BAB 5 Konsep Perancangan 5.1 Konsep Perancangan Pusat Pengolahan Salak Pondoh Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Sosial-Ekonomi Petani Salak Sleman merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini merupakan kabupaten yang sangat berkembang di bidang agro, terutama salak pondoh. Agro salak pondoh sempat populer dan dapat mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi petani pada tahun 1980-an. Namun hal tersebut berubah saat warga Sleman mulai menjual tanaman salak pondoh ke berbagai tempat. Dengan adanya perkebunan salak pondoh yang begitu besar mengakibatkan harga salak pondoh turun karena itulah petani mengalami penurunan keuntungan yang cukup besar saat panen besar tiba. Diagram 5.1 : Diagram konsep makro Di Sleman salak sudah diolah menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi, namun pengolahan salak tersebut masih terbilang merupakan pengolahan rumah tangga yang tidak setiap saat dapat berproduksi. Dari salah satu pengolahan salak menyatakan sebenarnya ada permintaan untuk produk olahan salak, namun belum dapat memnuhinya karena keterbatasan mesin produksi. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya adanya potensi yang dapat dikembangkan. 76
Gambar 5.1 : Persebaran salak dan gambaran pengaruh pusat pengolahan terhadap hasil pertanian sekitar Dengan adanya Pusat Pengolahan Salak ini diharapkan hasil panen salak dari petani dapat terjual dengan harga yang lebih tinggi. Karena setiap harinya pengolahan ini akan membutuhkan salak minimal 2 ton. 5.2 Konsep Perancangan Pusat Pengolahan Salak Pondoh Terhadap Pengembangan Agrowisata Salak Pondoh Turi, Sleman Diagram 5.2 : Diagram konsep messo 77
Site merupakan agrowisata yang telah dibangun oleh Pemerintah Sleman dimana agrowisata ini sangat terlantar karena tidak adanya pengunjung seehingga banyak bangunan dan fasilitas yang telah rusak dan tidak terawat. Dengan adanya kegiatan baru berupa kegiatan produksi diharapkan maka kawasan tersebut dapat tetap terjaga karena kawasan tersebut mendapatkan pendapatan dari sektor lain selain sektor pariwisata. Bagan 5.3: Penambahan fasilitas yang ditawarkan 5.3 Konsep Perancangan Konsep Perancangan Kontekstual Lingkungan Bagan 5.4 : Konsep Perancangan Kontekstual Lingkungan 78
5.3.1.1 Konsep Design Embung Embung dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat lebih alami dan dapat menyatu dengan lingkungan site yang masih alami. hal ini dengan cara mengubah bentuk embung dengan lebih organik dan dibuat lebih landai agar pengunjung juga dapat merasakan interaksi langsung dengan lebih aman. Gambar 5.2 : Design kolam buatan dengan kesan alami sumber : http://www.petesims.co.uk/content/wp-content/uploads/12-large-naturalpond-wide_1-867x491.jpg sumber : http://www.naturalwaterscapes.com/images/pond/construction/large_natural_pond.j pg Menggunakan vegetasi yang dapat bertahan saat terendam air tawar dan dapat dirawat dengan lebih mudah. Contohnya melati air, bambu air, dan alang-alang air. Gambar 5.3 : Tumbuhan yang dapat berada di dalam air ataupun diluar air sumber : http://1.bp.blogspot.com/ 79
5.3.1.2 Mempertahankan pohon yang berada pada site Pada bagian tanah miring diberikan perkerasan tetapi tetapi pada permukaan tanahnya tetap dapat menyerap air Dan tetap mempertahankan pohon yang berada di kawasan tersebut. Gambar 5.4 : Contoh perkerasan permukaan tanah tetapi tetap mempertahankan pohon yang berada di area tersebut sumber : http://vi.sualize.us/mias_arquitectes_urban_landscape_walkability_public_space_stre et_design_picture_3kpj.html sumber : http://svc048.wic019v.server-web.com/sharksinfo/images/featureopenspace.png 5.3.1.3 Konsep Konservasi Bangunan Gambar 5.5 : Existing Bangunan pada Site sumber : hasil survei 01/10/2014 80
