HIYAL ASY-SYAR`IYAH DALAM PRAKTIK HIBAH DAN WASIAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SELURUH HARTA KEPADA ANAK ANGKAT DI DESA JOGOLOYO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB III PAPARAN DATA DAN ANALISIS. A. DESKRIPSI PERKARA NOMOR 1995/Pdt.G/2006/Pa.Tbn

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

1 Pasal 105 Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam 2 Salinan Putusan nomor 0791/ Pdt.G/2014/PA.Kab.Mlg, h. 4.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. (Dra. Muhayah, SH) : Apakah pewarisan terhadap anak angkat berdasarkan penetapan

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB IV. Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat plural. 1. hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Dalam pembahasan kali ini,

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

Mam MAKALAH ISLAM. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PERJANJIAN PRANIKAH PASCA PERKAWINAN (Studi Kasus di Desa Mojopilang Kabupaten Mojokerto)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka rumusan kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

STUDI ANALISIS COUNTER LEGAL DRAFT KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG NIKAH SIRRI, NIKAH MUT AH, DAN NIKAH BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF FIQIH SKRIPSI

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS SECARA PERDAMAIAN DI DESA TAMANREJO KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

BAB V PENUTUP. kewajiban memberikan nafkah pemeliharaan anak tersebut. nafkah anak sebesar Rp setiap bulan.

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB III PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah, pengatur alam semesta, seluruh isi langit dan bumi.

dengan menggunakan garansi pada barang yang akan dijual. Garansi ada beberapa macam di antaranya yaitu garansi replacement (yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA DEMAK PERKARA No. 0033/Pdt.P/2010/PA.Dmk. TENTANG PENGANGKATAN ANAK

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. ikatan suci yang dinamakan perkawinan. Perkawinan adalah suatu hubungan

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BISNIS PULSA DENGAN HARGA DIBAWAH STANDAR

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

KISI-KISI SOAL UAMBN MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

LEGEM PUTUSAN NOMOR:71/ Pdt.G/ 2013/ PA.Sda

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB V PENUTUP. 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica. kekuatan hukum dengan segala akibatnya. Machica dan putranya,

NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM*

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

DAFTAR ISI. ABSTRAK i

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

BAB I PENDAHULUAN. sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. terjalinnya hubungan antar individu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

Transkripsi:

2 HIYAL ASY-SYAR`IYAH DALAM PRAKTIK HIBAH DAN WASIAT Mukhtar Zamzami Pengertian Kata al-hiyal adalah bentuk plural dari kata al-hilah yang berarti suatu tipu daya, kecerdikan, muslihat, atau alasan yang dicari-cari untuk melepaskan diri dari suatu beban atau tanggung jawab. Dalam ucapan orang Indonesia sehari-hari kata hilah ini kemudian diucapkan dengan kilah (KBBI, 2005 : 567). Dalam hukum secara teknis kata hilah dipergunakan sebagai suatu saluran legal atau medium untuk suatu tujuan ekstra legal. Majid Khadduri yang mengutip Sir Henry S. Maine menyatakan pengertian al-hiyal asy-syar`iyah hampir berdekatan maknanya dengan kata legal fiction dalam tradisi hukum Barat. Menurut asy-syatibi, al-hilah adalah melakukan suatu amalan yang pada lahirnya diperbolehkan untuk membatalkan hukum syara lainnya. Sekalipun pada dasarnya seseorang itu mengerjakan suatu pekerjaan yang dibolehkan, namun terkandung maksud pelaku untuk menghindarkan diri dari suatu kewajiban syara yang lebih penting daripada amalan yang dilakukannya tersebut. Bentuk-Bentuk Hiyal Asy-Syar`iyah Ibnul Qayyim al-jauziyah (Abdul Aziz Dahlan, 2000 : 555) membagi hiyal alsyar`iyah menjadi empat bentuk : Pertama, hilah yang mengandung tujuan yang diharamkan dan cara yang digunakan juga cara yang haram. Contohnya kasus orang yang meminum khamar sebelum masuk waktu shalat, sehingga kewajiban shalatnya saat itu hilang. Kedua, hilah yang dilakukan dengan melaksanakan Makalah Rakernas MARI 2011 2

