BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asroni (2010), secara sederhana beton dibentuk oleh pengerasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

Jurnal Spektran Vol.4, No.2, Juli 2016

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

BAB I PENDAHULUAN. faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler)

BAB III LANDASAN TEORI

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB I BETON MUTU TINGGI (HIGH STRENGHT CONCRETE)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat. Beton disusun

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB III LANDASAN TEORI. beton dengan penggunaan kadar fly ash yang cukup tinggi yakni di atas 50%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,

Scanned by CamScanner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

PENGARUH SEMEN TERHADAP MUTU BETON

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu mengalami perkembangan yang lebih dinamis. Beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. kasar, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

Kinerja Kuat Tekan Beton dengan Accelerator Alami Larutan Tebu 0.3% Lampiran 1 Foto Selama Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

APLIKASI BETON RAMAH LINGKUNGAN

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Beton Beton merupakan campuran antara semen Portland atau semen hidrolik, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002). Menurut Asroni (2010), secara sederhana beton dibentuk oleh pengerasan campuran antara semen, air, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (batu pecah atau kerikil). Kadang-kadang ditambahkan pula campuran bahan lain (admixture) untuk memperbaiki kualitas beton. Berdasarkan berat isinya beton dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu beton ringan, berat, dan normal. Umumnya beton dibuat dengan menggunakan bahan agregat yang mempunyai kepadatan seperti yang diinginkan. Beton yang memakai agregat ringan akan membentuk berat isi menjadi ringan. Agregat ringan yang berasal dari alam yang disebut dengan agregat alami sedangkan agregat yang berasal dari proses pemanasan atau pembakaran material lain disebut agregat ringan buatan (Mulyono, 2003). 2.2 Agregat Ringan Agregat ringan merupakan agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi sebesar 1100 kg/m 3 (SNI 03-2847-2002). Secara struktural pertimbangan penggunaan agregat ringan didasarkan atas berat volume atau

kepadatan dari beton yang terbentuk dimana akan lebih ringan dibandingkan menggunakan agregat normal. Esensi agregat ringan adalah yang memiliki berat jenis yang ringan dan porositas yang tinggi, dihasilkan dari agregat alam atau hasil pabrikasi. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua metode untuk membuat beton ringan menggunakan agregat ringan. Pertama dengan membentuk agregat ringan yang porous dan berat jenis kecil yang dinamakan beton agregat ringan. Kedua adalah dengan membuat pori yang tinggi pada beton dengan membentuk massa mortar salah satunya dengan menambah kandungan udara pada beton (Mulyono, 2003). 2.2.1 Klasifikasi Agregat Ringan Menurut SNI 03-2461-2002 agregat ringan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Agregat ringan buatan yang merupakan hasil proses pengembangan, pemanasan atau sintering dari bahan terak tanur tinggi, lempung, diatome, abu terbang, batu sabak, batu obsidian. 2. Agregat ringan alami diperoleh secara alami, seperti batu apung, scoria, batu letusan gunung atau batu lahar. 2.3 Pengertian Beton Ringan Beton ringan adalah beton yang mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m 3 (SNI 03-2847-2002). Beton ringan dapat diperoleh dengan membuat beton dari agregat ringan, penambahan udara, atau penambahan material yang mempunyai berat satuan yang kecil.

