matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi.

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PRODUKSI PAKAN DAN

3.3. PENGEMBANGAN MODEL

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

8.2. PENDEKATAN MASALAH

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

Tabel 6.1 Neraca Daging Indonesia Tahun Berdasarkan pada Kondisi Eksisting...

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

KAJIAN KETERKAITAN PELAKU PERGULAAN NASIONAL: SUATU PENGHAMPIRAN MODEL DINAMIKA SISTEM

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-Langkah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perdagangan antar negara berlangsung tanpa batas. Sehingga

Analisis Kebijakan Persediaan Beras Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik

Adityas Ismawati NRP Dosen Pembimbing Erma Suryani, S.T., M.T., Ph.D.

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V MODEL DINAMIKA KOTA TANGERANG

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS PERILAKU MODEL

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK UNTUK ANALISIS KETERSEDIAAN BERAS (STUDI KASUS : DIVRE JAWA TIMUR)

Tahun Harga Kakao Harga Simulasi

Gambar 6.1: Diagram black box Sistem Pencapaian Swasembada Daging

4.3. PENGEMBANGAN MODEL

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi...

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER. Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

METODOLOGI PENELITIAN

8 ANALISIS KESEIMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI DAN PEMERATAAN DISTRIBUSI KEUNTUNGAN

Pembahasan Materi #7

Pengembangan Perkebunan Kakao Menggunakan Model Sistem Dinamik Produksi Kakao di Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Mochammad Eko S, S.T Pertemuan 2 (Proses Pengambilan Keputusan) - Mochammad Eko S, S.T 01/03/2013 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

BAB V ANALISA PERILAKU MODEL DASAR

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II RENCANA STRATEJIK

PENGEMBANGAN MODEL RANTAI PASOK PRODUKSI BERAS UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

PERANCANGAN SISTEM KOLABORASI SUPPLY CHAIN UNTUK MEMPERCEPAT PERTUMBUHAN UKM

Titik Poin Agribisnis Kedelai

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB 1 PENDAHULUAN. pesaing yang ada sekarang dan para pesaing potensial, yang setiap saat bisa menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

BAB 6 PERILAKU MODEL KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN TINGKAT PELAYANAN JALAN TOL

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan komoditas buah-buahan merupakan salah satu pilar perdagangan

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

Transkripsi:

matematis. Formulasi matematis ini menunjukkan keterkaitan antara setiap variabel yang saling berinteraksi. 8.4. HASIL ANALISIS 8.4. 1. Sub Model Produksi Jeruk Sub model produksi jeruk pada Gambar 8.4 menggambarkan pola produksi jeruk. Inflow produksi jeruk, yaitu penambahan lahan tanam jeruk produktif dan potensial lahan, yang merupakan salah satu titik ungkit dalam meningkatkan produksi jeruk. Sedangkan outflow produksi dipengaruhi oleh produktivitas jeruk dan serangan OPT Gambar 8.4: Sub Model Produksi 8.4. 2. Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Sub model distribusi dan aliran harga dapat dilihat pada Gambar 8.5. menggambarkan bagaimana pengaruh aktivitas distribusi buah terhadap ketersediaan buah jeruk, serta bagaimana aliran harga dari produsen jeruk di Kabupaten Karo hingga ke Konsumen di DKI Jakarta. Sub model in juga menunjukkan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan sehingga mempengaruhi terhadap harga di tingkat 174

konsumen. Panjangnya rantai pemasaran tidak berdampak positif bagi petani dalam memperoleh keuntungan. Hal ini disebabkan harga jual yang diterima petani sudah mencakup pembiayaan untuk operasional maupun pembiayaan lainnya termasuk pungli. Sehingga dalam hal ini petani merupakan pihak yang selalu dirugikan. Gambar 8.5: Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Jeruk 175

8.4.3. Sub Model Impor Sub model impor pada Gambar 8.6 mendeskripsikan pengaruh aktivitas impor buah jeruk terhadap ketersediaan buah jeruk, serta bagaimana aliran harga dari pintu masuk impor hingga ke Konsumen di DKI Jakarta. 8.4.4. Validasi Model Tahap validasi merupakan tahap untuk memastikan apakah model yang dibuat benar-benar merepresentasikan kondisi objek amatan sebenarnya. Proses validasi model dapat dilakukan dengan cara diskusi dengan pihak ahli untuk memastikan bahwa model yang telah dibuat benar dan sesuai dengan sistem riil. Model dianggap valid apabila perilaku historis variabel-variabel yang dipergunakan dalam model mirip atau memiliki trend yang sama. Model dianggap valid bila MSE < 5% (Suryani, 2006) Berdasarkan hasil uji MSE yang dilakukan, didapatkan MSE jeruk = 0,00402, maka kesimpulannya variable-variabel yang digunakan dalam model mirip dan memiliki trend yang sama, sehingga model dapat dinyatakan valid. 176

Gambar 8.6: Sub Model Distribusi dan Aliran Harga Jeruk 8.4.5. Skenario Dari model yang telah dibuat diatas diperoleh sembilan sekenario untuk meningkatkan produksi jeruk di Kabupaten Karo. Kesembilan skenario tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.7. 1. Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana 2. Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana 3. Penambahan lahan tanam sebesar 10% dan penambahan dana 4. Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana 5. Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana 177

6. Penambahan lahan tanam sebesar 20% dan penambahan dana 7. Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana 8. Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana 9. Penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana 400000000 350000000 300000000 250000000 200000000 150000000 100000000 50000000 0 1 2 3 4 5 skenario 1 skenario 2 skenario 3 skenario 4 skenario 5 skenario 6 skenario 7 skenario 8 skenario 9 Gambar 8.7: Skenario Penambahan Lahan dan Penambahan Dana untuk Penanggulangan OPT Skenario dijalankan sebanyak 10 kali sebelum dirata-ratakan, karena serangan OPT yang sifatnya tidak menentu dan bisa terjadi kapan saja. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa skenario yang paling optimal adalah skenario 8 yaitu penambahan lahan tanam sebesar 30% dan penambahan dana penanggulangan OPT sebesar 2 Miliar. Skenario 178