3 perbuatan yang dibolehkan, tetapi bertujuan untuk membatalkan hukum syara lainnya. Contohnya orang yang menghibahkan sebagian hartanya saat haul sudah mendekat, dengan demikian ia terlepas dari kewajiban membayar zakat karena hartanya sudah berkurang dari nisab. Disebut tipu daya karena jumlah harta yang dihibahkannya lebih kecil dari zakat yang harus dikeluarkannya. Ketiga, perbuatan yang dilakukan bukanlah perbuatan yang diharamkan, bahkan dianjurkan tetapi bertujuan untuk sesuatu yang diharamkan. Contohnya ialah perkawinan rekayasa oleh seorang muhallil terhadap seorang perempuan yang telah dicerai dengan talak ba in kubra dengan tujuan agar perempuan itu dapat dinikahi kembali oleh suaminya. Keempat, hilah yang digunakan itu bertujuan untuk mendapatkan suatu hak atau untuk menolak kezaliman. Dari keempat macam hilah di atas, para ulama fiqih sepakat untuk tidak membolehkan hilah bentuk pertama dan kedua. Sebaliknya terhadap hilah bentuk ketiga dan keempat para ulama berbeda pendapat, ada yang membolehkan dan ada yang melarang. Asy-Syatibi menyebutkan enam alasan mengapa hiyal asysyar`iyah dilarang : 1. Tujuan pelaku hilah bertentangan dengan tujuan Syari` (Allah SWT dan Rasulullah SAW) ; 2. Akibat perbuatan hilah membawa kepada kemafsadatan yang dilarang agama. Contohnya dengan adanya hibah yang direkayasa, kewajiban zakat menjadi hilang ; 3. Dalam akad yang melaksanakan suatu perbuatan berdasarkan hilah, kehendak untuk melakukan akad itu sesungguhnya tidak ada, sehingga unsur kerelaan dalam akad yang dilakukan sebenarnya tidak ada ; Makalah Rakernas MARI 2011 3

4 4. Hilah itu batal karena syaratnya bertentangan dengan kehendak akad ; 5. Hilah merupakan pembatalan terhadap hukum, sebab hilah dilakukan dengan meninggalkan atau menambah syarat yang menyalahi ketentuan syariat. Contoh hilah untuk menghindari zakat, nisab merupakan sebab wajibnya zakat. Dengan hibah sebagai hilah, syarat wajib itu menjadi hilang. 6. Hilah haram berdasarkan teori istiqra (induksi dari berbagai dalil). Dalildalil tersebut di antaranya adalah ayat-ayat al-quran menceritakan tentang orang munafiq yang tidak ikhlas beramal. Hilah dilakukan karena menghindari suatu kewajiban, dan ini perilaku yang tidak ikhlas beramal. Hiyal Asy-Syar`iyah Dalam Praktik Hibah dan Wasiat Hiyal asy-syar`iyah terjadi dalam pratik hibah dan wasiat, salah satunya ialah adanya keinginan pemberi hibah (wahib) atau pembuat wasiat (washi) untuk memberikan hartanya kepada penerima hibah atau wasiat dalam jumlah yang diinginkannya guna menghindari ketentuan hukum lain yang membatasi jumlah harta yang boleh diterima oleh penerima hibah atau wasiat. Contoh konkrit dari kasus seperti ini adalah seperti yang pernah diajukan oleh Munawir Syadzali, Majid Khadduri, Muhammad Said al-asmawi, dan Qodri Azizy. Keempat tokoh ini menjelaskan tentang kebiasaan banyak orang Islam melakukan hibah atau wasiat untuk anak-anak mereka dengan menyamaratakan bagian atau porsi antara anak laki-laki dengan anak perempuan, guna menghindari secara implisit hukum faraidh (hukum kewarisan Islam) yang menentukan porsi anak laki-laki dengan anak perempuan secara berbeda, yaitu anak laki-laki Makalah Rakernas MARI 2011 4

5 mendapat porsi dua kali dari porsi anak perempuan yang sering dipopulerkan orang dengan istilah porsi dua banding satu, sesuai dengan petunjuk al-quran surah an-nisa ayat 11. Di Indonesia, ketentuan porsi dua banding satu dicantumkan dalam Pasal 176 Kompilasi Hukum Islam (KHI). Hilah melalui hibah dengan tujuan agar para ahli waris mendapatkan pembagian harta waris secara merata ini bukan saja banyak terjadi di Indonesia, tetapi juga di negeri-negeri berpenduduk Islam lainnya. Muhammad Said al-asmawi (2005 : 85) mengungkapkan hal ini, dan praktik hilah seperti ini ketika sampai di Pengadilan akan menimbulkan banyak kesulitan. Muhammad Amin al-asmawi memberi saran bagi orang tua yang ingin memberikan hak secara merata bagi anak-anaknya menggunakan institusi wakaf ahli (wakaf keluarga). Melalui wakaf harta asal tidak boleh dialihkan kepemilikannya, tetapi hasilnya dinikmati secara merata oleh seluruh para ahli waris. Menurut Munawir Syadzali (Ikaha, 1987 : 87) tindakan melakukan hibah dengan cara membagikan sebagian besar harta kekayaan kepada anak-anak secara sama rata tanpa memandang perbedaan kelamin dilakukan oleh banyak ulama. Harta yang tertinggal hanya sebagian kecil, sehingga kalau ulama tersebut meninggal maka yang dibagi secara faraidh hanya tinggal sedikit yang secara kuantitas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dalam pandangan Munawir, kalau porsi dua banding satu itu secara sosiologis telah memenuhi rasa keadilan, tidak mungkin para ulama itu melakukan kebijaksanaan pre-emptive (mendahului) dengan melakukan hibah tersebut. Ketika asumsi ini ditanyakan Munawir kepada salah seorang ulama terkenal yang melakukan hibah tersebut, sang ulama tidak menjawab dan hanya mengangguk. Makalah Rakernas MARI 2011 5