Berdasarkan jenis agregat ringan yang digunakan, beton ringan dapat diklasifikasikan menjadi : (Dobrowolski, 1993) 1. Beton ringan dengan berat jenis rendah (low density concrete). Beton ini sangat ringan sekali dan biasanya digunakan untuk insulasi dan sebagai peredam suara. Berat isinya kurang dari 800 kg/m 3 dengan kekuatan berkisar antara 0,69-6,89 MPa dan daya hantar yang cukup rendah. Jenis agregat yang digunakan perlite dan vermikulit. 2. Beton ringan dengan kekuatan sedang (moderate strength light concrete). Beton ini biasanya digunakan sebagai bahan pengisi dan mempunyai kuat tekan antara 6,89-17,24 MPa dengan berat isi antara 800-1440 kg/m 3. Jenis agregat yang digunakan biasanya pumice dan skoria. 3. Beton ringan struktural (structural lightweight concrete). Beton ringan ini digunakan untuk bahan bangunan yang bersifat struktural dengan daya hantar panas yang rendah dari beton normal, walaupun lebih tinggi dari beton ringan dengan densitas rendah. Beton ini mempunyai kekuatan tekan lebih dari 17,24 MPa. Dengan berat isi maksimum 1840 kg/m 3. Untuk mencapai kekuatan tersebut di atas maka butiran halus ringan pada campuran beton diganti dengan pasir alam. Jenis agregat yang digunakan antara lain expanded shale, slates, dan slag.

2.4 Bahan Tambah Bahan tambah merupakan material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton, misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan serta penghematan energi. Menurut Mulyono (2003), secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bahan tambah yang bersifat mineral (additive) dan bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture). Bahan tambah admixture ditambahkan saat pengadukan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing) sedangkan bahan tambah additive yang bersifat mineral ditambahkan sebelum pengadukan dilaksanakan. 2.4.1 Bahan Tambah Kimia Menurut ASTM C.494 (1995:254), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah, yaitu : 1. Tipe A (Water Reducing Admixtures) atau plasticizer Adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Water Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen yang rendah dengan tidak mengurangi kadar semen dan nilai slump. 2. Tipe B (Retarding Admixtures) Adalah bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton (setting time)

misalnya karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan dan menghindari dampak penurunan saat beton segar pada saat pengecoran dilaksanakan. 3. Tipe C (Accelerating Admixtures) Bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton. 4. Tipe D (Water Reducing and Retarding Admixtures) Bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal. 5. Tipe E (Water Reducing and Accelerating Admixtures) Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal. Bahan tambah ini juga digunakan untuk menambah kekuatan beton. 6. Tipe F (Water Reducing High Range Admixtures) atau superplasticizer Bahan kimia yang berfungsi mengurangi air sampai 12% atau lebih. Dengan pemakaian bahan tambah ini diperoleh adukan dengan faktor air semen lebih rendah pada nilai kekentalan adukan yang sama atau diperoleh adukan dengan kekentalan lebih encer dengan faktor air semen yang sama, sehingga kuat tekan beton lebih tinggi

Superplasticizer adalah zat-zat polimer organik yang dapat larut dalam air yang telah disatukan dengan menggunakan proses polimerisasi yang komplek untuk menghasilkan molekul-molekul panjang dari masa molekular yang tinggi. Molekul-molekul panjang ini akan membungkus diri mengelilingi partikel semen dan memberikan pengaruh negatif yang tinggi sehingga antar partikel semen akan saling menjauh dan menolak. Hal ini akan menimbulkan pendispersian partikel semen sehingga mengakibatkan keenceran adukan dan meningkatkan workability. Perbaikan workability ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan beton dengan workability yang tinggi atau menghasilkan beton dengan kuat tekan yang tinggi. Suseno dkk. (2011) melakukan penelitian menggunakan silinder dengan 5 variasi prosentase superplasticizer, masing - masing prosentasenya adalah 0%, 0,4%, 0,8%, 1,2%, 1,6%. Faktor air semen yang digunakan untuk semua benda uji adalah sama yaitu 0,45. Hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan prosentase superplasticizer berpengaruh sangat nyata terhadap nilai slump. Semakin besar prosentase penambahan superplasticizer kemudahan pengerjaan (workability) pada campuran semakin baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai slump seiring dengan penambahan superplasticizer. Meningkatnya workability pada campuran beton dikarenakan oleh superplasticizer terserap dalam partikel semen dan merendahkan daya tarik partikel untuk menghasilkan dispersi butir semen yang lebih banyak. Kuat tekan yang diperoleh masing - masing sebesar 20,5699 MPa, 20,7114 MPa, 22,3666 MPa, 20,2728 MPa, 19,2118 MPa.

