BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421

jttá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA ( POKJA ) PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNURJAWATENGAH PERATURAN GVBERNUR JAWA TENGAH TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANANTINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus T\rgas Pencegahan dan Penanganan

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : / 161 / /2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOORDINATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT. Pencegahan dan Penanganan Pornografi. Sub Gugus Tugas.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI PENGENDALIAN ZOONOSIS KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 92 TAHUN 2009 TENTANG DATABASE PENCATATAN DAN PELAPORAN PENANGGANAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2012

: Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada diktum kedua, Pusat Pelayanan Terpadu tersebut dibantu oleh Sekretariat Tetap dan 3 (tiga) Divisi

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ZONA BEBAS PEKERJA ANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2014

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

peraturan perundang-undangan dan tugas pemerintahan umum lainnya yang merupakan bagian dari perangkat daerah. Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas

Institute for Criminal Justice Reform

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/110/KEP/ /2014 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN KABUPATEN LAYAK ANAK

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Transkripsi:

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 58 ayat (7) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, dan pasal 13 Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang, perlu membentuk Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang di Kabupaten Badung; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang di Kabupaten Badung; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3143); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimation Agains Women) (Lembaran Negara Republik

- 2 - Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668); 6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan ILO Covention Nomor 105 Concerning The Abolition of Forced Labour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan Tenaga Paksa) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3824); 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000, tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 182 Concerning the Probihition of the Worst Forms of Child Labour (konvensi ILO 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan terburuk untuk Anak) (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941) dan U.N Convention Against Transnation Organized Crime, 2000; 9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 10. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635); 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4674); 14. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);

- 3-15. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 16. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4736); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu Bagi Saksi dan/atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang; 20. Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2008 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Perdagangan Orang; 21. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Korban Perdagangan Orang; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN BADUNG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Kabupaten adalah Kabupaten Badung. 2. Pemerintah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten Badung adalah Bupati dan Perangkat Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Badung.

- 4-3. Bupati adalah Kepala Pemerintah Kabupaten Badung. 4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kabupaten Badung. 5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Badung. 6. Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Perdagangan orang Kabupaten, yang selanjutnya disebut Gugus Tugas adalah lembaga koordinatif yang bertugas mengkoordinasikan upaya Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang ditingkat Kabupaten. Sub Gugus Tugas mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Gugus Tugas. 7. Pencegahan adalah Segala upaya yang ditujukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. 8. Perdagangan Orang adalah Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 9. Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah Setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan. 10. Penanganan laporan/pengaduan adalah Serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau masyarakat. 11. Pelayanan kesehatan adalah Upaya yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 12. Rehabilitasi sosial adalah Pelayanan yang ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. 13. Pemulangan adalah Upaya mengembalikan perempuan dan anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik deberkasi (entry point) atau dari daerah penerima ke daerah asal. 14. Reintegrasi sosial adalah Upaya penyatuan kembali korban dengan pihak keluarga, keluarga pengganti, atau masyarakat yang dapat memberikan perlindungan dan pemulihan kebutuhan bagi korban.

- 5 - BAB II PEMBENTUKAN DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Dengan Peraturan Bupati ini dibentuk Gugus Tugas Kabupaten; (2) Tujuan dibentuk Gugus Tugas Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk : a. mencegah terjadinya perdagangan orang; b. menciptakan keterpaduan dalam pencegahan dan penanganan pidana perdagangan orang; dan c. mewujudkan Kabupaten Badung bebas dari perdagangan orang. BAB III KEDUDUKAN DAN TUGAS Pasal 3 Gugus Tugas merupakan lembaga koordinatif dalam pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang. Pasal 4 Gugus Tugas mempunyai tugas: a. mengkoordinasikan upaya pencegahan dan penanganan masalah tindak pidana perdagangan orang; b. merumuskan kebijakan, program dan kegiatan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang. c. melaksanakan advokasi, sosialisasi, pelatihan, dan kerjasama antar wilayah kabupaten; d. memantau pelaksanaan yang meliputi rehabilitasi, pemulangan, dan reintegrasi sosial dan penegakan hukum; dan e. melaksanakan pelaporan dan evaluasi. BAB IV SUSUNAN ORGANISASI Pasal 5 (1) Susunan organisasi Gugus Tugas, terdiri dari : a. Ketua; b. Ketua Pelaksana; c. Wakil Ketua Pelaksana; d. Sekretaris; dan e. Anggota. (2) Susunan keanggotaan Gugus Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam peraturan Bupati ini.

