BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN


BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Auditorium dan Pusat Pengembangan Musik Surabaya.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

BAB 5 KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

TUGAS AKHIR 131/ BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN REKREASI AIR DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

Transkripsi:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1. Konsep Makro Yogyakarta dikenal sebagai daerah budayanya yang kental akan budaya tradisionalnya, salah satu budayanya adalah sebuah permainan tradisional yang harus dilestarikan. Namun juga selain melestarikan budaya, kita dituntut untuk mengikuti arus perkembangan zaman yang semakin modern dan serba canggih dengan menciptakan suatu permainan modern yang berfungsi sebagai area komersil. Sedangkan untuk permainan tradisionalnya dapat dikembangkan sebagai fungsi pariwisata. Upaya tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu investasi sebuah tujuan wisata baru di kota Yogyakarta, sehingga permainan tradisional tersebut dapat diperkenalkan kepada para wisatawan. Selain kedua fungsi tersebut, diharapkan bangunan ini dapat menjadi suatu landmark baru dan dapat menjadi sebuah pusat komunitas para gamers. 73

5.2. Konsep Mikro 5.2.1. Konsep Arsitektur Regionalisme Konsep dari Arsitektur Regionalisme sendiri adalah perpaduan antara ciri kedaerahan atau lokalitas dengan teknologi modern masa kini, sehingga ciri bangunan juga harus kontekstual, namun dalam menunjukkan identitas suatu daerah tersebut tidak harus menonjolkan bentuk fisik dari bangunan tradisional dari suatu daerah tersebut, akan lebih baik jika arsitektur modern dan tradisional digabungkan dan menjadi sesuatu yang baru. Yang terpenting dari regionalisme adalah kebudayaan daerah tersebut dan juga bangunan yang tanggap terhadap iklim di daerah tersebut. Hal-hal tersebut dapat diciptakan melalui material, bentuk, suasana ruang, dan elemen fisik lainnya. Sedangkan untuk elemen non fisik dapat diciptakan melalui organisasi ruang dan pola sirkulasi. Bentuk arsitektur regionalisme tidak langsung secara mentah memasukkan bentuk arsitektur tradisional kedalam suatu bangunan baru walaupun arsitektur tradisional dan regionalisme sangat berkaitan untuk mencerminkan ciri khas dari suatu daerah. Beberapa elemen fisik yang dapat diadaptasi kedalam bangunan antara lain: Keterkaitan arsitektur tradisional dan arsitektur modern. Dengan mengadaptasi arsitektur tradisional ke dalam bangunan modern yang sudah dimodifikasi dan di variasikan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Sebuah konsep dalam mengkaitkan antara arsitektur masa lampau dengan arsitektur masa kini juga dapat dijadikan sebuah contoh dalam mengadaptasi arsitektur regionalisme, contoh: Gambar 5.1, Kyoto International Conference Hall (Sumber: http://abarchitects.blogspot.com/2013/11/regionalisme-dalam-arsitektur.html) diakses pada 10 Januari 2014 74

Gambar 5.2, Transformasi Desain Kyoto International Conference Hall (Sumber: Wondoamiseno, R.A.1991. Regionalisme dalam Arsitektur Indonesia : Sebuah Harapan, Yayasan Rupadatu, Yogyakarta) Bangunan tersebut terinspirasi dari bangunan tradisional jepang kuil ise. Mengambil dari bentuk kasau khas bangunan tersebut yang bernama "chigi". Sehingga dalam bangunan koferensi tersebut terdapat nilai-nilai kedaerahan. Penggunaan material lokal yang dapat melambangkan daerah tersebut. Gambar 5.3, Beberapa Contoh Material Lokal (Sumber: studiopie.blogspot.com) diakses pada 12 Januari 2014 Namun penggunaan material yang sederhana juga dapat melambangkan arsitektur regionalisme, karena material yang sederhana dan efektifitas melambangkan konsep arsitektur modern. Seperti material baja, beton, dan kaca. Responsif atau tanggap terhadap Iklim sekitar Salah satu ciri khas bangunan regionalisme merupakan bangunan yang tanggap terhadap iklim setempat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa iklim di Indonesia termasuk iklim tropis basah. Aspek ini dirasa sangat penting karena bangunan yang tanggap akan iklim dapat menentukan suatu bangunan tersebut dapat bertahan dalam jangka yang berkepanjangan. Contoh yang perlu diperhatikan dalam pendekatan fisik salah satu bangunan yang tanggap lingkungan adalah Penggunaan ventilasi silang, atap miring, shading, teritisan, dan lain sebagainya. 75

