BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Teknik Industri Semester Ganjil 2006/2007

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PERBAIKAN SISTEM KERJA YANG ERGONOMIS PADA PABRIK KECAP MURNI, BANGKA

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA AKTIVITAS KERJA FISIK DENGAN METODE STRAIN INDEX (SI)

BAB 2 LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 11 LIBERTY MUTUAL TABLES LIFTING LOWER TASKS

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

BAB 13 LIBERTY MUTUAL TABLES CARRYING LOWER TASKS

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. PT. Sinar Sosro merupakan salah satu perusahaan industri yang

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE).

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Universitas Indonesia

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Gambar I.1 Workstation aktual pengoperasian mesin CNC Router

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 7. MANTRA TAMPILAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

BAB I PENDAHULUAN I-1

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL SISTEM MANUSIA MESIN

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

21/04/ Intensity of Exertion 2.Duration of Exertion 3.Efforts per Minute 4.Hand/Wrist Posture 5.Speed of Work 6.Duration of Task per Day

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB 8. AAMA METABOLIC

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ROSA (RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT)

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN I-1

LAMPIRAN Kajian risiko cummulative..., Dieta Febriyanti, FKM UI, 2008 Universitas Indonesia

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Transkripsi:

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Checklist Ergoweb Risk Factor Identification Surfey Berdasarkan wawancara dengan supervisor perusahaan, hanya didapatkan gambaran umum mengenai masalah yang dihadapi oleh perusahaan dan cakupannya masih terlalu luas. Oleh karena itu, digunakan metode yang dapat menyaring dan mempersempit pembahasan. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan checklist ergonomi yang terdapat pada software Ergoweb Job Evaluator Toolbox, yaitu Ergoweb Risk Factor Identification Survey. Cheklist ini berisi pertanyaanpertanyaan mengenai keadaaan tempat kerja yang sebenarnya sehingga dapat ditentukan adanya faktor resiko ergonomi ditempat kerja tersebut. Aspek-aspek yang diamati pada checklist ini adalah aspek pekerjaan pengangkatan atau penurunan, aspek penggunaan tangan yang insetif, aspek pekerjaan yang berulang-ulang, aspek metabolism kerja dan aspek performasi stasiun kerja komputer (VDT/ Visual Display Terminal). Namun pada penelitian kali ini, tidak menggunakan aspek performasi stasiun kerja komputer (VDT/ Visual Display Terminal) karena pada lini tersebut tidak terdapat stasiun kerja yang menggunkan system display komputer. Pengumpulan data untuk Ergoweb Risk Factor Identification Survey dilakukan dengan pengamatan lansung ke masing-masing stasiun kerja yang diamati.

70 Cheklist ini terdiri atas 28 pertanyaan yang terbagi atas sub-sub bagian yang dapt dilihat pada table dibawah ini : Tabel 4.1 Checlist awal Ergoweb (1-6) Pertanyaan 1 samai 6 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan penanganan material. Tabel 4.2 Checlist awal Ergoweb (7-12) Pertanyaan 7 sampai 12 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan cara kerja.

71 Tabel 4.3 Checlist awal Ergoweb (13-20) Pertanyaan 13 sampai 20 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan sikap atau postur kerja. Tabel 4.4 Checlist awal Ergoweb (21-28) Pertanyaan 20 sampai 28 yang terlihat diatas merupakan pertanyaan-pertanyaan untuk mengidentifikasi permasalahan yang berhubungan dengan VDT (Video Dis[play Terminal).

72 Hasil yang diperoleh dari checklist ini akan dibrikan nilai atau score sehinga akan iketahuinya stasiun kerja yang memiliki resiko ergonomi terbesar dan selanjutnya dapat menunjukkan metode lanjutan yang akan digunakan untuk pemecahan permasalahn yang berhubungan dengan apek-aspek tadi. Cara pemberian score tersebut adalah nilai 0 (nol) untuk jawaban Tidak Pernah, nilai 1 (satu) untuk jawaban kadang-kadang dan nilai 2 (dua) untuk jawaban Sering. Kemudian nilai untuk setiap pertanyaan dijumlahkan. Stasiun kerja yang memiliki score tertinggi merupakan stasiun kerja yang diidentifikasikan memiliki tingkatan resiko yang berhubungan dengan suatu pekerjaan terbesar.