Keistimewaan penggunaan superplasticizer dalam campuran pasta semen maupun campuran beton antara lain: 1. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga didapatkan campuran dengan workability tinggi. 2. Mengurangi jumlah air dan menjaga kandungan semen dengan kemampuan kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor air semen yang lebih rendah dengan kekuatan yang lebih besar. 3. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air semen yang konstan tetapi meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga menghasilkan beton dengan kekuatan yang sama tetapi menggunakan semen lebih sedikit. 4. Tidak ada udara yang masuk. Penambahan 1% udara kedalam beton dapat menyebabkan pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk memperoleh kekuatan yang tinggi, diharapkan dapat menjaga air content didalam beton serendah mungkin. Penggunaan superplasticizer menyebabkan sedikit bahkan tidak ada udara masuk kedalam beton. 5. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan. Secara umum, partikel semen dalam air cenderung untuk berkohesi satu sama lainnya dan partikel semen akan menggumpal. Dengan menambahkan superplasticizer, partikel semen ini akan saling melepaskan diri dan terdispersi. Dengan kata lain superplasticizer mempunyai dua fungsi yaitu, mendispersikan partikel semen dari gumpalan partikel dan mencegah kohesi antar semen. Fenomena dispersi partikel semen dengan penambahan superplasticizer dapat menurunkan viskositas pasta semen, sehingga pasta semen lebih fluid/alir. Hal ini

menunjukkan bahwa penggunaan air dapat diturunkan dengan penambahan superplasticizer. 7. Tipe G (Water Reducing High Range Retarding Admixtures) Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton. 2.4.2 Bahan Tambah Mineral Bahan tambah mineral ini merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tekan beton. Beberapa keuntungan lain dari penggunaan bahan tambah mineral ini antara lain : meningkatkan workability, mengurangi panas hidrasi, mengurangi biaya pengerjaan beton, memiliki daya tahan terhadap serangan sulfat, memiliki daya tahan terhadap serangan reaksi alkali, menambah usia beton, menambah kuat tekan beton, menambah keawetan beton, mengurangi penyusutan, mengurangi porositas dan daya serap air dalam beton. Salah satu bahan tambah mineral yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu terbang. Abu terbang (fly ash) adalah material yang berasal dari sisa pembakaran batu bara yang tidak terpakai. Pembakaran batu bara kebanyakan digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Sekitar 75-90% abu terbang yang keluar dari cerobong asap dapat ditangkap oleh sistem elekrostatik precipitator. Sisa yang lain didapat di dasar tungku (bottom ash). Material ini mempunyai kadar bahan semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik. Kandungan abu terbang sebagian besar terdiri dari silikat dioksida (SiO 2 ), aluminium (Al 2 O 3 ), besi (Fe 2 O 3 ), dan kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, dan sulfur dalam

jumlah yang sedikit. Penggunaan abu terbang dalam campuran beton mempunyai beberapa keunggulan, yaitu : Untuk beton segar : - Kehalusan dan bentuk partikel abu terbang yang bulat dapat meningkatkan workability. - Mengurangi terjadinya bleeding dan segragasi. Untuk beton keras : - Kontribusi peningkatan kuat tekan beton pada umur 52 hari. - Meningkatkan durabilitas beton. - Meningkatkan kepadatan (density) beton Abu terbang (fly ash) dapat meningkatkan kuat tekan beton, karena abu terbang mengandung SiO 2 yang tinggi, kekuatan beton meningkat karena butiran mikrosilika yang sangat halus bereaksi dengan air dan Ca(OH) 2 (kapur) akan menghasilkan massa yang padat, sehingga menghasilkan kuat tekan yang tinggi (Hidayat, 2003). Pada saat hidrasi semen dan pozzolan terjadi dua tahap reaksi yaitu reaksi primer berupa pembentukan C-S-H oleh semen kemudian dilanjutkan dengan reaksi sekunder berupa pengikatan Ca(OH) 2 oleh silica aktif dari bahan pozzolan membentuk C-S-H. Umumnya reaksi sekunder terjadi setelah beton berumur di atas 28 hari (Salain, 2007). Hal ini disebabkan karena kehadiran pozzolan menghambat proses hidrasi pada umur awal (PEDC, 1987), sehingga proses pengerasan yang terjadi belum sempurna. Ilustrasi proses reaksi pozzolanik yang terjadi dapat ditampilkan secara skematis pada Gambar 2.1.

