Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH DI DATARAN MEDIUM KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU PENDAHULUAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2017 di Lahan Fakultas

Bawang merah (Allium ascalonicum) mempunyai prospek

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura termasuk komoditas sayuran

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENYIAPAN BENIH. : Pengenalan Varietas Bawang Putih

Karakteristik Sistem Usahatani Bawang Merah Dan Potensi Sebagai Penyangga Supplay Di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

Suplemen Majalah SAINS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

Peluang Pengembangan Bawang Merah di Lahan Pasir Pantai Daerah Istimewa Yogyakarta

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Tata Letak Penelitian. Blok II TS 3 TS 1 TS 3 TS 2 TS 1

TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH. S u w a n d i

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MENGKAJI HASIL DAUN BAWANG MERAH PADA JARAK TANAM BERBEDA.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

LAMPIRAN. Lampiran 1. Denah Penelitian. Keterangan: A, B, C, D, E, F, G = Perlakuan penelitian 1, 2, 3 = Ulangan perlakuan

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Sumber : Nurman S.P. (

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

TATA CARA PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

Penerapan Inovasi Teknologi Beberapa Varietas Bawang Merah di Daerah Dataran Rendah Sulawesi Barat

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAB III. METODE PELAKSANAAN. Tlasih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dengan ketinggian 600

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

Teknik Budidaya Bawang Merah Ramah Lingkungan Input Rendah Berbasis Teknologi Mikrobia PGPR

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

TINJAUAN PUSTAKA Padi Gogo

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Penerapan Good Agricultural Practices (GAP) Produksi Benih Jagung Hibrida

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam jenis tanaman sayuran,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Blok I Blok II Blok III 30 cm

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

Transkripsi:

PENGARUH UMUR SIMPAN BIBIT BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP DAN RUBARU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Yuti Giamerti dan Tian Mulyaqin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM.01 Ciruas Serang-Banten Telp.0254-281055, email: yuti.giamerti@yahoo.com ABSTRAK Umbi bawang merah yang memiliki daya tumbuh adalah bibit yang telah disimpan selama 3-4 bulan (12-16 minggu). Kondisi iklim yang tidak menentu dan permasalahan harga bawang yang fluktuatif menyebabkan petani lebih memilih menjual untuk konsumsi dibandingkan sebagai benih. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan benih bawang merah menjadi langka sehingga petani bawang menggunakan benih yang umur simpannya kurang dari 3 bulan (12 minggu) yang berakibat produktivitas lebih rendah. Tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan bibit umbi bawang merah terhadap pertumbuhan bawang merah varietas Super Philip dan Rubaru. Kajian dilakukan dengan perlakuan lama simpan 7 minggu dan 10 minggu. Data dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil kajian menunjukkan : 1) Penyimpanan bibit selama 10 minggu persentase daya tumbuhnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada penyimpanan bibit selama 7 minggu dan varietas rubaru memiliki daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Super Philip, 2) Penyimpanan bibit selama 10 minggu menunjukkan pertumbuhan tanaman yang kurang optimal jika dibandingkan dengan penyimpanan bibit selama 7 minggu karena pengaruh kurangnya ketersedian air, 3) Varietas Rubaru memiliki daya adaptasi yang lebih bagus di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Kata Kunci: Bawang Merah, Bibit, Varietas PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan komoditas hortikultura penting dengan nilai ekonomi tinggi baik ditingkat petani, masyarakat maupun negara. Bawang merah juga merupakan sayuran unggulan nasional yang perlu dibudidayakan dengan intensif. Kontribusi tingkat nasional cukup tinggi yaitu 2,7 triliun/tahun dengan potensi pengembangan areal 90.000 ha. Provinsi penghasil utama (> 1.000 ha) yaitu Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat. Kontribusi 9 Provinsi tersebut terhadap produksi bawang nasional yaitu 95,8% dan Jawa 75%. Adapun kebutuhan bawang merah perkapita 4,56 kg/th atau 0,38 kg/bulan dan menjelang hari raya keagamaan meningkat 10-20%. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 1