73 Tabel 4.5 Score Ergoweb Risk Factor Identification Survey No. Lini Stasiun Kerja 1 Pemotongan 2 Pengeleman 3 Penghalusan 4 Penyelesaian Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil Tidak Pernah Kadangkadang Sering Total 13 7 8 23 14 10 4 18 18 8 2 12 19 7 2 11 19 7 2 11 17 6 5 16 21 4 3 10 Pengamplasan 20 5 3 11 Pemotongan sisi Pembersihan lem sisa 5 Pengepakan Pemasukan papan ke dalam box 18 5 5 15 17 8 3 14 Inspeksi akhir 18 8 2 12 15 7 6 19 Urutan Prioritas Prioritas 1 Prioritas 3 Prioritas 7 Prioritas 9 Prioritas 10 Prioritas 4 Prioritas 12 Prioritas 11 Prioritas 5 Prioritas 6 Prioritas 8 Prioritas 2 Urutan priorits pada tabel di atas hanya menunjukkan bahwa stasiun kerja tersebut paling banyak melakukan aktivitas, sehingga perlu dilakukan pengolahan lebih lanjut melalui tools yang terdapat di Ergoweb Job Evaluator Toolbox dan

74 bukan menunjukkan bahwa prioritas pertama merupakan stasiun kerja yang paling bermasalah, karena untuk mengetahui bermasalah tidaknya suatu stasiun kerja harus lebih lanjut dioalah menggunakan analysis tools yang bersagkutan. Dari hasil scoring di atas, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dengan menggunakan analysis tools yang bersangkutan, seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Analysis Tool yang harus diolah lebih lanjut berdasarkan hasil Checklist Ergoweb Risk Factor Identification Survey No. Lini Stasiun Kerja 1 Pemotongan 2 Pengeleman 3 Penghalusan 4 Penyelesaian 5 Pengepakan AAMA Metabolic Model Liberty Mutual Liftig Tabel Walkthrough Checklist for Upper Exremity RULA Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil Pengamplasan - Pemotongan sisi Pembersihan lem sisa Inspeksi akhir - Pemasukan papan ke dalam box

75 Hasil dari tabel di atas menunjukkan stasiun kerja yang harus diolah lebih lanjut dengan menggunakan analysis tools yang ada di dalam Ergoweb Job Evaluator Toolbox. Stasiun kerja dengan tanda check ( ) akan dilakukan pengumpulan data selanjutnya untuk diinput ke dalam masing-masing analysis tools yang bersangkutan. Sedangkan untuk stasiun kerja dengan tanda (-) tidak perlu dilakukan pengumpulan data untuk keperluan analysis tools yang bersangkutan karena tidak dianjurkan pada checklist Ergoweb Risk Factor Identification Survey. 4.1.2 AAMA Metabolic Model Analysis tool ini merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energy sebuah pekerjaan. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan tingkat metabolism maksimum dari seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kerja untuk menguji resiko akibat kerja fisik yang berlebihan. Dengan mengikuti pertimbangan analisa ini maka akan mengurangi kemungkinan kecelakaan kardiovaskuler dan penurunan produktivitas akibat tekanan fisik. Dari hasil interpretasi tabel 4.5 diperoleh bahwa semua stasiun kerja akan dianalisa menggunakan tool ini. Data yang diambil untuk pengolahan data menggunakan analysis tool AAMA Metabolic Model ini adalah : 1. Berat beban yang diangkat ( part atau tool ) 2. Frekuensi lifting (siklus kerja per menit) 3. Gaya rata-rata pada saatmelakukan pekerjaan pushing/pulling (kg)

76 4. Kecepatan rata-rata pada saat melakukan pushing/pulling (m/menit) 5. Kecepatan rata-rata pada saat berjalan/membawa (m/menit) 6. Penggunaan lengan ketika melakukan pekerjaan yang bersangkutan Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran langung di stasiun kerja yang diamati. Hasil pengolahan data dengan metode AAMA Metabolic Model menghasilkan suatu nilai Task Energy Requirement (actual) yang kemudian dibandingkan dengan nilai individual (Population Physical Work Capacity )untuk jenis pekerjaan yang bersangkutan. Hasil perbandingan kedua nilai ini akan menunjukkan perlu tidaknya kontrol lebih lanjut terhadap pekerjaan yang diamati. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut :

77 Tabel 4.7 Perbandingan Hasil Perhitungan Actual Job s Energy Requirement dengan Physical Work Capacity No. 1 2 3 4 Stasiun Kerja Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL Pembuatan profil Penyemprotan lem pada papan penyemprotan lem pada sisi papan Penempelan HPL pada papan Perekatan profil Pengamplasan Pemotongan sisi Pembersihan lem sisa Inspeksi akhir 5 Pemasukan papan ke dalam box Actual Job's Energy Requirement 2.79 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 1.95 Physical Work Capacity (kcal/min) 17.75 17.24 15.37 17.75 17.75 12.69 12.69 16.95 16.16 16.09 15.83 16.86 Conclusion may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need may not need Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Actual Job's Energy Requirement (JER) seluruh stasiun yang diamati lebih kecil dari nilai Physical Work Capacity. Hal ini menunjukkan bahwa tidak perlu dilakukan control pekerjaan lebih lanjut pada stasiun-stasiun kerja diatas. Input data dan result AAMA Metabolic Model untuk setiap stasiun kerja secara mendetail dapat dilihat pada Lampiran 2