6 Dalam tulisannya yang lain, Munawir (Iqbal Abdurrauf Saimima, 1988 : 3) berpendapat perbuatan hibah seperti ini merupakan penyimpangan tidak langsung dari ketentuan Qur`ani. Memang betul melakukan hibah juga merupakan ajaran agama, tetapi melakukan hibah dengan semangat demikian (agar anak laki-laki dan anak perempuan mendapat porsi yang sama) itu apakah sudah benar menurut jiwa agama, atau bukankah hal tersebut merupakan hilah atau bermain-main dengan agama? Majid Khadduri (1999 : 224) ketika menguraikan perbedaan antara keadilan substantif dan keadilan prosedural, menilai pebuatan hilah dalam bentuk hibah karena ingin memberikan harta dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibolehkan dalam hukum kewarisan (faraidh) bukanlah perbuatan ilegal. Hilah seperti ini adalah legal fiction atau fiksi hukum yang bijak yang sebenarnya merupakan subordinasi keadilan substantif. Atas dasar pemikiran seperti inilah menurut Khadduri para ulama dalam mazhab Hanafi membolehkan pemakaian hilah dalam kerangka fiksi hukum yang bijak (wisdom legal fiction), bukan hilah dalam menghindari kewajiban-kewajiban agama yang absolut keadilannya. Besar kemungkinan atas dasar pemikiran seperti di atas itulah Munawir Syadzali menganggap bahwa kesenjangan antara ketentuan-ketentuan Faraidh dan pelaksanaannya oleh sementara masyarakat Islam itu tidak selalu disebabkan oleh tipisnya kadar keislaman, tetapi lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor lain yang sehat seperti rasa keadilan pancaran dari hati nurani. Menurut A. Qodri Azizy (2002 : 197) penggunaan institusi hibah dalam pembagian harta warisan merupakan hal yang cukup banyak dilakukan oleh masyarakat Islam di Indonesia. Hanya bedanya, bila Munawir Syadzali, Muhammad Makalah Rakernas MARI 2011 6

7 Said al-asmawi dan Majid Khadduri memposisikan hibah tersebut sebagai hiyal asy-syar`iyah, Qodri Azizy menganggapnya sebagai bagian dari praktik al-ahkam alwijdaniyah sebagaimana yang diperkenalkan oleh Muhammad Salam Madkur. Alahkam al-wijdaniyah adalah hukum berdasarkan perasaan hati, yang berpegang kepada asas saling merelakan (`an taradhin) antara sesama ahli waris sehingga para ahli waris tidak perlu ke pengadilan. Hiyal asy-syar`iyah Sebagai Alasan Pembatalan Hibah dan Wasiat Tidak selamanya hiyal asy-syar`iyah menjadi ahkam al-wijdaniyah seperti yang disebut oleh Qodri Azizy. Ketika salah seorang atau beberapa ahli waris tidak memberikan kesepakatan, asas `an taradhin tidak terpenuhi dan hiyal asy-syar`iyah akan menjadi masalah hukum. Apa yang harus dilakukan oleh seorang hakim Peradilan Agama ketika ada gugatan pembatalan hibah atau wasiat dengan alasan hibah atau wasiat tersebut adalah hilah untuk menghindari Hukum Kewarisan Islam? Secara normatif yuridis Pasal 211 KHI menyatakan hibah dari orang tua kepada anaknya dapat diperhitungkan sebagai warisan. Pasal 714 KHES (Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah) melengkapi Pasal 211 KHI ini dengan klausul limitatif bahwa hibah orang tua kepada anak diperhitungkan sebagai warisan apabila hibah tersebut tidak disepakati oleh ahli waris lainnya. Ada dua hal perbaikan penting yang dilakukan oleh Pasal 714 KHES terhadap Pasal 211 KHI. Pertama, KHES menghilangkan kata dapat yang tercantum dalam Pasal 211 KHI, dan kedua, KHES mencantumkan frasa apabila hibah tersebut tidak disepakati oleh ahli waris lainnya. Perbaikan pertama merubah sifat fakultatif menjadi imperatif, sedang Makalah Rakernas MARI 2011 7