Semen Portland C 3 S C 2 S Air + H 2 O + Abu Terbang SiO 2 Al 2 O 3 Bereaksi C-S-H Ca(OH) 2 Bereaksi C-S-H C-A-H Gambar 2.1 Ilustrasi Reaksi Hidrasi Semen dan Reaksi Pozzolanik Dari Gambar 2.1, terlihat bahwa reaksi mineral utama semen Portland, yaitu trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C 2 S) yang jika bereaksi dengan air (H 2 O) akan menghasilkan C-S-H dan kapur bebas (Ca(OH) 2 ). Kapur bebas tersebut tidak banyak memberikan kontribusi terhadap kuat tekan beton dan cenderung merugikan dari sisi keawetan apabila dalam perjalanan waktu kapur bebas tersebut bereaksi dengan unsur yang bersifat agresif seperti sulfat (Lea, 1970; Mehta, 1986; Neville and Brooks, 1998; Salain, 2011). Pengujian yang dilakukan Maryoto (2008) dengan benda uji kubus 50 mm x 50 mm x 50 mm dengan kadar penambahan abu terbang sebesar 30%, 40%, 50%

menunjukkan bahwa beton dengan kadar abu terbang 30% mempunyai kuat tekan lebih tinggi dari beton tanpa abu terbang. Sedangkan beton dengan kadar abu terbang 40% dan 50% mempunyai kuat tekan lebih rendah dari beton tanpa abu terbang. Hal ini disebabkan oleh kapur bebas yang dihasilkan dari reaksi antara semen dan air lebih kecil dari jumlah abu terbang yang ada, sehingga sisa abu terbang yang tidak bereaksi dengan kapur bebas tidak bisa membentuk senyawa tubermorite. Sebayang (2010) melakukan penelitian mengenai abu terbang dengan 5 variasi yaitu, 0%, 3%, 6%, 9%, 12%, 15%. Dari hasil penelitian diperoleh semakin besar kadar abu terbang pada adukan beton maka kelecakan beton semakin bertambah. Penggunaan abu terbang ternyata dapat membuat adukan menjadi kohesif dan tidak segregasi pada adukan beton. Kuat tekan beton pada umur 7, 14, 28 hari masih lebih rendah dibandingkan dengan kuat tekan beton tanpa abu terbang dengan umur yang sama. Kuat tekan optimum sebesar 48,607 MPa pada umur 56 hari, diperoleh pada kadar abu terbang 9% sebagai pengganti sejumlah semen. Sebagian besar komposisi kimia dari abu terbang tergantung tipe batu bara. Jenis abu terbang dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : Kelas C, yang merupakan abu terbang yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara (batu bara muda).