78 4.1.3 Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool Model Analysis tool ini mengidentifikasikan batasan psikofisikal pada pekerjaan manual material handling dan didasarkan pada penerimaan manusia terhadap penyakit atau ketidaknyamanan selama bekerja pada kondisi normal. Model ini dirancang untuk menghitung toleransi subyektif seseorang terhadap ketegangan pada pekerjaan manual material handling. Berat beban maksimal yang dapat diterima untuk pekerjaan manual material handling dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan ini. Data yang diambil untuk pengolahan data ini adalah : Tipe Pekerjaan (lifting atau lowering) Lift / Lower range Frekuensi Lift / Lower (sekali per menit atau sekali per detik) Lebar Objek yang diangkat Jarak Vertikal dari Lift / Lower Persen Populasi Industri yang akan melakukan pekerjaan ini (perhitungan pada pengamatan ini akan dilakukan untuk semua persentase populasi) Jenis kelamin (pria atau wanita) Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengukuran langsung distasiun kerja yang diamati. (Lembar Pengumpulan data pada Lampiran 3).

79 Dari pengolahan data akan didapatkan berat beban maksimal untuk masingmasing persen populasi yang diijinkan untuk setiap pekerjaan pada stasiun kerja yang bersangkutan. Berat beban maksimal ini kemudian akan dibandingkan dengan berat beban aktual yang digunakan pada pekerjaan. Hasil ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool No. Stasiun Kerja Maximum Weight of Loads for Various Lifting Tasks Actual Weight Safe / Not 90% 75% 50% 25% 10% 1 Pengambilan papan dan HPL 18 kg 26 kg 35 kg 44 kg 52 kg ± 10kg Safe 2 Pemotongan papan dan HPL 15 kg 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg ± 10 kg Safe 3 Pembuatan profil 15 kg 20 kg 25 kg 30 kg 35 kg ± 5 kg Safe 4 Penyemprotan lem pada papan 13 kg 17 kg 22 kg 26 kg 30 kg ± 3 kg Safe 5 penyemprotan lem pada sisi papan 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 3 kg Safe 6 Penempelan HPL pada papan 20 kg 26 kg 33 kg 40 kg 47 kg ± 5 kg Safe 7 Perekatan profil 17 kg 23 kg 29 kg 34 kg 39 kg ± 3 kg Safe 8 Pengamplasan 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 4 kg Safe 9 Pemotongan sisi 13 kg 17 kg 22 kg 26 kg 30 kg ± 4 kg Safe 10 Pembersihan lem sisa 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 3 kg Safe 11 Inspeksi akhir 10 kg 13 kg 16 kg 20 kg 23 kg ± 0.8 kg Safe 12 Pemasukan papan ke dalam box 19 kg 25 kg 32 kg 37 kg 43 kg ± 5 kg Safe Dari Tabel 4. 8 diatas diketahui bahwa seluruh beban yang ditangani diseluruh stasiun kerja memiliki berat beban yang lebih kecil dari yang di Estimasi oleh Liberty Mutual Maximum Acceptable Lifting / Lowering Weight Tool, sehingga penanganan beban pada pekerjaan di stasiun-stasiun kerja diatas sudah aman.

80 4.1.4 RULA Survey RULA Survey merupakan suatu analysis tool yang digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan resiko/cedera yang kumulatif (cumulative trauma disorders) melalui analisa postur, gaya, dan penggunaan otot. Berdasarkan pengolahan data dari Ergoweb Risk Factor Identification Survey dan Walkthrough Checklist for Upper Extremity Cumulative Trauma Disorders, maka semua stasiun kerja harus dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan RULA Survey. Pengumpulan data untuk RULA Survey dilakukan dengan cara pengamatan dan pengukuran langsung di tempat kerja untuk menganalisa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Dari seluruh analysis tool, RULA Survey merupakan tool yang paling banyak menginput data. Selain itu, kita dapat melihat reference diagram yang menunjukkan posisis dari masing-masing gerakan untuk membantu memilih gerakan yang tepat dalam melakukan pekerjaan di suatu stasiun kerja. Adapun aspek-aspek gerakan pekerja yang dianalisa adalah sebagai berikut: 1. Lengan atas 2. Lengan bawah 3. Pergelangan tangan 4. Penggunaan otot dan gerakan berulang oada alat gerak atas (legan dan pergelangan tangan) 5. Gaya (tahanan) pada saat bekerja