Dalam konsep ini bangunan yang akan didemolis adalah loket, toko, ruang ganti, toilet, dan gazebo. Sedangkan yang dipertahankan adalah bangunan pendopo. Bangunan pendopo dipertahankan keseluruhannya. Pembagian Zonasi Gambar 5.6 : Existing Bangunan yang Dipertahankan sumber : pemikiran penulis, 2014 Area akan dibagi dalam 4 area utama, yaitu: Area Administrasi wisata, dimana didalamnya terdapat parkir pengunjung, education hall, showroom produk, parkir pengunjung, dan reseptionis untuk wisata. Area Pabrik, dimana didalamnya terdapat kantor, area produksi, area penunjang untuk pekerja. Area Restauran dan Rekreasi, dimana didalamnya terdapat restauran dan area rekreasi air. Area Perkebunan, dimana didalamnya terdapat perkebunan berbagai jenis salak yang dapat tumbuh di Sleman. Dari analisis dapat diketahui bahwa tidak semua bagian site dapat dipergunakan sebagai lahan industri, karena itu area pabrik akan diletakkan pada bagian barat site. 81
Pembagian Masa Bangunan Gambar 5.7 : Pembagian Area dalam Site sumber : pemikiran penulis 2014 Gambar 5.8 : Alternatif Pembagian Fungsi Bangunan (dari kiri: alternatif 1, alternatif 2, alternatif 3) Pada alternatif 1 Bangunan untuk fasilitas karyawan dan kantor dijadikan satu. Hal ini memungkinkan fasilitas untuk karyawan dan untuk 82
pekerja dijadikan sehingga lebih menghemat area yang digunakan. Selain itu utilitas bangunan menjadi lebih sederhana dan mudah. Pada altenatif 2 Bangunan kantor diletakkan paling depan dan terpisah dari fasilitas pakerja dengan bangunan produksi diantara bangunan kantor dan fasilitas pekerja. Dengan penataan yang demikian memungkinkan tamu kantor akan lebih mudah masuk ke dalam kantor. Pada alternatif 3 Bangunan kantor dan fasilitas pekerja tidak menjadi satu tetapi berada di area yang sama. Dengan penataan yang demikian area parkir untuk pekerja dan pegawai dijadikan satu. Masa Bangunan 5.3.1.4 Pabrik Pada bangunan pabrik secara sederhana digambarkan seperti pada gambar di bawah. Gambar 5.9 : Masa bangunan pabrik secara sederhana Gambar 5.10 : Alternatif 1 masa bangunan 83
Pada alternatif 1 masa bangunan dibagi sehingga bangunan memiliki ukuran masa bangunan yang lebih kecil. Dengan pemisahan masa memungkinkan pemasukan sinar matahari dan udara dengan lebih baik karena kulit bangunan menjadi lebih luas. Gambar 5.11 : Alternatif 2 masa bangunan Pada alternatif 2 memungkinkan lebih mempermudah proses produksi karena bahan mentah yang masuk dan barang jadi yang keluar berada di satu sisi yang sama. Hal ini memungkinkan untuk tempat drop off bahan mentah dan pengangkutan barang jadi berada di satu sisi yang sama. Gambar 5.12 : Alternatif 3 masa bangunan Pada alternatif 3 memungkinkan pencahayaan dan udara lebih banyak masuk kedalam. Secara sistem produksi hampir sama dengan alternatif 2 namun memiliki keunggulan pada higienitas karena pencucian, produksi, dan pengemasan terpisah. 84
Bentuk Bangunan 5.3.1.5 Restauran Pada area yang akan dibangun telah ada bangunan existing yang sudah rusak dan tidak dapat dipertahankan. Agar mempertahankan ciri khas dari bangunan sebelumnya maka pada bangunan restauran menggunakan bentuk dasar pada bangunan existing bangunan lama. Gambar 5.13 : Konsep bentuk pada restoran 5.3.1.6 Administrasi Bentuk bangunan memanjang kearah barat-timur, dengan bentuk yang memanjang ke barat-timur hal ini memungkinkan bukaan bangunan dapat lebih banyak, karena sisi yang luas berada di selatan dan utara. Entrance Entrance untuk pengunjung dan pegawai dibedakan agar keamanan pengunjung dan kelancaran kerja dalam area pabrik dapat terjamin. Entrance pengunjung pada jalan utama sedangkan entrance untuk pabrik pada jalan alternatif. 85