Kebutuhan konsumsi bawang merah nasional (asumsi 80% penduduk mengkonsumsi bawang merah) yaitu 816.960 ton, dan lainnya 122.544 ton, sehingga total kebutuhan 1 tahun sekitar 939.504 ton atau rata-rata 78.292 ton/bulan (Baswarsiati dkk, 2012). Produktivitas bawang merah pada tahun 2009 sebesar 9,38 ton/ha dan tahun 2010 sebesar 9,37 ton/ha (BPS, 2011). Produktivitas bawang merah di Provinsi Banten pada tahun 2009 sebesar 7,859 ton/ha menurun pada tahun 2010 yaitu sekitas 5,084 ton/ha. Penurunan produktivitas ini disebabkan penurunan luas tanam, menurut BPS Provinsi Banten, 2011 menurun dari 85 ha pada tahun 2009 menjadi 69 ha pada tahun 2010, disamping itu biaya usaha tani yang digunakan semakin tinggi sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat efisiensi usahatani. Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul, perlu dipenuhi persyaratan tumbuh dan teknik budidaya yang baik. Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m dpl (Sutarja dan Grubben, 1995). Namun demikian, tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umurnya lebih panjang 0,5 1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah. Kementerian Pertanian sudah melepas varietas unggul baru bawang merah Varietas Rubaru dengan SK Mentan No. 2525/Kpts/SR.120/5/2011. Deskripsi Varietas Rubaru adalah bentuk umbi bulat lonjong, warna umbi merah muda, berat umbi 8-10 gram, jumlah umbi per rumpun 5-8 umbi, hasil umbi kering 14-17 ton/ha, daya simpan pada suhu 23-30 0 C adalah 4-5 bulan setelah panen. Sedangkan Varietas Super Philip telah dilepas tahun 2000 (SK Mentan No. 66/Kpts/TP.240/2/2000) yang memiliki deskripsi bentuk umbi bulat, warna umbi merah keunguan, berat umbi 6-10 gram, produksi umbi kering 17,60 t/ha. Dalam usaha budidaya tanaman, bawang merah perlu diperhatikan penyiapan lahan, pemeliharaan, panen dan pascapanen. Pada kegiatan panen dan pascapanen yang harus diperhatikan adalah penentuan saat panen, pengeringan, penyimpanan, sortasi dan grading harus memenuhi persyaratan agar tidak rusak (Baswarsiati dkk, 2012). Untuk melindungi umbi bawang merah dari serangan jamur, maka sebelum disimpan dikeringkan lebih dahulu dengan tujuan melayukan, menghilangkan tanah agar penyakit tidak berkembang, sehingga karakteristik yang baik dapat diperoleh. Pengeringan dilakukan dengan penjemuran di bawah sinar matahari. Selama penyimpanan bawang merah akan mengalami perubahan fisik, kimia dan organoleptik, karena masih melakukan respirasi. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 2