81 6. Postur leher 7. Postur badan 8. Postur kaki 9. Penggunaan otot dan gerakan yang berulang pada leher, badan dan kaki Hasil pengolahan data dari RULA Survey dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Data RULA Survey No. Lini Stasiun Kerja Hasil RULA Pengambilan papan dan HPL Action Level 4 1 Pemotongan Pemotongan papan dan HPL Action Level 2 Pembuatan profil Action Level 3 Penyemprotan lem pada papan Action Level 2 2 penyemprotan lem pada sisi papan Action Level 2 Pengeleman Penempelan HPL pada papan Action Level 3 Perekatan profil Action Level 2 3 Penghalusan Pengamplasan Action Level 2 Pemotongan sisi Action Level 2 4 Penyelesaian Pembersihan lem sisa Action Level 2 5 Pengepakan Inspeksi akhir Action Level 2 Pemasukan papan ke dalam box Action Level 3 (Lembar Pengumpulan data pada Lampiran 4). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasilanalisa RULA Survey memberikan empat jenis kesimpulan terhadap stasiun-stasiun kerja yang dianalisa, yaitu : Action level 1 menunjukkan bahwa resiko pekerjaan yang dilakukan rendah dan dapat diterima apabila tidak diulangi untuk periode yang panjang

82 Action level 2 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan perlu investigasi lebih lanjut dan mungkin diperlukan perubahan Action level 3 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan perlu investigasi lebih lanjut dan diperlukan perubahan Action level 4 menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakuakan perlu investigsi dan harus segera dilakukan perubahan secepat mungkin. 4.1.5 Strain Index Strain Index merupakan suatu tool untuk mengevaluasi tingkat risiko pekerjaan yang menyebabkan cedera pada tangan, pergelangan tangan, lengan atau siku (alat gerak atas). Melalui metode semi-kualitatif, analisa dapat mengevaluasi enam variabel kerja, yaitu : Intensitas kerja Durasi kerja Kerja per menit Postur tangan / pergelangan tangan Kecepatan kerja Durasi kerja per hari Variabel-variabel semi-kualitatif pekerjaan diberikan sebuah nilai yang dinamakan multiplier (pengali). Hasil dari pengalian keenam variabel kerja merupakan angka yang disebut Strain Index Score. Score ini dibandingkan dengan gradien yang kemudian akan mengidentifikasikan tingkat risiko pekerjaan.

83 Berdasarkan hasil pengolahan data dari Ergoweb Risk Factor Identification Survey maka semua stasiun kerja harus dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan Starin Index. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap pekerjaan di stasiun kerja yang bersangkutan serta pengukuran langsung beberapa siklus kerja untuk mendapatkan durasi exertion dari setiap pekerjaan yang diamati. Hasil pengolahan data dari Strain Index dapat dilihat pada tabel berikut : (Lembar Pengumpulan Data terdapat pada Lampiran 5) Tabel 4.10 Hasil Pengolahan Data Strain Index No Stasiun Kerja Hasil Strain Index 1 Pengambilan papan dan HPL Probably Hazardous 2 Pemotongan papan dan HPL Probably Safe 3 Pembuatan profil Difficult for this tool to classify 4 Penyemprotan lem pada papan Probably Safe 5 penyemprotan lem pada sisi papan Probably Safe 6 Penempelan HPL pada papan Difficult for this tool to classify 7 Perekatan profil Probably Safe 8 Pengamplasan Probably Safe 9 Pemotongan sisi Probably Safe 10 Pembersihan lem sisa Probably Safe 11 Inspeksi akhir Probably Safe 12 Pemasukan papan ke dalam box Difficult for this tool to classify Dari hasil pengolahan data Strain Index diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat stasiun kerja yang berbahaya bila dilihat dari segi intensitas exertion yaitu pada stasiun pengambilan papan dan HPL yang akan dianalisa lebih lanjut.