Gambar 5.14 : Konsep entrance pada bangunan Dengan adanya entrance pada jalan alternatif maka jalan yang berada pada bagian barat site harus diberi perkerasan dan perlebaran jalan minimal 7 m. Sirkulasi kendaraan Gambar 5.15 : Konsep sirkulasi kendaraan alternatif 1 Gambar 5.16 : Konsep sirkulasi kendaraan alternatif 2 Gambar 5.17 : Konsep sirkulasi kendaraan alternatif 3 86
Struktur Bangunan 5.3.1.7 Bangunan Produksi (pabrik) Bangunan produksi memerlukan ruang dimana didalamnya tidak terdapat penghalang baik itu dinding ataupun kolom. Dengan demikian maka bangunan produksi memerlukan bangunan dengan struktur bentang lebar. Untuk struktur bentang panjang dapat menggunakan struktur bidang ataupun struktur ruang. Struktur bidang dapat diinstal dengan lebih mudah namun bentuk atap tidak dapat fleksible. Sedangkan pada sistem struktur ruang saat menginstal dibutuhkan ahli karena sudut yang sangat rumit dan memiliki keunggulan dalam bentuk karena lebih flexible. 5.3.1.8 Bangunan pada Area Restauran dan Rekreasi Bangunan yang berada di atas embung menggunakan struktur beton bertulang pada bagian yang berada dalam air. Sedangkan pada badan bangunan menggunakan struktur bambu. Bambu dipilih karena harganya yang murah. Bangunan ini nantinya akan berada di atas air sehingga kemungkinan terjadi kerusakan sangat besar. Dengan menggunakan bambu yang memiliki harga yang tidak terlalu mahal sehingga jika terjadi kerugian tidak akan terlalu merugikan. Walaupun untuk mengurangi kerusakan bambu dilapisi pernis khusus bambu dengan warna transparan agar warna alami bambu tidak hilang. 5.3.1.9 Bangunan Pendukung Bangunan pendukung seperti kantor, bangunan pegawai, dan mushola menggunakan struktur beton bertulang sederhana. Bangunan 87
pendukung tidak memerlukan struktur rumit karena bentang yang tidak terlampau lebar dan bentuk yang tidak rumit. Utilitas Bangunan 5.3.1.10 Air Bersih Air bersih terdiri dari air tanah, air permukaan atau dalam site ini berasal dari embung, dan air hujan. Untuk air tanah digunakan untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan produksi, sedangkan air hujan digunkan untuk menyiram vegetasi dalam site, sedangkan air embung digunakan untuk kebutuhan perkebunan. Bagan 5.5 : Penggunaan air bersih Sistem air bersih yang digunakan sistem downfeed sistem. Pada sistem ini air tanah dipompakan ke ground tank dengan selanjutnya air yang telah berada di groundtank dipompakan ke menara air. Dengan menggunakan groundtank memungkinkan kerja pompa tidak terlalu berat dan tidak membutuhkan pompa dengan ukuran besar. Selain itu dengan sistem ini memungkinkan akan lebih menghemat penggunaan listrik untuk pompa air dan memungkinkan tetap adanya ketersediaan air saat terjadi pemadaman listrik. 88
Gambar 5.18 : Sistem air bersih 5.3.1.11 Limbah Limbah cair terdiri dari limbah air dan limbah minyak. Limbah minyak dihasilkan dari proses produksi. Sedangkan limbah air yang terdiri dari air hitam dan abu-abu berasal dari toilet, mushola, dan limbah produksi. Air abu-abu digunakan untuk menyiram tanaman detelah sebelumnya diolah terlebih dahulu. Untuk air hitam yang berasal dari toilet mrnggunakan cara konvesional dengan septictank dan sumur resapan. Bagan 5.6 : Konsep pengolahan limbah 89