- 6 - Pasal 6 (1) Ketua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a, mempunyai tugas : a. memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan pencegahan dan penanganan tindak perdagangan orang; b. merumuskan kebijakan, program dan kegiatan Gugus Tugas, serta menyusun Rencana Aksi Daerah dengan melibatkan Sub Gugus Tugas; c. mengadakan kerjasama dalam pelaksanaan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; d. memberikan rekomendasi pelaksanaan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang kepada Bupati; dan e. mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Gugus Tugas kepada Bupati. (2) Ketua dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bertanggungjawab kepada Bupati. Pasal 7 (1) Ketua Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b, mempunyai tugas : a. mengkoordinasikan personil Gugus Tugas dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang ; b. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; c. memberikan rekomendasi penyelenggaraan pencegahan dan penanganan tindak perdagangan orang kepada Ketua; dan d. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan perdagangan orang kepada Ketua. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua Pelaksana bertanggungjawab kepada Ketua. Pasal 8 Wakil Ketua Pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c, terdiri dari : a. Wakil Ketua Pelaksana Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Bantuan Hukum; b. Wakil Ketua Pelaksana Bidang Pencegahan dan Eksploitasi Perempuan dan Anak; dan c. Wakil Ketua Pelaksana Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial.

- 7 - Pasal 9 (1) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, mempunyai tugas : a. mengkoordinasikan Anggota di Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Bantuan Hukum dalam merumuskan kebijakan, program, dan kegiatan dengan melibatkan Sub Gugus Tugas serta pelaksanaan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; b. melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah lain dan instansi vertikal dalam pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; c. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan bantuan hukum dan kerjasama dalam pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; dan d. mewakili Ketua Pelaksana dalam menghadiri rapat koordinasi dengan Pemerintah apabila berhalangan. (2) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Perencanaan, Kerja Sama, dan Bantuan Hukum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), bertanggungjawab kepada Ketua melalui Ketua Pelaksana. Pasal 10 (1) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Pencegahan dan Eksploitasi Perempuan dan Anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, mempunyai tugas : a. mengkoordinasikan Anggota Bidang Pencegahan dan Eksploitasi Perempuan dan Anak dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan dan tindak pidana perdagangan orang; b. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pencegahan dan Eksploitasi perempuan dan anak; c. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan pencegahan dan eksploitasi perempuan dan anak; dan d. mewakili Ketua Pelaksana dalam menghadiri rapat koordinasi dengan pemerintah apabila berhalangan. (2) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Pencegahan dan Eksploitasi Perempuan dan Anak dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggungjawab kepada Ketua melalui Ketua Pelaksana. Pasal 11 (1) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Rentegrasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, mempunyai tugas :

- 8 - a. mengoordinasikan Anggota Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial; b. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi sosial perdagangan orang; c. mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi sosial; dan d. mewakili Ketua Pelaksana dalam menghadiri rapat koordinasi dengan Pemerintah apabila berhalangan. (2) Wakil Ketua Pelaksana Bidang Rehabilitasi, Pemulangan, dan Reintegrasi Sosial dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada Ketua melalui Ketua Pelaksana. Pasal 12 (1) Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf d, terdiri atas : a. Sekretaris I ; dan b. Sekretaris II. (2) Sekretaris I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, mempunyai tugas : a. memfasilitasi Anggota dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; b. mencatat dan mendata jaringan kerja Gugus Tugas; c. mewakili Wakil Ketua Pelaksana yang berhalangan pada saat rapat-rapat Anggota; d. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pelaksana; dan e. menyusun data melaporkan pelaksanaan kegiatan Sekretariat kepada Ketua. (3) Sekretaris II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mempunyai tugas : a. menyusun jadwal dan menyiapkan bahan rapat koordinasi yang dilakukan oleh Gugus Tugas; b. menyiadakan tenaga ahli yang diperlukan Ketua dan/atau Wakil Ketua Pelaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; c. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pelaksana; dan d. menyusun dan melaporkan pelaksana kegiatan Sekretariat kepada Ketua. (4) Sekretaris I dan Sekretaris II dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada Ketua.