84 4.1.6 Prioritas Stasiun Kerja Berdasarkan hasil pengolahan data dari seluruh analysis tool untuk seluruh stasiun kerja, maka hasil analisanya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.11 Hasil Analisa seluruh Analysis Tool Ergoweb Job Evaluator Toolbox No 1 2 Stasiun Kerja Pengambilan papan dan HPL Pemotongan papan dan HPL AAMA Metabolic Model May not need May not need 3 Pembuatan profil May not need 4 Penyemprotan lem pada May not need papan 5 penyemprotan lem pada sisi May not need papan 6 Penempelan HPL pada papan 7 Perekatan profil 8 Pengamplasan 9 Pemotongan sisi 10 Pembersihan lem sisa 11 Inspeksi akhir 12 Pemasukan papan ke dalam box May not need May not need May not need May not need May not need May not need May not need Liberty Mutual Lifting Tables Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe Safe RULA Strain Index Action Probably Level 4 Hazardous Action Level 2 Probably Safe Difficult for Action this tool to Level 3 classify Action Probably Safe Level 2 Action Level 2 Action Level 3 Probably Safe Difficult for this tool to classify Action Probably Safe Level 2 Action Probably Safe Level 2 Action Level 2 Probably Safe Action Level 2 Probably Safe Action Probably Safe Level 2 Action Level 3 Difficult for this tool to classify

85 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Ergoweb Toolbox Risk Factor Identification Survey Ergoweb Risk Factor Identification Survey merupakan suatu checklist umum yang dapat digunakan untuk menilai apakah terdapat resiko factor kerja pada tiap stasiun kerja. Pertama-tama dilakukan pengamatan dan wawancara dengan supervisor produksi untuk setiap pengisian checklist ini di setiap stasiun kerja yang memperoleh jawaban sering atau kadang-kadang, akan dilakukan pengo;ahan data dengan analysis tool yang bersangkutan pada Ergoweb Job Evaluator Toollbox, seperti AAMA, Walkthrough, maupun RULA Methods. Berikut ini adalah grafik bobot score di setiap stasium kerja : Gambar 4.1 Grafik antara Total nilai dengan Stasiun Kerja Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat total nilai terbesar pada stasiun pengambilan papan dan HPL, dengan total nilai 23, sedangkan yang terkecil pada stasiun perekatan

86 profil dengan total nilai 10. Perlu diperhatikan bahwa besarnya total nilai pada setiap stasiun kerja hanya menunjukkan bahwa stasiun kerja tersebut paling banyak melakukan pekerjaan dan juga menginformasikan bahwa semakin besar total nilai, maka semakin besar jumlah jawaban sering, maka resiko kerja semakin besar, sehingga perlu dilkukan pengolahan lebih lanjut dan bukan menunjukkan bahwa stasiun kerja dengan total nilai tertinggi merupakan stasiun kerja yang paling bermasalah. Untuk mengetahi bermasalah tidaknya suatu stasiun kerja, harus diolah lebih lanjut menggunakan analysis tool yang bersangkutan 4.2.2 AAMA Metabolic Model AAMA Metabolic Model merupakan suatu tool yang digunakan untuk memperkirakan kebutuhan energi untuk sebuah pekerjaan, dimana dari hasil pengolahan data AAMA ini, kita akan mengetahui jumlah energi dikeluarkan pekerja, yang akan dibandingkan dengan batas maksimum energi yang diijinkan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan AAMA Metabolic Model yang dilakukan pada setiap stasiun kerja, didapatkan kesimpulan bahwa semua pekerjaan pada stasiun-stasiun kerja di departemen pembuatan panel tersebut tidak memerlukan control energi lebih lanjut. Hal ini disebabkan karena semua nilai Individual atau Population Physical Work Capacity nilainya lebih kecil semua bila dibandingkan dengan nilai Task Energy Requirements. Hal tersebut dapat dilihat perhitungannya

87 pada lampiran. Olek karena itu, tidak perlu dilakukan perbaikan mengenai kebutuhan energi pada setiap stasiun kerja. 4.2.3 RULA Survey Pengolahan data dengan menggunakan RULA Survey menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda untuk setiap stasiun kerja, yaitu : stasiun kerja yang memerlukan Action level 1, Action level 2, Action level 3 dan Action level 4. Berikut ini adalah analisa selengkapnya untuk masing-masing Action Level : 4.2.3.1 Stasiun kerja dengan Action level 2 Hasil pengolahan data menyimpulkan bahwa pekerjaan pada stasiun kerja yang memerlukan Action level 2 adalah : Pemotongan papan dan HPL Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Penyemprotan lem pada HPL Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15

88 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Penyemprotan lem pada Papan Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Perekatan profil Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Pengamplasan Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara

89 2-10 kg). Oleh Karena itu, tidak diperlukan adanya perubahan postur kerja secara keseluruhan. Pembersihan sisa lem Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Oleh Karena itu, tidak diperlukan adanya perubahan postur kerja secara keseluruhan. Inspeksi Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. Beban kerja yang ada juga termask kecil (antara 2-10 kg). Pemotongan sisi Pada stasiun ini, gerakan posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 45-90. Postur lengan bawah pada stasiun ini cukup aman yaitu gerakan flexion dengan sudut antara 60-100. Posisi pergelangan tangan berada dalam

90 sudut 0-15 dan leher berada dalam 10-20. Postur tubuh dalam kategori aman yaitu berdiri antara sudut 0-20. 4.2.3.2 Stasiun kerja dengan Action level 3 Hasil pengolahan data menyimpulkan bahwa stasiun kerja yang berada pada action level 3 adalah pembuatan profil, penempelan HPL pada papan, pemasukan papan ke dalam box. Pada stasiun kerja diatas posisi lengan atas berada dalam posisi flexion dengan sudut 20-45. Posisi ini sudah baik karena posisi lengan lebih rendah daripada bahu. Postur lengan bawah berada dalam sudut 60-100. Posisi tangan yang berada pada posis tersebut lebih dari 1 menit. Untuk postur leher, leher berada dalam 20 flexion. Sedangkan postur tubuh pada saat melakukan kegiatan kerja adalah berdiri dengan sudut 20-60. Posisi ini masih dikategorikan aman karena sudut yang terbentuk masih dalam range 20-60. Beban kerja yang ditangani juga termasuk kecil (antara 2 sampai 10 kg). Hal ini memberikan kesimpulan secara menyeluruh bahwa postur kerja pada ketiga stasiun yang berada pada action level 3 masih dalam kondisi aman, sehingga tidak diperlukan adanya perubahan dan analisa lebih lanjut. 4.2.3.2 Stasiun kerja dengan Action level 4 Hasil dari pengolahan data menyimpulkan bahwa pekerjaan yang dilakukan leh operator pada stasiun kerja yang diamati memiliki postur kerja di luar range yang aman, sehingga diperlukan adanya keseimbangan gerakan dengan adanya gerakan kontraksi otot statis. Kesimpulan dari RULA Surey menyarankan pada Action level 4 ini untuk segera dan secepatnya dilakukan investigasi dan perubahan metode kerja.

91 Stasiun kerja yang berada pada action level 4 adalah pengambilan papan dan HPL. Pada stasiun kerja ini posisi gerakan lengan berada dalam sudut lebih dari 90 flexion dengan kondisi bahu dinaikkan. Posisi ini sangat berbahaya karena posis tangan sudah lebih tinggi dari bahu. Postur lengan bawah lebih dari 100 flexion dengan lengan bawah bekerja melintasi sisi tengah tubuh. Gerakan pergelangan tangan berada dalam sudut lebih dari 15. Posisi leher berada dalam extension. Postur tubuh sewaktu pengambilan papan dan HPL. Dalam posisi dengan membentuk sudut 0-20 flexion. Beban kerja yang ditangani 2 sampai 20 kg. Hal ini memberikan kesimpulan secara menyeluruh bahwa postur kerja pada ketiga stasiun yang berada pada action level 4 berada dalam kondisi tidak aman, sehingga diperlukan adanya analisa lebih lanjut. 4.2.4 Strain Index Dari semua stasiun kerja yang diamati, pengolahan data dengan menggunakan Strain Index didapatkan hasil yaitu, stasiun kerja yang Probably Safe, Difficult for This Tool to Classify, dan Probably Hazardous. 4.2.4.1 Stasiun Kerja Dengan Kategori Probably Safe Untuk kategori Probably Safe adalah stasiun-stasiun kerja sebagai berikut : 1. Pemotongan papan dan HPL 2. Penyemprotan lem pada papan 3. Penyemprotan lem pada sisi papan 4. Perekatan profil

92 5. Pengamplasan 6. Pembersihan lem sisa 7. Inspeksi akhir 8. Pemasukan papan kedalam box Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini tergolong aman karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja (intensitas kerja, durasi kerja, kerja per menit, postur tangan/pergelangan tangan, kecepatan kerja, dan durasi kerja per hari) adalah lebih kecil dari 3. Dengan demikian tidak perlu dilakukan analisa lebih lanjut pada stasiun kerja ini. 4.2.4.2 Stasiun Kerja Dengan Kategori Difficult for The Tool to Classify Untuk kategori Difficult for The Tool to Classify adalah stasiun-stasiun kerja sebagai berikut : 1. Pembuatan profil 2. Penempelan HPL pada papan 3. Pemotongan sisi Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun-stasiun kerja ini kemungkinan bisa aman tetapi juga bisa berbahaya. Sehingga tool Strain Index ini sulit untuk mengklasifikasikan pekerjaan ini ke dalam tingkat berbahaya atau ke dalam tingkat aman. Hal ini disebabkan