Kesatuan dari beberapa aspek-aspek tersebut dapat menimbulkan suatu ke harmonisan dalam estetika arsitektur regionalisme, dimana terdapat bangunan modern yang masih menggambarkan ciri khas daerahnya sehingga tidak kehilangan identitasnya dan tidak terlihat monoton. 5.3. Konsep Tata Ruang 5.3.1. Zonasi dan Organisasi Ruang Zonasi dan organisasi ruang mengadaptasi dari bangunan tradisional Jawa, yang membagi menjadi beberapa sifat zona yang semakin kedalam semakin bersifat privat. Zonasi tersebut kemudian diadaptasi kedalam fungsi utama bangunan. PERMAINAN TRADISIONAL HALL, GALERI AREA GATHERING Gambar 5.4, Pembagian Zonasi PERMAINAN MODERN Permainan modern diletakkan pada bagian privat karena membutuhkan privasi dan terkadang membutuhkan konsentrasi pada saat sedang bermain, selain itu juga merupakan strategi dagang, agar permainan tradisional tidak tenggelam oleh permainan modern. 76

5.3.2. Konsep Tata Ruang Dalam Tabel 5.1 Perkiraan Kebutuhan Ruang No. Nama Ruang Luasan tiap ruang Jumlah Total luas (m 2 ) (m 2 ) 1. Game Center R. Komputer 1,2 m 2 / Orang 5x10 unit 60 m 2 R. Game Console Kinect 3x4m= 12 m 2 10 unit 120 m 2 R. Game Console 3x3m= 9 m 2 10 unit 90 m 2 Kasir + Server 14 m 2 1 14 m 2 Gudang 9 m 2 1 9 m 2 Toilet Pengunjung 2,6 m 2 /orang 10 orang 26 m 2 Toilet Karyawan 2,6 m 2 /orang 5 orang 13 m 2 Janitor 1,5 m 2 1 1,5 m 2 R.Tunggu + Istirahat 14 m 2 1 14 m 2 2. Gathering Area 100 m 2 / Unit 4 400 m 2 Cafe 35 m 2 /Unit 1 35 m 2 Pantry 9 m 2 1 9 m 2 Gudang 9 m 2 1 9 m 2 3. Permainan Tradisional Gallery 400 m 2 400 m 2 Pelataran permainan Plaza 30 m 2 30 m 2 R. Istirahat Karyawan 28 m 2 28 m 2 R. Penyimpanan Alat 3x5 m= 15 m 2 15 m 2 (Gudang) R. Istirahat pengunjung+ 21x10 m= 210 m 2 210 m 2 Warung makan 4. Servis R. Mechhanical Electrical 40 m 2 40 m 2 R. AHU 30 m 2 30 m 2 R. PABX 15 m 2 15 m 2 Water Treatment 50 m 2 50 m 2 Musholla 0,9 m 2 / Orang 30 orang 27 m 2 Parkir Mobil 13 m 2 / Mobil 50 mobil 650 m 2 77

Parkir Motor 1,5 m 2 / Motor 100 motor 150 m 2 5. Lain-lain Galleri/ Hall (Event, 700 m 2 1 700 m 2 Pameran, Turnamen) ATM 4 m 2 / Unit 5 20 m 2 Games Shop 12 m 2 /Unit 20 Unit 240 m 2 Total 3505,5 m 2 5.3.2.1 Sirkulasi Ruang Dalam Sirkulasi dalam bangunan yang ingin diciptakan adalah dari permainan tradisional menuju tempat yang paling menarik atau menjual yakni permainan modern, dengan tujuan agar tradisional tidak tenggelam oleh modern, oleh karena itu dapat menggunakan pola sirkulasi linear ataupun radial. GATHERING MODERN TRADISIONAL GATHERING Gambar 5.5, Pola Linear, Spiral dan Radial 5.3.3. Konsep Tata Ruang Luar Site terpilih terletak di Jalan Kusumanegara yang menurut data merupakan Kawasan Peyangga Alam dan Budaya, Perdagangan dan Jasa, Intensitas Pemanfaatan Ruang Tinggi. 78