8 perbaikan kedua merubah sifat umum menjadi limitatif, dalam arti hibah yang dianggap warisan itu adalah hibah yang tidak disepakati oleh seluruh ahli waris. Pembatasan-pembatasan ini tidak terdapat pada Pasal 211 KHI. Melalui sifat imperatif dan limitatif Pasal 714 KHES ini gugatan pembatalan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap hibah orang tua kepada anak menjadi potensial untuk dikabulkan. Apalagi secara fiqhiyah berdasarkan kriteria Ibnu al- Qayyim al-jauziyah di atas, hibah ini termasuk hilah dalam bentuk melakukan suatu perbuatan yang dibolehkan tetapi bertujuan untuk menghindari berlakunya hukum syara yang lain, dan karena itu dilarang. Hal yang sama juga berlaku terhadap wasiat yang diatur dalam Pasal 195 ayat (3) KHI. Pasal ini menyatakan wasiat kepada ahli waris hanya berlaku bila disetujui oleh semua ahli waris. Kata hanya dalam pasal ini menjadikan persetujuan semua ahli waris sebagai klausul limitatif, sehingga bila ada satu saja ahli waris yang tidak sepakat, wasiat berpotensi kuat untuk dibatalkan. Akan tetapi dalam kajian hukum progresif yang mengutamakan tegaknya keadilan substansif, masalah ini tidak sesederhana ketentuan normatif yuridis di atas. Pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman mewajibkan hakim menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Pasal 229 KHI juga mewajibkan hakim agar dengan sungguh-sungguh memperhatikan nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat agar putusannya sesuai dengan rasa keadilan. Kedua pasal ini mengajak hakim mengikuti nilai-nilai hukum yang hidup, yang oleh Uegen Ehrlich (1962 : 493) diistilahkan dengan living law yang keberlakuannya secara individual Makalah Rakernas MARI 2011 8

9 berdasarkan inner voice (suara batin, perasaan moral, rasa kebenaran) seperti yang diutarakan Lawrence M. Friedman (1975 : 111). Keinginan untuk memberikan kasih sayang dan memberikan harta secara sama rata kepada anak tanpa memandang jenis kelamin adalah inner voice (the conscience, moral feelings, the desire to obey, the sense og right) setiap orang tua pada zaman ini, atau menurut Munawir Syadzali merupakan rasa keadilan pancaran hati nurani. Keinginan ini sesungguhnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Karena itulah Majid Khadduri beranggapan hibah kepada anak agar anak mendapat harta kekayaan secara merata tanpa memandang kelamin adalah hilah yang bijak (wisdom legal fiction) dan merupakan subordinasi dari keadilan substantif. Jakarta, 09 Agustus 2011 Bahan Bacaan Abdul Aziz Dahlan, (et al). 2000. Ensiklopedi Hukum Islam, Volume II, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve. A. Qodri Azizy, 2002. Eklektisisme Hukum Nasional, Yogyakarta : Gama Media. Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Makalah Rakernas MARI 2011 9

10 Ehrlich, Eugen, 1962. Fundamental Principles of The Sociology of Law, New York : Russell & Russell Inc. Friedman, Lawrence M., 1975. The Legal System, A Social Science Perspective, New York : Russell Sage Foundation. Ikatan Hakim Agama (IKAHA), 1987. Peranan Hakim Agama Dalam Pembinaan Hukum Nasional, Makalah Seminar, Malang. Iqbal Abdurrauf Saimima, 1988. Polemik Reaktualisasi Ajaran Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas. Majid Khadduri, 1999. Teologi Keadilan Perspektif Islam, Penerjemah : Mochtar Zoerni dan Joko S. Kahhar, Surabaya : Risalah Gusti. Muhammad Said al-asmawi, 2005. Problematika & Penerapan Syariat Islam Dalam Undang-Undang, Penerjemah : Saiful Ibad, Jakarta : Gaung Persada Press. Muhammad Salam Madkur, 1964. Al-Qadha fi Al-Islam, Kairo : Dar al-nahdhah al-arabiyah. Makalah Rakernas MARI 2011 10