93 karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di antara tingkat aman ( 3) dan tingkat bahaya ( 7). 4.2.4.3 Stasiun Kerja Dengan Kategori Probably Hazardous Untuk kategori Probably Hazardous adalah stasiun kerja : Pengambilan papan dan HPL. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini berbahaya. Hal ini disebabkan karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di atas tingkat bahaya ( 7), sehingga pada stasiun kerja ini perlu dilakukan analisa lebih lanjut mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan cedera pada alat gerak atas pekerja. Untuk stasiun Pengambilan papan dan HPL penganalisaan gerakan dibagi atas 6 tahap diantaranya adalah : 1. Intensitas Exertion (usaha) Pada bagian ini didapatkan intensitas exertionnya adalah usaha yang nyata atau definit, persentase gerakannya tergolong 80% atau lebih (berdasarkan pengamatan distasiun kerja tersebut), dengan hasil nilai ratingnya adalah 5 dan nilai pengalinya adalah 13. 2. Durasi Exertion Persentase Durasi Exertion = 100 * (durasi dari semua exertion / waktu total observasi). Nilai yang didapatkan berdasarkan hasil perhitungan adalah 59.65 %, dengan hasil nilai ratingnya adalah 4 dan nilai pengalinya adalah 3.0.

94 3. Usaha tiap menit Setelah didapatkan jumlah exertion dari perhitungan sebelumnya dan juga telah diketahui waktu total observasi maka dapat didapatkan usaha tiap menit yang dikeluarkan. Namun waktu total observasi dihitung dalam menit terlebih dahulu. Perumusannya dapat dilihat dibawah ini : Usaha tiap menit = Jumlah dari exertion / Waktu Total Observasi Dengan nilai rating = 1 dan nilai pengalinya adalah 0.5. 4. Postur tangan Postur tangan dilihat berdasarkan pengamatan langsung, dan dicocokkan dengan pilihan yang ada dalam form pengumpulan data pada Strain Index hasilnya adalah Near Neutral dengan rentang Wrist extention sebesar 26 sampai 40 derajat, rentang wrist flexion sebesar 16 samapi 30 derajat dan rentang dari wrist ulnar deviation sebesar 16 sampai 20 derajat. Dengan pilihan posisi tersebut maka dapat disimpulkan criteria masuk kategori sedang, nilainya 3 dan nilai pengalinya 1.5. 5. Kecepatan kerja Pada form pengumpulan data terdapat 5 pilihan dalam kecepatan kerja dan pada stasiun ini kecepatan kerjanya adalah normal, dengan criteria penilaiannya adalah sedang, nilainya 3 dan nilai pengalinya 1.

95 6. Durasi dari pekerjaan tiap hari Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa durasinya adalah 8 jam atau lebih tiap hari, dengan nilai yang diberikan 5 dan nilai pengalinya 1.5. Berdasarkan hasil kalkulasi diatas maka diketahui hasil nilai Strain Indexnya adalah 29.25 dan hal tersebut tergolong Probably Hazardouz. Nilai strain index tersebut dipengaruhi oleh tiap tiap gerakan yang ditimbulkan dari stasiun kerja yang ada dan disesuaikan dengan nilai pengalinya. Rentang nilai yang ada pada Strain Index sudah disesuaikan dengan masing-masing posisi tubuh yang baik dan kurang baik bagi para pekerja dan hal tersebut sudah terdapat pada software ergoweb yang saya pergunakan. Untuk penghitungan pada stasiun kerja Pengambilan papan dan HPL dapat dilihat pada Lampiran 5. 4.3 Analisa Data 4.3.1 Analisa Stasiun Pengambilan papan dan HPL berdasarkan hasil RULA Survey dan Strain Index 4.3.1.1 Analisa Postur Lengan Atas Postur lengan atas operator dalam melakukan pekerjaan di stasiun kerja Setting Pintu ini berada posisi flexion dengan sudut lebih dari 90 derajat. Selain itu juga posisi tangan operator harus melakukan gerakan abduksi (lihat Gambar 2.3 Posisi 4). Posisi ini kurang baik karena pada saat melakukan gerakannya, posisi

