKAT SUBDIT SARANA DAN PRASARANA DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT 2012

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP BERORIENTASI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN TAHUN iii

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

RINTISAN AKSARA KEWIRAUSAHAAN TAHUN iii

Pedoman Penyelenggaraan Lomba Kompetensi Peserta Didik

BAB I PENDAHULUAN. sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah sekolah/ buta aksara,

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

iii RINTISAN AKSARA KEWIRAUSAHAAN TAHUN 2012

Program Pendidikan Keaksaraan Berbasis Seni Budaya Lokal

Bansos Peningkatan Kapasitas Tempat Uji Kompetensi

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN DALAM KERANGKA PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal KECAKAPAN DAN PENGASUHAN LANSIA

KEAKSARAAN DASAR, KEAKSARAAN USAHA MANDIRI, DAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT RINTISAN (DEKONSENTRASI)

iii KEAKSARAAN DASAR DAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik, Penduduk buta aksara usia tahun

PENGANTAR. Jakarta, 23 Januari 2018

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal KEAKSARAAN DASAR DAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI (DEKONSENTRASI)

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

Penataan Kelembagaan PKBM

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEAKSARAAN DASAR DAN KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TAHUN iii

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,.

Bansos Peningkatan Kapasitas Lembaga Sertifikasi Kompetensi

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB II KAJIAN TEORITIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pusat Studi Wanita/Gender (PSW/G)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan ata

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

Direktorat Pendidikan Masyarakat Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta Telp.: (021) Fax. : (021)

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

iii RINTISAN BALAI BELAJAR BERSAMA TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEPADA LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tabel 3.28 Pencapaian Misi IV dan Indikator. tercapai. tidak tercapai

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN DESA DAN KERJA SAMA DESA

DESKRIPSI PROGRAM BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK TAHUN KODE JUKNIS : 28-PS NAMA PROGRAM : BEASISWA KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK

PEDOMAN PELAKSANAAN SIMPOSIUM TENAGA KEPENDIDIKAN TAHUN 2017

KONSEP DASAR PENDIDIKAN NONFORMAL

WALIKOTA TASIKMALAYA

Capaian Keaksaraan, Gender, dan Pengembangan Budaya Baca

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

bbbbbbbbbbbbbbb Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PAUDNI Tahun 2012

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P e d o m a n P e n g a n u g e r a h a n W i d y a K a r y a B h a k t i K u r s u s

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E Lantai 6,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENDAHULUAN Aksara merupakan sistem penulisan suatu bahasa dengan menggunakan tanda-tanda simbol, bukan hanya sebagai huruf atau rangkaian abjad. Aksara merupakan suatu sarana yang menghantar cakrawala pengetahuan dan peradaban suatu bangsa karena aksara membentuk wacana yang dapat dikenali, dipahami, diterapkan, dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk mewujudkan aksara yang membangun peradaban diperlukan kemampuan multikeaksaraan yang memberdayakan. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mengubah dan membentuk kehidupan masyarakat. Pemberdayaan akan meningkatkan kemampuan anggota masyarakat dalam mengarahkan, mengendalikan, membentuk dan mengelola hidupnya. Pemberdayaan masyarakat juga akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat mengelola hidupnya secara mandiri sebagai indikator pemberdayaan yang meliputi kemampuan: i) memahami masalah, ii) menilai tujuan hidupnya, iii) membentuk strategi, iv) mengelola sumberdaya, dan v) bertindak dan berbuat. Selanjutnya pembangunan masyarakat merupakan suatu proses yang berkelanjutan dengan pendekatan holistik atau menyeluruh sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kemudian menerapkan pemberdayaan yang berpengaruh, melibatkan, dan mendidik; menjamin keseimbangan lingkungan; memastikan keberlanjutan/kebertahanan, dan menggunakan kemitraan untuk membuka akses untuk sumberdaya dan dana. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat menerapkan kerangka kerja Aksara Membangun Peradaban dengan menerapkan lima misi kerja Kementerian Pendidikan Nasional yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, peningkatan Kualitas dan Relevansi, serta Kesetaraan yang nondiskriminatif dan Keterjaminan memperoleh layanan pendidikan. Program aksara membangun peradaban meliputi, antara lain, pendidikan keaksaraan (dasar, usaha mandiri, keluarga), aksara kewirausahaan, pendidikan pemberdayaan perempuan dan anak, pendidikan keorangtuaan, pengarusutamaan gender, peningkatan budaya baca masyarakat serta penguatan kelembagaan pendidikan masyarakat. Pelaksanaan progam-program pendidikan masyarakat tersebut perlu terus dikembangkan dan diperbaharui, melalui pemikiran kreatif dan inovatif, khususnya dalam diverifikasi layanan yang berpihak pada keluasan dan keragaman cakupan sasaran dengan menerapkan unsurunsur pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