Bawang merah dapat diperbanyak dengan menggunakan umbi dan biji, tetapi kebanyakan petani lebih memilih menggunakan umbi. Umbi bawang merah yang akan digunakan untuk bibit sebaiknya telah disimpan selama 3-4 bulan (12-16 minggu) agar tahan terhadap serangan penyakit dan daya tumbuh yang tinggi (Rismunandar, 1989). Kondisi iklim yang seragam tidak menentu dan pasar bawang yang fluktuatif yang menyebabkan petani lebih memilih menjual bawang merah segar dibandingkan dijual sebagai benih. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan benih bawang merah menjadi langka sehingga berdampak pada petani bawang menggunakan benih yang umur simpannya kurang dari 3 bulan (12 minggu). Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh umur simpan bibit bawang merah terhadap pertumbuhan bawang merah varietas Super Philip dan Rubaru. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2013 di Desa Sangiang dan Desa Gempolsari, Kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Benih Varietas Rubaru dan Super Philip didapatkan dari UPBS BPTP Jawa Timur pada umur simpan 40 hari (6 minggu). Kemudian di simpan di petani Desa sangiang selama 1 minggu dan di simpan di petani Desa Gempolsari selama 3 minggu. Lokasi penanaman sesuai denangan lokasi penyimpanan benih dan masing-masing lokasi ditanam pada lahan seluas 1000 m 2. Pengolahan tanah dilakukan 4 minggu sebelum tanam dengan cara membuat parit sedalam 50 cm, tanah galian dihamparkan diatas bedengan, lebar bedengan 1 m. setelah dibiarkan terjemur selama 2 minggu tanah di cangkul, diratakan dan digemburkan. Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan tanam yaitu pupuk SP-36 300 kg/ha, KCl 200 kg/ha dan pupuk kompos 5 ton/ha. Pupuk susulan yaitu pupuk ZA 90 kg/ha dan Urea 125 kg/ha diberikan dua kali yaitu pada umur 14 HST dan 28 HST. Jarak tanam yang digunakan 20 cm x 15 cm. Selama pemeliharaan tanaman bawang dilakukan penyiangan dan pengendalian hama penyakit. Data dianalisis secara deskriptif yaitu membandingkan langsung setiap perlakuan dengan parameter yang diamati adalah daya tumbuh, tinggi tanaman tiap 8 hari, jumlah daun tanaman bawang merah 8 hari dan produktivitas. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Tangerang menjadi target rencana Dinas Pertanian Kabupaten Tangerang untuk menjadi sentra produksi bawang merah agar pemenuhan kebutuhan bawang merah di Kabupaten Tangerang tidak perlu mendatangkan dari luar yang selama ini lebih banyak di pasok dari Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan varietas Super Philip dan Rubaru diharapkan dapat memenuhi permintaan petani pada saat varietas Bima yang biasa ditanam oleh petani tidak tersedia, karena kedua varietas tersebut memiliki produktivitas yang tinggi dan sesuai dengan ketinggian lahan dimana varietas Rubaru dan Super Philip beradaptasi baik di dataran rendah sampai medium yaitu 10 500 m dpl. Umbi bawang merah sebagai bahan tanam minimal telah disimpan selama 2 bulan, dengan lama simpan terbaik adalah 6-8 bulan. Waktu penyimpanan yang kurang atau melebihi lama simpan terbaik akan mempengaruhi viabilitas dan vigor bibit. Viabilitas benih/bibit merupakan kemampuan benih hidup, tumbuh dan berkembang (Justice dan Bass, 2002). Viabilitas benih/bibit atau daya hidup benih dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya berkecambah dan kekuatan tumbuh. Hal ini dapat ditunjukkan melalui gejala-gejala ablelism benih atau gejala pertumbuhan. Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Daya tumbuh varietas Super Philip pada penyimpanan 7 minggu sebesar 75% dan penyimpanan 10 minggu sebesar 95%, sedangkan varietas rubaru pada penyimpanan 7 minggu menunjukkan daya tumbuh 80% dan pada penyimpanan 10 minggu sebesar 95%. Benih mengalami proses pengolahan. Selama proses tersebut, benih mengalami proses simpan sementara meskipun dalam waktu pendek tetapi kritis bagi viabilitas benih. Daya tumbuh varietas Super Philip dan Rubaru pada penyimpanan 10 minggu lebih tinggi dibandingkan dengan peyimpanan 7 minggu. Hal ini disebabkan bawang merah yang baru dipanen mengandung kadar air yang cukup tinggi, sehingga disimpan agar kadar airnya menurun dan selama penyimpanan umbi-umbi terseleksi. Umbi bawang merah yang belum matang atau belum terbentuk sempurna akan rusak akibatnya makin lama disimpan benih bawang merah akan makin susut. Masa hidup benih sangat dipengaruhi oleh kadar air dan suhu Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 4