- 9 - (5) Dalam melaksanakan tugas Sekretariat sehari-hari, dapat dibentuk Sekretariat yang berkedudukan di Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Badung. Pasal 13 (1) Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf e, berasal dari unsur sebagai berikut : a. Pemerintah Kabupaten; b. Penegak Hukum; c. Organisasi Masyarakat; d. Lembaga Swadaya Masyarakat; e Organisasi Profesi; f. Peneliti/Akademisi; dan g. Unsur lain; (2) Penunjukan anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Ketua atas usul Ketua Pelaksana. (3) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari : a. Anggota Bidang Perencanaan, Kerjasama dan bantuan Hukum; b. Anggota Bidang Pencegahan dan Eksploitasi Perempuan dan Anak; dan c. Anggota Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial. Pasal 14 (1) Anggota Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Bantuan Hukum se bagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Huruf a, mempunyai tugas : a. merumuskan program dan kegiatan Gugus Tugas dalam melakukan kegiatan bantuan hukum dan kerjasama pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; b. merumuskan nota kesepakatan dengan Instansi Vertikal dan Pemerintah kabupaten Lain dalam pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; c. membentuk jaringan kerja dalam kemitraan dengan Instansi vertikal, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, swasta, antar Pemerintah Kabupaten, dalam pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang; d. memberikan kerja sama lembaga advokat dalam pemberian bantuan hukum kepada korban perdagangan orang; e. memfasilitasi penyelesaian kasus perdagangan orang; f. meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengawasan terhadap pekerja anak; g. meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengawasan terhadap peradilan anak;

- 10 - h. mensosialisasikan bentuk-bentuk pencegahan dan penanganan perdagangan orang; i. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan, program, dan kegiatan bantuan hukum dan kerja sama dalam pencegahan dan penanganan perdagangan orang; dan j. melaporkan pelaksanaan kegiatan bantuan hukum dan kerja sama kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Bantuan Hukum. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Bantuan Hukum bertanggung jawab kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Bantuan Hukum. Pasal 15 (1) Anggota Bidang Pencegahan dan Eksploitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf b, mempunyai tugas : a. merumuskan program dan kegiatan Gugus Tugas dalam melakukan kegiatan pencegahan dan eksploitasi perempuan dan anak; b. mensosialisasikan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tindakan pencegahan perdagangan orang dan eksploitasi perempuan dan anak ; c. mengembangkan sistem informasi dan publikasi dalam mendorong masyarakat untuk melakukan kampanye tindak kejahatan dalam eksploitasi perempuan dan anak melalui media cetak dan elektronik; d. melakukan pemetaan lingkup kabupaten dan tindak perdagangan orang ; e. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan,.program dan kegiatan pencegahan dan eksploitasi dalam perdagangan orang; dan f. melaporkan pelaksanaan kegiatan penegahan dan eksploitasi kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Pencegahan dan Eksploitasi. (2) Anggota Bidang Pencegahan dan Eksploitasi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertanggung jawab kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Pencegahan dan Eksploitasi. Pasal 16 (1) Anggota Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf c, mempunyai tugas : a. merumuskan program dan kegiatan Gugus Tugas dalam melakukan kegiatan rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi Sosial; b. melakukan pemantuan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit, RSUD, Puskesmas, atau tempat pelayanan kesehatan lain terhadap korban perdagangan orang;

- 11 - c. melakukan pemantauan pelaksanaan pelayanan rehabilitasi yang dilakukan SKPD, instansi terkait, atau lembaga rehabilitasi terhadap perdagangan orang; d. melakukan pemantuan pelaksanaan pendampingan yang diberikan oleh SKPD, instansi terkait dan lembaga pendampingan korban perdagangan orang; e. meningkatkan kapasitas pelayanan kesehatan dan rehabilitasi sosial terhadap korban perdagangan orang; f. melakukan pemulangan korban tindak perdagangan orang; dan g. melakukan evaluasi dan melaporkan kegiatan rehabilitasi, pemulangan dan reintegrasi Sosial kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi bertanggung jawab kepada Wakil Ketua Pelaksana Bidang Rehabilitasi, Pemulangan dan Reintegrasi Sosial. BAB V SUB GUGUS TUGAS Pasal 17 Dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan tugas Gugus Tugas Kabupaten, dapat dibentuk sub Tugas berdasarkan kataristik dan kebutuhan Pemerintah Kabupaten. Pasal 18 (1) Sub Gugus Tugas mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Gugus Tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 di wilayah Kabupaten. (2) Susunan Organisasi dan Susunan Keanggotaan Sub Gugus Tugas ditetapkan oleh Ketua Gugus Tugas berdasarkan kataristik dan kebutuhan tiap Kabupaten. (3) Pembentukan Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ditetapkan oleh ketua Gugus Tugas. BAB VI TATA KERJA Pasal 19 Dalam melaksanakan Koordinasi, Gugus Tugas menyelenggarakan Rapat Koordinasi yang meliputi : a. Rapat koordinasi pleno; b. Rapat koordinasi Sub Gugus Tugas; dan c. Rapat koordinasi khusus.