96 tangan operator di atas bahu sehingga postur ini sedikit berisiko bagi operator dan beban yang ditangani oleh operator kira-kira 7 kg. Namun Menurut Bridger (1995) : 1. Apabila memungkinkan, bekerja dengan tangan yang berada dekat dengan ketinggian pinggang dan dekat dengan tubuh. 2. Apabila tangan harus bekerja dengan posisi di atas ketinggian bahu, ketinggiannya tidak boleh melebihi 35 derajat. Beban tangan tidak boleh melebihi 0.4 kg dan postur bahu tidak boleh ditahan melebihi 20 detik untuk setiap menit kerja. Dari keterangan Bridger diatas posisi operator pengambilan papan dan HPL kurang sesuai dan beban yang ditangani sedikit berbahaya karena posisi tangan pekerja berada diatas ketinggian bahu. Untuk postur bahu yang dialami oleh operator melebihi dari 20 detik sekitar 1 menit dan hal ini dapat mengekibatkan cidera pada bahu operator. 4.3.1.2 Analisa Postur Lengan Bawah Posisi lengan bawah operator di stasiun kerja pengambilan papan dan HPL ini adalah lengan bawah melakukan gerakan flexion dengan area gerakan lebih kecil dari 60 derajat dan lebih besar dari 100 derajat dari posisi tubuhnya (lihat Gambar 2.4 Posisi 2). Pada pekerjaan ini operator tidak melakukan gerakan supination dan pronation. Menurut Eko Nurmianto (1996), gerakan flexion dan extension pada sendi siku lengan bawah sebaiknya berada pada sudut 90-120 derajat, maka posisi lengan

97 bawah operator dalam melakukan pekerjaan pengambilan papan dan HPL berada pada posisi yang aman. 4.3.1.3 Analisa Postur Pergelangan Tangan dan Telapak Tangan Posisi pergelangan tangan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu flexion/extension, pronation/supination, dan ulnar/radial deviation (Bridger, 1995). Dalam melakukan pekerjaan di stasiun kerja ini, posisi pergelangan tangan operator berada pada posisi 15 derajat dalam gerakan flexion dan extension (lihat Gambar 2.5 Posisi 3). Posisi ini tidak baik karena posisi pergelangan tangan melebihi 15 derajat. Dan dalam melakukan pekerjaan ini pergelangan operator bisa cidera karena selain beban yang dipegang cukup berat dan memegang elebihi dari 20 detik. 4.3.1.4 Analisa Postur Leher Postur leher operator dalam melakukan pekerjaan di stasiun ini berada pada posisi extension (lihat Gambar 2.6 Posisi 4). Operator harus melakukan gerakan ini pada saat ingin memegang papan dan HPL. Dalam hal ini operator harus melihat ke atas sehingga leher tertekuk ke belakang, pada posisi ini tidak baik karena dapat menimbulkan cidera. Sebaiknya operator harus merubah posisinya menjadi tegak saja. Hal ini disebabkan karena gerakan flexion lebih aman dan nyaman bila dibandingkan dengan pergerakan extension. 4.3.1.5 Analisa Postur Tubuh Untuk pekerjaan pada stasiun kerja pengambilan papan dan HPL ini operator melakukannya dengan berdiri dan posisi tubuh operator pada saat memegang papan

98 dan HPL adalah berada pada sudut antara 0-20 derajat dengan pergerakan flexion (lihat Gambar 2.7 Posisi 2) bahkan lebih banyak pergerakan kurang dari 20 derajat. Gerakan yang dilakukan memang selalu berdiri namun hal itu selalu dibarengi dengan jalan (berjalan bolak-balik) sehingga tidak menimbulkan gerakan yang statis (Grandjean, 1985). 4.3.1.6 Analisa Intensitas Exertion Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh operator pada stasiun kerja ini berbahaya. Hal ini disebabkan karena score Strain Index yang dihasilkan dari perkalian keenam variabel kerja tersebut berada di atas tingkat bahaya ( 7). Selain itu juga hal yang menyebabkan stasiun ini dikategorikan berbahaya adalah karena persentase durasi exertion pekerja yang sebesar 50 % sampai 79 % dari waktu kerjanya. Dengan adanya durasi exertion sebesar itu dapat digolongkan pekerjaannya lebih ke posisi atau gerakan yang statis dalam waktu yang cukup lama atau dapat dikatakan posisi kerja yang dilakukan pada saat itu lebih banyak kerjaan statis. Hal ini tentunya akan menyebabkan pekerja merasa lelah, karena posisi pekerja pada saat pengambilan papan dan HPL adalah posisi (kontraksi yang statis yakni memegang pintu juga hampir berdiri secara terus menerus dan selalu berjalan bolak-balik dengan posisi lengan bawah yang masih kurang baik serta posisi tubuh dan leher operator melakukan pergerakan flexion dengan sudut yang cukup besar. Ini tentunya akan semakin menambah resiko cidera pada operator tersebut.