ANALISIS KUALITAS AIR PROGRAM PAMSIMAS DI DESA LOMULI KECAMATAN LEMITO KABUPATEN POHUWATO Meiske M. Bulongkot, Lintje Boekoesoe, Lia Amalia 1) meiske.blongkot@gmail.com Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Masyarakat di Desa Lomuli Kecamatan Lemito Kabupaten Pohuwato mengeluhkan mengenai kondisi air yang berasal dari program Pamsimas, karena dilihat dari kondisi fisik air yaitu adanya zat padat dalam bentuk butiran kecil berupa lapukan pepohonan yang meragukan bagi masyarakat untuk dapat mengkonsumsi air tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kualitas air program Pamsimas Di Desa Lomuli Kecamatan Lemito Kabupaten Pohuwato. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif. Dengan sampel yaitu air program Pamsimas. Adapun teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling, dimana air program Pamsimas diambil dari tiga titik yaitu air terjun, bak penampungan dan yang sudah mengalir di kran-kran masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya tingkat cemaran yang berbeda-beda dari ketiga titik tersebut. Sampel tersebut diuji kualitasnya, kemudian dianalisis secara univariat yang disajikan dalam bentuk tabel dan di bandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas fisik warna, tidak memenuhi syarat karena untuk ketiga titik hasilnya berwarna. Sedangkan kualitas fisik (TDS, dan kekeruhan), kualitas kimia (ph) dan kualitas biologi (bakteri E. coli) baik pada titik A, titik B dan titik C memenuhi syarat air bersih. Untuk itu disarankan kepada pemerintah agar melakukan pemantauan kualitas air dan untuk masyarakat lebih menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan agar air program Pamsimas tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Kata Kunci : Kualitas Air, Pamsimas 1) Meiske M. Bulongkot Mahasiswa Pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo, Dr. Lintje Boekoesoe, M.Kes. dan Lia Amalia, S.KM, M.Kes Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Gorontalo
Air adalah kebutuhan manusia yang sangat penting. Air yang cukup banyaknya dan berkualitas dapat membantu program penyehatan masyarakat. Beberapa sumber air untuk kebutuhan sehari-hari antara lain sumur dangkal, sumur artesis, mata air, air permukaan dan penampung air hujan (Abditya, 2010:1). Berbagai program pemerintah telah dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan air minum/bersih di masyarakat, salah satu program tersebut adalah program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Program Pamsimas merupakan program pemerintah pusat yang membantu penyediaan air minum dan sanitasi dengan konsep berbasis kebutuhan masyarakat bagi kabupaten dan kota di seluruh Indonesia yang memiliki kesulitan didalam pemenuhan akses air dan sanitasi (Sanjaya dkk, 2013: 1). Pamsimas adalah kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang dananya berasal dari kontribusi masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat dan Bank Dunia. Kegiatan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum sebagai executing agency bersama dengan Departemen Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan (Direktorat Pengembangan Air Minum Departemen Pekerjaan Umum, Pamsimas 2009: 3). Salah satu kabupaten yang telah melaksanakan program Pamsimas Tahun 2008 adalah Kabupaten Pohuwato. Desa Lomuli Kecamatan Lemito adalah salah satu daerah yang mendapat alokasi dana Pamsimas pada tahun 2009. Pengguna air minum program Pamsimas di Desa Lomuli Kecamatan Lemito yaitu sebanyak 105 KK dari 320 KK yang mendiami Desa Lomuli. Ini artinya pengguna Pamsimas Desa Lomuli yaitu sebesar 32.8%. Di Desa Lomuli Kecamatan Lemito ini sumber air yang digunakan untuk kebutuhan minum Pamsimas berasal dari air permukaan (air terjun). Dimana bak penampungan airnya terbuka. Disamping itu disekitar tempat tersebut terdapat lahan pertanian. Tempat ini juga merupakan tempat rekreasi dan banyak pengunjung yang sering mandi ditempat tersebut termasuk di bak tempat penampungannya. Sehingganya kandungan senyawa kimia di dalam air seperti residu pestisida dan detergen atau shampo dapat mempengaruhi nilai ph dari air. Karena kawasan ini sekitar pegunungan, sehingga banyak terdapat daundaun yang berguguran, pohon-pohon yang tumbang dan ranting yang patah, kering dan sampai membusuk di dalam air. Sehingga hasil penguraian atau dekomposisi dari dedaunan, rumput-rumput atau tumbuhan yang berada dalam air tersebut dapat memungkinkan hadirnya bakteri patogen seperti E. coli dan menyebabkan perubahan pada warna air. Disamping itu, dedaunan dan pohonpohon yang tumbang ini juga memungkinkan adanya zat padat terlarut dalam air tersebut. Selain itu ditempat ini banyak terdapat batu-batuan, dan lapukan batuan ini dapat menyebabkan kekeruhan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana variable yang di teliti yaitu warna, TDS, kekeruhan, ph dan bakteri E. coli. Populasi pada penelitian ini yaitu air program Pamsimas. Sedangkan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive
sampling, dengan menentukkan titik pengambilan sampel yaitu tiga titik (air terjun, bak penampungan dan yang sudah mengalir di kran-kran masyarakat). Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis univariat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Warna Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Warna Nama Sampel Parameter Fisik Warna Hasil Pemeriksaan ++ Titik A +++ Titik B + Titik C Sumber : Data Primer, 2014 + Standar Maksimum yang Diperbolehkan Tidak Berwarna Keterangan TMS TMS TMS Keterangan : = Tingkat warna TMS = Tidak Memenuhi Syarat Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari ketiga titik sampel ini tidak memenuhi syarat berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990, karena ketiga-tiganya berwarna. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Total Zat Padat Terlarut (TDS) Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Total Zat Padat Terlarut (TDS) Parameter Fisik TDS Nama Hasil Standar Maksimum Sampel Pemeriksaan yang Diperbolehkan Keterangan Titik A 202 mg/l Memenuhi Syarat Titik B 214 mg/l 1.500 mg/l Memenuhi Syarat Titik C 196 mg/l Memenuhi Syarat Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pemeriksaan Total Dissolved Solid (TDS) air, ketiga titik sampel ini sesuai dengan kadar maksimum TDS yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Kekeruhan Tabel 3 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Kekeruhan Parameter Fisik Kekeruhan Nama Hasil Standar Maksimum Sampel Pemeriksaan yang Diperbolehkan Keterangan Titik A 2,80 NTU Memenuhi Syarat Titik B 3,00 NTU 25 NTU Memenuhi Syarat Titik C 1,20 NTU Memenuhi Syarat Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pemeriksaan kekeruhan air, masing-masing dari ketiga titik sampel air program Pamsimas sesuai dengan kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Kimia Air Yaitu ph Tabel 4 Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Kimia Air ph Parameter Kimia ph Nama Hasil Standar Maksimum Sampel Pemeriksaan yang Diperbolehkan Keterangan Titik A 8,80 Memenuhi Syarat Titik B 8,70 6,5 9,0 Memenuhi Syarat Titik C 8,51 Memenuhi Syarat Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pemeriksaan ph air, masing-masing dari ketiga titik sampel air program Pamsimas sesuai dengan kadar maksimum ph yaitu 6,5 9,0 yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Biologi Air Yaitu Escherichia coli Tabel 5 Hasil Pengamatan Bakteri Escherichia coli dengan Uji Penguat Untuk Sampel Air Program Pamsimas Nama Sampel Total Bakteri Jumlah Bakteri per 100 ml Standar Maksimum yang Diperbolehkan Keterangan Titik A 0,3x10 3 Memenuhi Syarat Titik B 1,1x10 3 1.100 10.000 per 100 ml Memenuhi Syarat Titik C 0,3x10 2 30 Memenuhi Syarat Sumber : Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 5 di atas, bahwa hasil pemeriksaan bakteri Escherichia coli dengan uji penguat untuk sampel air program Pamsimas dimana pada sampel titik A (0,3x10), titik B (1,1 x10 3 ) dan titik C (0,3x10 2 ) memenuhi syarat Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Dimana batas maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 10.000 per 100 ml sampel air. Pembahasan Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Warna Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan kualitas fisik air yaitu warna, dari ketiga titik tersebut, ketiga-tiganya tidak memenuhi syarat Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air karena airnya berwarna. Sumber air program Pamsimas (air terjun) ini, tidak terdapat kegiatan industri sehingga tidak terdapat bahan buangan dan air limbah, akan tetapi kawasan air terjun yang menjadi sumber air program Pamsimas ini di sekitar pegunungan, sehingga banyak terdapat daun-daun yang berguguran, pohon-pohon yang tumbang dan ranting yang patah dalam air tersebut. Sehingga hasil penguraian atau dekomposisi dari dedaunan, pohon-pohon yang tumbang dan ranting yang patah ini dapat menyebabkan perubahan pada warna air. Selain itu juga diakibatkan oleh lumpur atau becek yang terbawa oleh manusia atau hewan. Pada titik A (air terjun), hasilnya dua tingkat lebih berwarna ini dikarenakan oleh aktivitas masyarakat yang sering melalui tempat ini, kaki mereka yang penuh dengan lumpur atau becek akibat bekerja, sehingga airnya berwarna dua tingkat dari warna aquades. Titik B (bak penampungan), hasilnya yang terburuk dari ketiga titik yaitu tiga tingkat lebih berwarna dari aquades. Ini diakibatkan air dari titik A mengalir menuju bak penampungan, dan di bak penampungan ini terdapat daun-daun, ranting-ranting patah, dan pohon yang tumbang terdapat dalam air sehingga menjadikan warna air lebih berwarna dari titik A. Untuk titik C, hasilnya lebih bagus dibandingkan dari titik A dan B ini dikarenakan air ini sudah melalui penyaringan. Daun-daun maupun rantingranting yang patah sudah tersaring sehingga sudah tidak terdapat bahan-bahan penyebab air menjadi berwarna.
Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik seringkali dapat larut di dalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Selain itu degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan warna air (Wardhana, 2004: 75-76). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matahelumual 2010, yang menyatakan bahwa air murni tidak berwarna, tetapi air di alam sering berwarna karena adanya bahan-bahan organik yang membusuk seperti daundaunan, gulma, dan batang pohon (kayu), yang kemudian membentuk warna kuning kecoklatan. Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Total Zat Padat Terlarut (TDS) Berdasarkan pemeriksaan parameter fisik Total Dissolved Solid (TDS) bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat atau tidak melebihi ambang batas karena masing-masing TDS dari ketiga titik sampel air program Pamsimas sesuai dengan kadar maksimum TDS yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Dimana batas maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 1.500 mg/l. Pada titik A hasilnya yaitu 202 mg/l, hal ini di akibatkan pada titik A tidak terlalu banyak daun-daun, batang pohon (kayu) yang berada dalam air. Titik B hasil TDSnya yaitu 214 mg/l, ini berarti dari ketiga titik, titik B yang paling tinggi kadar TDSnya walaupun ini masih memenuhi standar. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya daun-daun, ranting-ranting patah yang terdapat di dalam bak penampungan. Sedang titik C yaitu 196 mg/l yang berarti titik ini yang paling sedikit kadar TDSnya. Ini disebabkan air pada titik C atau yg sudah mengalir di krankran sudah melalui proses penyaringan sehingga zat organik maupun anorganik penyebab TDS berkurang. Total Dissolved Solid (TDS) ini yaitu berupa ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, misal: garam, mineral, logam, dan lain-lain) yang terlarut dalam air. Karena air terjun di sekitar pegunungan, sehingga banyak terdapat daun-daun yang berguguran, pohon-pohon yang tumbang dan ranting yang patah dalam air tersebut yang memungkinkan adanya zat padat terlarut dalam air tersebut. Air sumber program Pamsimas ini terdapat zat padat terlarut tetapi masih dalam kadar yang diperbolehkan. Ini berarti zat padat yang terlarut hanya sedikit dan masih memenuhi ambang batas. Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Fisik Air Yaitu Kekeruhan Berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pemeriksaan kekeruhan air, masing-masing dari ketiga titik sampel air program Pamsimas sesuai dengan kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan dalam
Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hasil pada titik A yaitu 2,80 NTU ini dikarenakan oleh aktivitas masyarakat yang sering melalui tempat ini, kaki mereka yang penuh dengan lumpur atau becek akibat bekerja, sehingga mengakibatkan airnya keruh. Titik B (bak penampungan), hasilnya 3,00 NTU yang berarti dari ketiga titik, titik ini yang paling keruh. Ini diakibatkan air dari titik A mengalir menuju bak penampungan, dan di bak penampungan ini terdapat daun-daun, rantingranting patah, dan pohon yang tumbang terdapat dalam air yang membuat air menjadi semakin keruh. Untuk titik C, hasilnya lebih bagus dibandingkan dari titik A dan B yaitu 1,20 NTU dikarenakan air ini sudah melalui penyaringan. Daun-daun maupun ranting-ranting yang patah sudah tersaring sehingga kekeruhannya sudah berkurang. Untuk sumber air program Pamsimas tidak terdapat buangan dari pemukiman karena pemukiman warga agak berjauhan dari air terjun tersebut. Sedangkan untuk lumpur yang terbawa pada air juga tidak begitu banyak pada air ini karena peneliti mengambil sampel bukan pada saat musim hujan. Sehingganya kekeruhan pada ketiga titik ini memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna lebih tua dari warna yang sesungguhnya. Sehingganya dapat dikatakan bahwa kekeruhan mempunyai hubungan erat dengan warna air. Hubungannya yaitu kekeruhan dan warna air sama-sama disebabkan oleh bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri baik berupa bahan anorganik dan bahan organik. Ini artinya semakin rendah kekeruhan maka semakin tidak berwarna air dan semakin tinggi kekeruhan maka semakin berwarna pula air tersebut. Dari segi estetika, kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan. Warna air berubah tergantung kepada warna buangan yang memasuki badan air. Sedangkan dari sifat pengendapannya, yang dapat menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari bahan-bahan yang mudah diendapkan dan bahan-bahan yang sukar diendapkan (Suriawiria, 1996: 80 dan 82). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting 2012 yang melakukan pengukuran parameter kekeruhan sebanyak satu sampel dan melebihi batas maksimum yaitu 25 NTU. Ginting Menjelaskan bahwa Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air menjadi keruh. Dan berdasarkan penelitian oleh Pamularsih, C dkk 2013 tentang Penyisihan Kekeruhan pada Sistem Pengolahan Air Sungai Tembalang dengan Teknologi Rapid Sand Filter, yang dilakukan selama dua minggu dimana data diambil pada saat musim pancaroba, sehingga diperoleh tingkat kekeruhan konstan setiap harinya yaitu ± 10 NTU. Namun pada saat musim hujan, air sungai sangat keruh mencapai 90 NTU.
Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Kimia Air Yaitu ph Berdasarkan pemeriksaan parameter kimia ph bahwa dari ketiga titik sampel air program Pamsimas termasuk dalam kriteria memenuhi syarat karena berdasarkan hasil pemeriksaan ph air, masing-masing dari ketiga titik sampel air program Pamsimas sesuai dengan kadar maksimum ph untuk air bersih yaitu 6,5 9,0 yang diperbolehkan dalam Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Tempat ini merupakan tempat rekreasi dimana banyak pengunjung yang sering mandi ditempat tersebut termasuk di bak tempat penampungannya. Sehingganya kandungan senyawa kimia di dalam air seperti residu pestisida dan detergen atau shampo dapat mempengaruhi nilai ph dari air. Akan tetapi walaupun tempat ini berdekatan dengan lahan pertanian, para petani tidak membuang pestisida ke dalam air. Untuk detergen, masyarakat tidak mencuci pada bak penampungannya tetapi di hilir air terjun tersebut. Sedangkan untuk shampo yang dapat mempengaruhi air, walaupun tempat ini tempat rekreasi tetapi para pengunjung sudah jarang berkunjung sehingga nilai ph air ini masih memenuhi standar. Pada titik A nilai ph air yaitu 8,80 dari ketiga titik, titik inilah yang tertinggi nilai ph. Dan ketiga titik ini nilai ph tidak berbeda jauh. Untuk titik B nilai ph yaitu 8,70 dan titik C yaitu 8,51 ini dikarenakan ph dapat berubah antar musim, bahkan antar jam dalam satu hari. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai ph berkisar antar 6,5 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya ph air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai ph lebih kecil dari ph normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai ph lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke sungai akan mengubah ph air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air (Wardhana, 2004: 75). Kualitas Air Program Pamsimas Ditinjau dari Kualitas Biologi Air Yaitu Escherichia coli Hasil pemeriksaan bakteri Escherichia coli dengan uji penguat untuk sampel air program Pamsimas terlihat pada sampel titik A (0,3x10), titik B (1,1 x10 3 ) dan titik C (0,3x10 2 ) memenuhi syarat, berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Selain kawasan ini sekitar pegunungan yang menyebabkan hasil penguraian atau dekomposisi dari dedaunan, rumput-rumput atau tumbuhan yang berada dalam air tersebut dapat memungkinkan hadirnya bakteri patogen seperti E. coli, tempat ini juga banyak dilalui oleh masyarakat dan hewan ternak. Hal ini memungkinkan hewan ternak membuang tinja di dalam air tersebut. Untuk titik A bakteri E. coli masih memenuhi syarat yaitu 0,3x10 atau 3 per 100 ml sampel air dan ini tergolong sangat sedikit dibandingkan dengan titik B dan C dikarenakan di titik A tersebut belum di cemari oleh tinja baik manusia maupun hewan.