1. Swamanajemen (self managed) 2. Lingkungan sepanjang hayat 3. Menghargai norma, nilai dan budaya 4. Program berbasis kebutuhan 5. Masyarakat berperan dalam pengendalian dan pengawasan program 6. Pemberdayaan sebagai ciri utama 7. Berakar pada nilai-nilai sosial 8. Berbasis pengalaman 9. Partisipatif dan demokratis 10. Berbasis kecakapan hidup A. Latar Belakang Penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas pada tahun 2010 berjumlah 8,3 juta orang (4,79%) dan sebagian besar adalah perempuan. Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di daerah perdesaan seperti: petani kecil, buruh, nelayan, dan kelompok masyarakat miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penganggur. Mereka tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas karena mereka tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai. Meskipun dari tahun ke tahun jumlah penduduk buta aksara terus berkurang, bukan berarti Indonesia serta merta terbebas dari persoalan buta aksara. Hal ini disebabkan, antara lain, karena munculnya para buta aksara baru, khususnya yang berasal dari para siswa yang drop out pada kelas-kelas awal SD/MI, dan aksarawan baru yang kembali buta aksara. Menyadari persoalan tersebut, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional menyediakan layanan program pendidikan keaksaraan baik keaksaraan dasar yang merupakan program pemberantasan buta aksara maupun keaksaraan usaha mandiri atau menu multikeaksaraan lainnya yang merupakan program pemeliharan dan

peningkatan kemampuan keaksaraan, sekaligus sebagai sarana pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Atas dasar itu, pada tahun 2011 Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat menyediakan berbagai layanan program keaksaraan yang meliputi keaksaraan dasar, keaksaraan usaha mandiri, pendidikan keaksaraan keluarga, aksara kewirausahaan, aksara berbasis cerita rakyat, serta peningkatan budaya tulis melalui koran ibu dan koran anak. Program-program tersebut ditunjang dengan TBM di ruang publik yang berorientasi pada peningkatan budaya baca dan penguatan keaksaraan, serta programprogram peningkatan kecakapan hidup lainnya, seperti pembelajaran kecakapan hidup berorientasi pemberdayaan perempuan, pendidikan keorangtuaan, dan pendidikan perlindungan anak marjinal. Yang terkait langsung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan, tahun ini Direktorat juga menyediakan layanan penguatan dan rintisan balai belajar bersama serta penguatan dan rintisan rumah pintar. Program aksara berbasis cerita rakyat cukup strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu program multikeaksaraan karena daerah-daerah di Indonesia sangat kaya akan cerita-cerita lokal dan penduduknya memiliki tradisi lisan yang kuat. Program ini merupakan bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat yang berkeaksaraan rendah. Keaksaraan berbasis cerita rakyat antara lain bertolak dari cerita rakyat yang tersebar luas dalam masyarakat, baik yang sudah atau hampir punah, maupun yang masih populer, yang hidup di tengah-tengah masyarakat di berbagai daerah sebagai bagian dari budaya lokal. Diharapkan, melalui program ini, paling sedikit dapat dihasilkan dua hal secara simultan, yaitu tingkat keberaksaraan penduduk meningkat dan cerita rakyatnya terdokumentasikan secara tertulis. B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2004 tentang Pendanaan Pendidikan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2009-2014; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Pendidikan Nasional; dan 8. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Tahun 2011. C. Tujuan Petunjuk Teknis Petunjuk teknis ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengaturan terhadap: 1. PKBM/satuan PNF Sejenis/lembaga masyarakat yang memiliki legalitas dalam menyusun dan mengajukan proposal Bantuan Penyelenggaraan Aksara Berbasis Cerita Rakyat. 2. Tim penilai dalam menyeleksi proposal Bantuan Penyelenggaraan Aksara Berbasis Cerita Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kelayakan proposal. 3. Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat dalam menyalurkan Bantuan Penyelenggaraan Aksara Berbasis Cerita Rakyat. 4. Peningkatan tata kelola dan akuntabilitas Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat dalam mengelola program pendidikan keaksaraan.