5.3.1.12 Listrik Penggunaan listrik berasal dari PLN dan Genset. Genset akan secara otomatis menyala saat terjadi pemadaman listrik. Untuk Genset hanya dialirkan pada hal-hal yang penting, seperti penerangan, listrik untuk jaringan komputer pada kantor, dan penghawaan pabrik. Bagan 5.7 : Jaringan listrik 5.3.1.13 Penghawaan Bagan 5.8 : Sistem penghawaan 5.3.1.14 Fire Protection Fire protection dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tindakan preventif atau pencegahan dan tindakan represif. Secara preventif dapat dilakukan dengan CCTV dan penggunaan material bangunan. Sedangkan secara represif dengan cara menyediakan fire extinguisher, fire alarm system, heat detector, smoke detector, fire detector, sprinkler, dan hydrant. Bagan 5.9 : Sistem fire protection 90
5.3.1.15 Pencahayaan Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Karena bangunan industri maka bangunan memiliki ruang dalam dengan ceilling yang cukup tinggi. Dengan ceilling yang cukup tinggi maka pada pencahayaan buatan digunakan lampu yang ditaruh pada penggantung sehingga meja kerja mendapatkan pencahayaan yang cukup tanpa memerlukan banyak lampu. Bagan 5.10 : Sistem pencahayaan 91
Gambar 5.19: Contoh pemasukan cahaya alami dengan skylight sumber : http://www.maximskylights.com, 12/03/2015,13:32 Tanggap Kawasan Bencana Merapi 5.3.1.16 Jalur Evakuasi Saat terjadi bencana dan dilakukan evakuasi hal yang perlu dilakuakn adalah memastikan bahwa semua orang telah keluar dari bangunan. Karena iu diperlukan titik kumpul yang tepat agar dapat diketahui semua telah keluar atau belum. Jalur evakuasi tidak harus menggunakan jalur tersendiri. Jalur evakuasi bisa berupa lorong atau selasar (di dalam bangunan) dan jalur sirkulasi kendaraan (di luar bangunan) dengan titik berkumpul di daerah terbuka yang cukup luas. Gambar 5.20 : Konsep titik kumpul evakuasi alternatif 1 92
Gambar 5.21 : Konsep titik kumpul evakuasi alternatif 2 Gambar 5.22 : Konsep titik kumpul evakuasi alternatif 3 5.3.1.17 Bangunan Bangunan rentan terhadap abu vulkanik karena abu vulkanik dapat membebani struktur bangunan dan bersifat porosif (merusak). Karena itulah abu vulkanik tidak boleh terlalu lama menempel pada bangunan. Agar abu vulkanik tidak terlalu lama menempel pada bangunan maka pada bangunan atap dibuat miring dan memperlebar tritisan pada bangunan agar debu tidak mudah masuk. 5.3.1.18 Penggunaan Material Penggunaan material bangunan juga sangat berpengaruh terhadap penumpukan abu vulkanik pada bangunan. Usahakan menggunakan material atap yang tidak berpori (halus). 93
Tata Lansekap Tata landsekap menggunakan material alami yang berasal dari alam sehingga dapat tercipta lingkungan yang terkesan alami. 5.3.1.19 Walk Path Walk path menggunakan material alami sehingga dapat menyatu dengan lingkungan yang masih alami. Perkerasan pada walk path dengan perkerasan untuk area lain dibuat berbeda dengan pembeda material dan pembeda warna. Hal ini untuk memudahkan pengunjung. Gambar 5.23 : contoh perkerasan walkpath dengan material alami sumber : http://forum.geomancy.net/upload/pebble%20walk2.jpg Gambar 5.24 : contoh walkpath sumber : http://farm2.static.flickr.com/1198/5111416594_283f876ffa_b.jpg 94
5.3.1.20 Parkir Pada parkir diberikan perindang dan jalan untuk pejalan kaki yang turun dari mobil. Gambar 5.25 :Contoh parkir sumber : http://www.build-on-prince.com/parking-lot-design.html sumber : www.gettysburgdaily.com 95