Gambar 5.6, Jalur Masuk Kendaraan Sirkulasi pada site menggunakan sirkulasi kendaraan dan sirkulasi untuk pejalan kaki. Sirkulasi untuk kendaraan menyesuaikan dengan kebutuhan. Lebih baik jika alur kendaraan mengikuti alur dari jalan Kusumanegara. Jalur dapat dibuat dua arah agar tidak menimbulkan kemacetan pada jalan utama. Sedangkan pedestrian dapat dibuat dan dikombinasikan dengan Ruang Terbuka Hijau dan Outdoor Gaming. Untuk ruang parkir kendaraan pribadi disediakan parkir kendaraan diluar bangunan atau di basement khususnya untuk parkir kendaraan karyawan. Gambar 5.7, Keadaan Eksisting Pedestrian dan Halte Transjogja (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Untuk sirkulasi pejalan kaki, pada eksisting disekitar site didekatnya terdapat halte trans jogja, selain itu juga sudah terdapat pedestrian menuju pemukiman warga namun masih terpisah atau belum terhubung dengan site. Oleh karena itu 79

untuk menghubungkan antara pedestrian dengan site dapat dihubungkan dengan menggunakan jembatan penghubung, agar pejalan kaki dari arah pemukiman warga dapat mengakses dengan mudah menuju ke dalam site. Selain itu sungai dapat dimanfaatkan sebagai point of view juga. 5.3.4. Orientasi dan Tata Masa Bangunan Gambar 5.8, Jembatan Penghubung Menuju Site Gambar 5.9, Rumah Joglo (Sumber: djawaku.com) diakses pada: 17 Februari 2014 Gambar 5.10, Transformasi Bentuk Masa Bentuk dari bangunan tradisional jawa dengan atap joglonya yang mendominasi sudah sangat kental dapat dijadikan sebuah massing dari salah satu bentuk bangunan lebih terlihat menonjol dibandingkan bentuk bangunan yang lainnya, yang berfungsi sebagai point of interest sehingga dapat menarik pengunjung untuk datang. Gambar 5.11, Point of Interest 80

Gambar 5.12, Konsep Bangunan Modern Minimalis (Sumber: modelrumahterbaru.com) diakses pada: 17 Februari 2014 Selain mengambil dari bentuk tradisional, konsep dari arsitektur regionalisme sendiri adalah mengkombinasikan dengan bentuk modern yang cenderung minimalis dan fungsional. Berikut ini adalah beberapa alternatif masa bangunan, dengan pola radial, linear, dan spiral: Gambar 5.13, Alternatif Pola Massa Bangunan Dari beberapa kemungkinan-kemungkinan diatas dapat diperkirakan menjadi satu kesatuan bentuk yang telah disatukan dan disimpulkan, yakni sebagai berikut: 81