AKSARA BERBASIS CERITA RAKYAT A. Pengertian 1. Aksara berbasis cerita rakyat merupakan kemampuan mendongeng/berbicara, membaca, dan menulis cerita rakyat sehari-hari tentang legenda, kejadian dan fenomena alam (misalnya bencana, gerhana, dan lain-lain), kisah hidup, dan sejarah lokal yang inspiratif dan berkarakter untuk meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan masyarakat serta pelestarian sejarah lokal yang ditunjukkan dalam teks lisan, tulis, atau media komunikasi lainnya. 2. Dana aksara berbasis cerita rakyat merupakan bantuan biaya operasional penyelenggaraan peningkatan keberaksaraan, pendidikan karakter, dan pelestarian sejarah lokal melalui keaksaraan berbasis cerita rakyat. B. Tujuan Kegiatan aksara berbasis cerita rakyat bertujuan untuk: 1. Memperluas akses pelayanan program pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia 15 tahun ke atas yang berkeaksaraan rendah sehingga meningkat kompetensi keberaksaraannya. 2. Membina mentalitas masyarakat melalui pemanfaatan cerita rakyat yang inspiratif dan berkarakter. 3. Mendorong masyarakat lokal untuk mendokumentasikan dan melestarikan cerita rakyat lokal untuk memperkaya elemen keberaksaraan Nusantara. 4. Merevitalisasi cerita rakyat sebagai warisan keberaksaraan masa silam menjadi bagian dari kehidupan masa kini yang dinamis dan kompleks. 5. Mencari bentuk-bentuk pengungkapan baru cerita rakyat yang relevan dengan nilainilai dan semangat generasi masa kini. 6. Menjadikan cerita rakyat sebagai medium pembelajaran aksara dengan penyajian yang baru yang kreatif dan sekaligus rekreatif

C. Sasaran/Penerima Manfaat Penerima manfaat layanan aksara berbasis cerita rakyat adalah penduduk usia 15 tahun ke atas berkeaksaraan rendah. Jumlah peserta didik untuk setiap lembaga penyelenggara sekurang-kurangnya 20 orang. D. Hasil yang Diharapkan Hasil yang diharapkan dari kegiatan aksara berbasis cerita rakyat adalah: 1. Tersedianya alternatif layanan pendidikan keaksaraan yang memberdayakan peserta didik dan mengembangkan potensi budaya lingkungan sekitar bagi penduduk usia 15 tahun ke atas berkeaksaraan rendah. 2. Meningkatnya kompetensi keberaksaraan penduduk usia 15 tahun ke atas berkeaksaraan rendah atau beraksara parsial sehingga tidak menjadi buta aksara kembali yang ditunjukkan. 3. Terdokumentasikannya cerita rakyat lokal, proses dan hasil pembelajaran ke dalam bentuk media dan/atau bahan belajar keaksaraan. 4. Meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap cerita rakyat sebagai salah satu elemen budaya masyarakat lokal dan keberaksaraan Nusantara. E. Deskripsi Kegiatan Kegiatan aksara berbasis cerita rakyat dilakukan dalam bentuk pembelajaran dan atau pelatihan serta pendampingan. Kegiatan yang dibiayai melalui APBN tahun 2011 ini harus sudah selesai dilaksanakan dan dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2011. Agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik, lancar dan terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, lembaga penerima bantuan perlu menyusun Acuan Pelaksanaan sekurangkurangnya berisi: 1) nama kegiatan, 2) tujuan kegiatan, 3) jadwal pembelajaran yang menggambarkan waktu, tempat, materi, tutor/instruktur/fasilitator, bahan bacaan/buku rujukan, serta 4) rencana pendampingan Aksara Berbasis Cerita Rakyat. Tahapan kegiatan Aksara Berbasis Cerita Rakyat sekurang-kurangnya, meliputi: 1. Persiapan Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan persiapan antara lain, adalah:

a. Penyiapan rencana dan jadwal kegiatan yang dituangkan dalam Acuan Pelaksanaan b. Sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan kegiatan. 2. Pelaksanaan a. Aksara Berbasis Cerita Rakyat dilaksanakan dalam bentuk pembelajaran dan atau pelatihan serta pendampingan untuk meningkatkan keberaksaraan dan keberdayaan peserta didik. b. Kegiatan pembelajaran Aksara Berbasis Cerita Rakyat adalah untuk penduduk berkeaksaraan rendah selama 66 jam pembelajaran dan pendampingan dilaksanakan setelah pembelajaran sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan. c. Materi pembelajaran aksara berbasis cerita rakyat berkaitan dengan pendidikan karakter, cerita rakyat yang hidup di lokasi setempat atau dalam lingkup yang lebih luas yang bersumber pada pengalaman nyata (nonfiksi), seperti sejarah kampung/desa/sungai/gunung/danau/pantai dan tempat-tempat penting lainnya; biografi tokoh atau warga masyarakat; peristiwa atau kejadian tertentu yang dipandang penting atau bernilai di masyarakat; dan cerita-cerita lain yang mengandung unsur edukasi dan rekreasi yang sudah atau hampir punah, maupun yang masih popular, yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Kegiatan pembelajaran sekurang-kurangnya meliputi pokok-pokok sebagai berikut: 1) Memahami pesan, perintah, atau petunjuk yang terkandung dalam cerita rakyat, seperti: kejujuran, pengorbanan, rasa sayang, dan lain sebagainya. 2) Berwacana secara lisan dengan mengemukakan pesan, perintah, atau petunjuk yang berkaitan dengan cerita rakyat. 3) Membaca untuk memahami wacana berupa teks, pesan, petunjuk, lambang, dan nama bilangan yang fungsional yang berkaitan dengan cerita rakyat. 4) Menuliskan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan yang berkaitan dengan cerita rakyat. 5) Melakukan penghitungan matematis secara lisan dan tulis yang fungsional yang berkaitan dengan cerita rakyat.

d. Bahan ajar yang digunakan dapat disusun dari hasil kesepakatan bersama antara tutor dan peserta didik, dengan memanfaatkan buku-buku serta bahan dan sumber daya setempat. e. Pendekatan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang lebih partisipatif, dengan banyak menggali, mendengar, mendiskusikan, mempraktekkan, mengartikulasikan dan membangun pemahaman, sikap, keterampilan dan perilaku, serta menghargai pengalaman peserta didik. Dengan prinsip kemitraan dan partisipasi diharapkan dapat menghasilkan sikap positif, keterbukaan satu sama lain, pertukaran pengalaman dan pengetahuan; serta negosiasi untuk menemukan solusi bersama dalam menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan lingkungannya. Beberapa metode yang dapat dipergunakan adalah: presentasi, demonstrasi, bermain peran, mendongeng, tanya jawab, diskusi, curah pendapat. f. Pasca pembelajaran, dilakukan pendampingan oleh tutor/ nara sumber/pengelola. Pendampingan ini dilakukan untuk memberikan bimbingan peserta didik agar dapat menerapkan hasil belajar yang diperoleh dari pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun kelompok. Pendampingan bisa dilakukan dengan cara: 1) Memelihara keberlangsungan cerita rakyat yang telah teridentifikasi dan dipakai dalam pembelajaran. 2) Mengembangkan cerita rakyat dalam skala yang lebih luas, misalnya festival kebudayaan lokal, membuat cerita rakyat dalam bentuk buku dan diterbitkan, pembuatan cindera mata (hasil karya) yang sesuai dengan karakteristik cerita rakyat yang dipilih, memberikan fasilitasi untuk memasarkan hasil-hasil karya peserta didik, baik untuk kepentingan ekonomi maupun aktualisasi. 3) Mengembangkan kewirausahaan mandiri kelompok belajar peserta didik keaksaraan berbasis cerita rakyat

3. Penilaian Penilaian dilakukan baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran dan pendampingan. Penilaian terhadap proses dilakukan untuk melakukan perbaikanperbaikan selama proses berlangsung serta untuk menyusun rekomendasi dan saran perbaikan bagi proses-proses yang akan berjalan ke depan. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran yang telah dilakukan meliputi peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan/kecakapan hidup peserta didik. Materi penilaian disesuaikan dengan materi pembelajaran/pelatihan yang dilaksanakan. Penilaian hasil pendampingan dilakukan untuk memotret kemajuankemajuan yang dicapai selama pendampingan, baik kemajuan individu peserta didik maupun kemajuan kegiatan kelompok/kelembagaan. Semua kegiatan penilaian dilakukan oleh tutor/fasilitator/pendamping dan dilaporkan oleh penyelenggara. Alat/instrumen penilaian dapat berupa lembar observasi/pengamatan kinerja, hasil karya (cerita), pameran, lomba-lomba, dan alat evaluasi lain yang relevan. Peserta didik yang dinyatakan memenuhi syarat setelah mengikuti pendidikan diberikan STSB (Surat Tanda Selesai Belajar) atau SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara) bagi peserta didik yang baru melek aksara.

Data Penyunting Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Bantuan Penyelenggaraan Aksara Berbasis Cerita Rakyat Tahun 2011 Nama : Teguh Akbar Tempat, Tanggal lahir : Batusangkar, 1 Agustus 1992 Nomer HP : 085794106991 / 085274421108 Email : teguh@imadiklus.com Facebook : https://www.facebook.com/teguh.akbar.94 Line : @teguhdiklus