Kadar yang terdapat sebagai berikut : - Kadar (SiO 2 + Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 ) > 50% - Kadar CaO > 10% Kelas F, yang merupakan abu terbang yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batu bara. Kadar yang terdapat sebagai berikut : - Kadar (SiO 2 + Al 2 O 3 + Fe 2 O 3 ) > 70% - Kadar CaO < 10% Kelas N, yang merupakan pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain : tanah diatomic, opaline chertz, dan shales, tuff dan abu vulkanik yang biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik. 2.5 Persyaratan Bahan Susun Beton Ringan Persyaratan bahan-bahan untuk menyusun beton ringan dalam penelitian ini sama dengan bahan yang digunakan untuk menyusun beton normal. Adapun persyaratannya sebagai berikut : 2.5.1. Persyaratan Air Dalam campuran beton air mempunyai 2 fungsi, yang pertama untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan pada saat berlangsungnya pengerasan, dan yang kedua sebagai pelicin campuran pasir, kerikil, dan semen agar terjadi reaksi kimiawi dengan semen untuk membasahi agregat dan untuk melumasi campuran agar mudah pengerjaannya (Nawy, 1998).

Air untuk pembuatan beton sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum. Air yang berasal dari Perusahaan Air Minum, pada umumya cukup baik bila dipakai dalam pembuatan beton. Air yang digunakan untuk pembuatan dan perawatan beton tersebut, tidak boleh menggunakan minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan bahan lain yang merusak beton (SNI 03-2847- 2002). 2.5.2. Persyaratan Semen Semen Portland (Portland Cement) adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen Portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Tabel 2.1 Komposisi kimia semen Portland jenis I Komposisi kimia Rumus Kimia Kadar rata-rata (%) Kalsium Oksida CaO 65,21 Trikalsium Silikat C 3 S 57,82 Silikon Dioksida SiO 2 20,92 Dicalsium Silikat C 2 S 16,36 Tetrakalsium Aluminat Ferit C 4 AF 11,50 Sumber : (Portland Cement, 2003) Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini

menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Bahan baku pembentuk semen adalah : a) Kapur (CaO) dari batu kapur b) Silikat (SiO 2 ) dari lempung c) Aluminat (Al 2 O 2 ) dari lempung Proses hidrasi pada semen Portland sangat kompleks, tidak semua reaksi dapat diketahui secara rinci. Rumusan (perkiraan ) untuk reaksi hidrasi dari unsure C 2 S dan C 3 S dapat ditulis sebagai berikut 2 C 3 S + 6 H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + 3 Ca(OH) 2 2 C 3 S + 4 H 2 O (C 3 S 2 H 3 ) + Ca(OH) 2 Hasil utama dari proses tersebut di atas yaitu C 3 S 2 H 3 (tubermorite) yang berbentuk gel bersifat seperti bahan perekat. Rumusan perkiraan tersebut bila dijabarkan dalam bentuk persamaan reaksi kimianya berdasarkan Tabel 2.1 adalah sebagai berikut : 2(CaO) 3. SiO 2 + 6H 2 O (CaO) 3.(SiO 2 ) 2. (H 2 O) 3 + 3Ca(OH) 2 2(CaO) 2. SiO 2 + 4H 2 O (CaO) 3.(SiO 2 ) 2. (H 2 O) 3 + Ca(OH) 2 Menurut (SNI T-15-1990), semen (sering disebut dengan semen Portland) yang dipakai di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : 1) Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum, tidak memerlukan persyaratan khusus. 2) Jenis II : Semen Portland untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.

3) Jenis III : Semen Portland untuk beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras). 4) Jenis IV : Portland untuk beton yang memerlukan panas hidrasi rendah. 5) Jenis V : Semen Portland untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat. Semen Portland yang digunakan untuk pembuatan beton, yaitu semen yang berbutir halus. Kehalusan butir semen ini, dapat diraba atau dirasakan dengan tangan. Semen yang tercampur atau mengandung gumpalan (meskipun kecil), tidak baik untuk pembuatan beton. 2.5.3. Persyaratan Pasir Pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasir meliputi berat satuan, kadar air, berat jenis SSD, penyerapan air, kadar lumpur, dan modulus kehalusan pasir (FM), umumnya modulus kehalusan pasir untuk beton berkisar antara 1,5-3,8 (Mulyono, 2003). Pasir merupakan agregat halus yang mempunyai ukuran diameter 1-5 mm. Pasir yang digunakan sebagai bahan beton, harus memenuhi syarat berikut : 1. Berbutir tajam dan keras. 2. Bersifat kekal, yaitu tidak mudah lapuk/hancur oleh perubahan cuaca, seperti terik matahari dan hujan. 3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat keringnya.