5.4. Konsep Sistem Bangunan 5.4.1. Pencahayaan Berdasarkan dengan arsitektur Regionalisme suasana ruang sangat penting untuk mengajak pengunjung merasakan suasana khas Yogyakarta. Suasana ruang interior yang ingin diciptakan adalah suasana Yogyakarta, dengan konsep pencahayaan (modern) yang dikombinasikan dengan tekstur tradisional ataupun modern. Gambar 5.15, Pencahayaan dengan suasana kota Yogyakarta (Sumber: worldlineindonesian.blogspot.com) diakses pada 13 Januari 2014 5.4.2. Penghawaan Penghawaan untuk ruangan tertentu menggunakan penghawaan alami dengan double roof, namun untuk ruangan yang tidak memungkinkan seperti ruangan modern games yang penuh dengan peralatan elektronik sehingga megeluarkan panas. Maka demi kenyamanan pengunjung digunakan Air Conditioner. 5.4.3. Sistem Struktur Sistem struktur yang digunakan dalam bangunan ini adalah dengan sistem modul dan kolom standard pada umumnya. Struktur dapat menggunakan sistem perkuatan shear wall atau bearing wall untuk mengantisipasi terjadinya keruntuhan pada bangunan pada saat terjadinya gempa bumi, karena letak lokasi bangunan di kota Yogyakarta yang rawan terjadinya gempa bumi. Bentukan modul disesuaikan dengan bentuk bangunan dengan bentuk denah yang efektif sesuai dengan konsep arsitektur modern. 82

5.4.4. Sistem Utilitas 5.4.4.1. Sanitasi PENYIMPANAN SUMBER AIR BERSIH jaringan transmisi jaringan distribusi PEMAKAIAN Sistem jaringan air bersih bersumber dari PDAM dan sumur air bersih lalu didistribusikan menggunakan downfeed sistem menuju ke seluruh bangunan baik pada bagian outdoor maupun indoor bangunan. Sedangkan pada sistem jaringan air kotor dibagi menjadi beberapa bagian, yakni terdiri dari air sabun, air lemak, air tinja dan air hujan. Masing-masing dari jenis pembuangan tersebut memiliki sistem pengolahan jaringan yang berbedabeda. Sisa-sisa pembuangan air kotor tersebut pembuangannya harus memiliki suatu treatment khusus sebelum dibuang ke riol kota, kecuali sistem air hujan yang memiliki perlakuan yang berbeda, dapat langsung dibuang ke riol kota atau dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan terlebih dahulu lalu dapat dimanfaatkan kembali contohnya untuk menyiram tanaman, oleh karena itu harus terdapat bak penampungan khusus sebelum digunakan kembali. Air tinja dapat dikontrol dengan menggunakan septictank, air lemak akan dibersihkan dengan bak penangkap lemak terlebih dahulu sebelum dibuang ke riol kota. Diagram 5.1, Sistem Jaringan Sanitasi pada Bangunan Air Tinja dan Sabun Septictank Bak Kontrol Sumur Resapan Air Lemak Bak Penangkap Lemak Sumber: Analisa 83

5.4.4.2. Sistem Jaringan Listrik Sumber utama sistem jaringan listrik dari Perusahaan Listrik Negara atau PLN, selain itu juga terdapat sumber cadangan yakni dengan menggunakan generator set atau genset. Sistem jaringan listrik dan komponen utamanya pada umumnya dapat dikontrol melalui MDP (Main Distribution Panel) yang diletakkan pada ruang Mechanical Electrical atau ruang M.E. Lalu MDP didistribusikan ke seluruh bagian per lantai dan beberapa bagian bangunan dengan Sub Distribution Panel atau SDP. Disambungkan dengan menggunakan kabel yang diletakkan diatas plafon agar tidak mengganggu estetika dan terlihat rapi. Lalu kabel-kabel tersebut terhubung ke sistem pencahayaan, stop kontak, dan lain sebagainya. Jumlah stop kontak dan saklar sesuai dengan kebutuhan. Diagram 5.2, Sistem Jaringan Listrik pada Bangunan Genset PLN Trafo MDP SDP SDP SDP PP PP PP Sumber: Analisa 5.4.4.3. Sistem Pencegahan Kebakaran Kebakaran pada bangunan ini sangat rawan terjadi terutama jika terjadi konslet pada listrik. Pencegahan kebakaran pada dalam bangunan menggunakan fire sprinkler dengan pendeteksi asap dan panas serta pemadam api ringan. Selain itu untuk pencegahan kebakaran diluar bangunan dapat menggunakan hidran. Untuk penanggulangan bahaya kebakaran secara pasif disediakan jalur evakuasi berupa pintu dan tangga darurat dengan sistem bahan yang tahan terhadap bahaya kebakaran. 84