penyimpanan. Sehingga untuk mencapai masa penyimpanan yang optimum, kedua kondisi tersebut perlu dikendalikan (Sadjad,1989). Pada penyimpanan 7 minggu varietas Rubaru memiliki daya tumbuh lebih tinggi daripada varietas Super Philip karena varietas Rubaru lebih bisa beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuh di Kabupaten Tangerang. Pengaruh lama penyimpanan bibit bawang merah terlihat pada pertumbuhan tanaman tinggi tanaman dan jumlah daun (Tabel 1). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada penyimpanan 7 minggu lebih tinggi dibandingkan pada penyimpanan 10 minggu, begitu juga dengan rata-rata jumlah daun pada penyimpanan 7 minggu rata-rata jumlah daunnya lebih banyak dibandingkan dengan penyimpanan 10 minggu seperti dapat dilihat pada Tabel 1. Selain faktor internal dari dalam benih itu sendiri, yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah faktor eksternal yaitu lingkungan tumbuh. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara (nisbi) yang sesuai antara 80 90%. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/hari (Deptan, 2007). Begitupun pada lokasi pengkajian, saat tanaman berusia 16 hari curah hujan tinggi sehingga menyebabkan tanaman bawang merah tumbuh kurang optimal. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun dan produktivitas varietas Super Philip dan Rubaru pada lama penyimpanan bibit 7 minggu dan 10 minggu. Hari ke- 8 16 21 32 40 Provitas Lama Varietas x TT x JD x TT x JD x TT x JD x TT x JD x TT x JD (ton/ha) Simpan 7 minggu Super 1,25 2,60 11,98 13,80 21,75 23,75 24,75 34,85 25,03 35,20 8,88 Philip Rubaru 2,55 2,30 16,60 10,15 20,90 14,60 22,50 18,05 26,20 20,35 11,82 10 minggu Super 1,10 2,00 10,90 18,70 21,00 20,52 24,40 21,40 25,60 22,18 4,56 Philip Rubaru 2,10 2,30 17,90 10,15 21,90 14,60 23,20 18,05 24,80 20,35 5,20 Keterangan tabel : x TT = rata-rata tinggi tanaman x JD = rata-rata jumlah daun Tanaman bawang merah memerlukan pengairan yang teratur sampai tanaman memiliki umbi yang cukup tua atau setelah tanaman berumur 50 hari (Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2004). Pada bibit yang disimpan selama 10 minggu yang ditanam di Desa Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 5

Gempolsari kebutuhan airnya tidak dapat tercukupi karena ketersediaan air di wilayah tersebut kurang dan jauh dari aliran irigasi serta curah hujan yang tidak menentu mengakibatkan pertumbuhan bawang merah kurang optimal. Pertumbuhan tanaman yang tidak optimal mengakibatkan produktivitas menurun, seperti yang terjadi pada bawang merah yang disimpan 10 minggu, produktivitasnya sangat kecil yaitu varietas Super Philip 4,59 ton/ha dan Varietas Rubaru 5,20 ton/ha diandingkan dengan potensi hasil varietas Super Philip 17,6 ton/ha dan varietas rubaru 14-16 ton/ha. Namun dari kedua perlakuan tersebut dapat dilihat bahwa varietas Rubaru memiliki pertumbuhan yang lebih baik dan produktivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan varietas Super Philip. KESIMPULAN 1. Umur bibit bawang merah selama 10 minggu menghasilkan persentase daya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan umur simpan bibit 7 minggu dan varietas rubaru memiliki daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Super Philip. 2. Umur bibit 10 minggu menunjukkan pertumbuhan tanaman bawang merah kurang optimal jika dibandingkan dengan bibit 7 minggu karena pengaruh kurangnya ketersedian air. DAFTAR PUSTAKA Baswarsiati, dkk. 2012. Teknologi Bawang Merah Berbasis Good Agricultural Practices (GAP). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. BPS. 2001. Banten Dalam Angka. BPKP. 2013. Administratif. Luas Wilayah dan Letak Geografis Provinsi Banten. http://www.bpkp.go.id/dki2/konten/1092/geografis. diakses tgl 16 Januari 2014. Direktorat Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2004. Buku Pedoman Standar Prosedur Operasional (SPO) Budidaya Bawang Merah. Jakarta. Justice, O.L. dan Bass, L.N., 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Rismunandar. 1989. Membudidayakan Lima Jenis Bawang. Sinar Baru. Bandung. Sadjad, 1989. Konsepsi Stein Bawer-Sadjad Sebagai Landasan Pengembangan Matematika Benih Di Indonesia. IPB. Bogor. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 6

SK. Mentan No. 66/Kpts/TP.240/2/2000. Pelepasan Varietas Bawang Merah Philipine Sebagai varietas Unggul Dengan Nama Super Philip. SK. Mentan No. 2525/Kpts/SR.120/5/2011. Tentang Pelepasan Bawang Merah Rubaru Sebagai Varietas Unggul. Sutarja dan Grubben. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. Gajah Mada University Press. Prosea Indonesia. Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Buletin IKATAN Vol. 3 No. 2 Tahun 2013 7