Pada titik B bakteri E. coli juga memenuhi syarat tetapi jumlahnya sangat banyak dibandingkan dari ketiga titik yaitu 1,1 x10 3 atau 1.100 per 100 ml, hal ini disebabkan oleh adanya kotoran-kotoran hewan. Jarak antara titik A dan titik B yaitu ±1,5 km ini merupakan tempat dilalui oleh manusia dan hewan ternak sehingganya memungkinkan hewan ternak membuang tinja ditempat tersebut. Disamping itu pada bak penampungan ini terdapat daun-daun dan batang pohon maupun ranting-ranting yang patah, sehingganya menyebabkan kandungan bakteri E. coli tinggi pada titik B ini akan tetapi masih memenuhi syarat. Sedangkan untuk titik C bakteri E. coli yaitu 0,3x10 2 atau 30 per 100 ml air, memenuhi syarat sesuai Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Ini karena air yang berada di kran sudah melalui penyaringan dan sudah melalui pipa sehingga sudah tidak ada kontaminasi lagi yang membuat jumlah bakteri E. coli bertambah. Karena bakteri E. coli tahan lama hidup di dalam air atau tidak tahan lama hidup di dalam air bergantung pada lingkungan hidupnya. Menurut Srikandi Fardiaz, 1992 (dalam Hatala N, 2007: 78) bahwa : Bakteri, virus, protozoa, cacing, dan cendawan terdapat dalam lingkungan perairan. Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup di dalam air, atau tidak tahan lama hidup di dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air yang baik dan aman untuk diminum ialah air yang bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak kesehatan. Air yang mengandung Coliform tinja berarti air tersebut telah tercemar oleh tinja. Tinja mengandung patogen-patogen enteric bila berasal dari orang sakit atau penular. Tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan air. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas air program Pamsimas ditinjau dari kualitas fisik yaitu warna, termasuk dalam kriteria tidak memenuhi syarat karena air program Pamsimas ini berwarna. Sedangkan untuk kualitas fisik : Total Dissolved Solid (TDS) dan kekeruhan, kualitas kimia yaitu ph, kualitas biologi yaitu E. coli, dari ketiga titik sampel memenuhi syarat air bersih berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990. Saran Dengan adanya penelitian ini, untuk itu diharapkan kepada pemerintah agar melakukan pemantauan kualitas air dan untuk masyarakat lebih menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan agar air program Pamsimas tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan.
DAFTAR PUSTAKA Abditya, H. 2010. Analisis Biaya Uji Kualitas Air Sumur. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Direktorat Pengembangan Air Minum Departemen Pekerjaan Umum, Pamsimas. 2009. Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya Direktorat Pengembangan Air Minum Departemen Pekerjaan Umum (http://new.pamsimas.org/data/buku/buku_pamsimas.pdf) Ginting, D. 2012. Hubungan Kualitas Bakteriologis Air Bersih dengan Kejadian Diare Studi Terhadap Penduduk Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan Tahun 2012. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hatala, N. 2007. Model Matematis Perubahan Kualitas Air Sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS)Cisadane. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/13717/nurl eyla,%20hatala.pdf?sequence=3) Matahelumual, B. 2010. Kajian Kualitas Air Sungai sebagai Sumber Air Baku PDAM (Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung). Bandung: Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi (http://pag.bgl.esdm.go.id/sites/default/files/buletin/kajian%20kualitas%2 0air%20sungai%20sebagai%20sumber%20air%20baku%20PDAM%20% 28%20Sungai%20citarum%20dan%20Sungai%20Cikapundung%20%28 %20Bethy%20Matahelumual%20%29%20hal%201-12.pdf) Menteri Kesehatan RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas air. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Pamularsih, C dkk. 2013. Penyisihan Kekeruhan pada Sistem Pengolahan Air Sungai Tembalang dengan Teknologi Rapid Sand Filter. Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (http://eprints.undip.ac.id/41484/1/7._102013_48-54.pdf) Sanjaya, dkk. 2013. Evaluasi Pelaksanaan Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) Tahun 2009-2010 di Kabupaten Grobogan. Jurnal Ilmu Pemerintahan (Online). (http//www.fisip.undip.ac.id diakses 25 November 2013) Suriawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Penerbit Alumni Wardhana, WA. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: andi offset