4. Tidak boleh digunakan pasir laut (kecuali dengan petunjuk staf ahli) karena pasir laut ini banyak mengandung garam yang dapat merusak beton. 5. Syarat gradasi pasir untuk beton ringan mengacu pada SNI 03-2834- 2000 dengan menggunakan zone I. Adapun gradasi agregat halus ditunjukkan pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Syarat gradasi agregat halus/pasir Persen berat tembus kumulatif (%) Ukuran lubang ayakan (mm) Zone I Zone II Zone III Zone IV 10 100 100 100 100 4,8 90-100 90-100 90-100 95-100 2,4 60-95 75-100 85-100 95-100 1,2 30-70 55-100 75-100 90-100 0,6 15-34 35-59 60-79 80-100 2.5.4 Batu Apung Batu apung (pumice) adalah suatu jenis batuan yang terbentuk dari magma gunung berapi yang keluar dan mengalami pendinginan di luar sehingga sering disebut batu leleran, leleran ini mengandung gas sehingga akibat pendinginan yang cepat menyebabkan batu apung tidak rata dan berongga-rongga (Saputra, 2010). Batu apung merupakan batuan yang sangat berpori, ini terjadi karena gas yang sangat tiba-tiba sewaktu terjadi reaksi dengan udara. Distribusi batu apung dirancang menurut SNI 03-2834-2000, yaitu gradasi diameter maksimum 12,5 mm. Adapun gradasinya ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Syarat gradasi agregat kasar/batu apung Lubang ayakan Persen berat tembus kumulatif (%) (mm) 40 mm 20 mm 12,5 mm 40 95-100 100 100 20 30-70 95-100 100 12,5 - - 90-100 10 10-35 25-55 40-85 4,8 0-5 0-10 0-10 2.6 Kuat Tekan Beton Beton ringan dikeringkan secara alami dengan waktu pengeringan selama 28 hari dan 56 hari. Kuat tekan ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat, dan berbagai jenis campuran. Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor utama dalam menentukan kekuatan beton. Kuat tekan dinotasikan dengan f C, yaitu tegangan tekan maksimum yang didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu pada benda uji silinder sampai hancur. Perhitungan kuat tekan mengacu pada (SNI 03-6429-2000) yaitu : f C = P A (2.1) dengan : f C = Kuat tekan (MPa) P = Beban maksimum (N) A = Luas bidang maksimum (mm 2 )

2.7 Modulus Elastisitas Beton Pada umumnya bahan, termasuk beton memiliki daerah awal pada diagram tegangan regangannya dimana bahan berkelakuan secara elastis dan linier. Kemiringan diagram tegangan regangan dalam daerah elastis linier itulah yang dinamakan modulus elastisitas (Wibawa, 2011). Perhitungan modulus elastisitas secara eksperimental menggunakan metode Chord Modulus mengacu pada (ASTM C-469). Chord Modulus adalah sudut tangent dari garis yang ditarik diantara dua titik tertentu pada kurva tegangan regangan, yakni titik dimana regangan bernilai 0,00005. Adapun rumusnya sebagai berikut : E C = S 2 S 1 ε 2 0,00005 (2.2) dengan : Gambar 2.2 Modulus elastisitas E C = modulus elastisitas beton (MPa) S 2 = tegangan sebesar 40% tegangan maksimum (MPa) S 1 = tegangan beton pada saat regangan mencapai 0,00005 (MPa) ε 2 = regangan yang terjadi pada saat tegangan mencapai S 2