- 12 - Pasal 20 Rapat koordinasi pleno sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, diikuti seluruh Anggota Gugus Tugas dan dilaksanakan secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 4 (empat) bulan. Pasal 21 Rapat koordinasi Sub Gugus Tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf b, diikuti seluruh Personil Sub Gugus Tugas dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu ) kali dalam 2 (dua) bulan. Pasal 22 (1) Rapat koordinasi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c,dilakukan dalam penanganan khusus perdagangan orang. (2) Rapat koordinasi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti seluruh Personil Gugus Tugas. (3) Rapat koordinasi khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk menyikapi permasalahan khusus yang membutuhkan pemecahan secara cepat dan tepat. Pasal 23 Pelaksanaan rapat koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 berpedoman pada mekanisme koordinasi yang dilaksanakan Gugus Tugas Kabupaten. Pasal 24 Untuk menjamin efektivitas pencegahan dan penanggulangan perdagangan orang, Gugus Tugas melakukan koordinasi, pemantauan dan evaluasi, serta pelaporan secara periodik kepada Gugus Tugas Kabupaten. BAB VII EVALUASI Pasal 25 (1) Evaluasi pelaksanaan Pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang, dilaksanakan secara berkala setiap tahun atau sewaktu-waktu diperlukan oleh Bupati. (2) Evaluasi pelaksanaan pencegahan dan penanganan tindak pidana perdagangan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Badung dan dapat melibatkan SKPD/instansi terkait. BAB VIII

- 13 - ANGGARAN Pasal 26 Anggaran pelaksanaan Kegiatan Gugus Tugas dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD terkait serta sumber pembiayaan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Badung. Ditetapkan di Mangupura pada tanggal 14 Agustus 2012 BUPATI BADUNG, ttd. ANAK AGUNG GDE AGUNG Diundangkan di Mangupura pada tanggal 14 Agustus 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BADUNG ttd. KOMPYANG R. SWANDIKA BERITA DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2012 NOMOR 65

- 14 - LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR : 65 TAHUN 2012 TANGGAL : 14 AGUSTUS 2012 TENTANG : PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI KABUPATEN BADUNG SUSUNAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG A. Ketua : Wakil Bupati Badung. B. Ketua Pelaksana : Sekretaris Daerah Kabupaten Badung. C. Wakil Ketua Pelaksana : 1. Bidang perencanaan, : Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kerja Sama dan : Kabupaten Badung. Bantuan Hukum 2. Bidang Pencegahan : Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat dan Eksploitasi Daerah Kabupaten Badung. Perempuan dan Anak 3. Bidang Rehabilitasi, : Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat Pemulangan dan Sekretariat Daerah Kabupaten Badung. Reintegrasi Sosial D. Sekretaris : Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Badung. E. Anggota 1. Bidang Perencanaan, : a. Kapolres Badung. Kerja Sama dan b. Kejaksaan Negeri Denpasar. Bantuan Hukum c. Pengadilan Negeri Denpasar. d. Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Badung. e. Kepala Bagian Keuangan Setda. Kabupaten Badung. f. Kepala Kantor Statistik Kabupaten Badung. g. Kepala Bagian Hukum dan Ham Setda. Kabupaten Badung. h. Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana Setda. Kabupaten Badung. i. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kab. Badung. 2. Bidang Pencegahan : a. Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Eksploitasi Kabupaten Badung. Perempuan dan anak b. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung. c. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung. d. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Badung.

- 15 - e. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Badung. f. Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia Kabupaten Badung. g. Ketua Serikat Pekerja Daerah Kabupaten Badung. 3. Bidang Rehabilitasi, : a. Kepala Kantor Departemen Kementerian Pemulangan, dan Agama Kabupaten Badung. Reintegrasi Sosial b. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Badung. c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung. d. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Badung. e. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Badung. f. Kepala Dinas Perdagangan, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung. g. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Badung. h. Ketua Organisasi Profesi. i. Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan. BUPATI BADUNG, ttd. ANAK AGUNG GDE AGUNG