OPERATION GENERATOR 1. PEMBEBANAN GENERATOR 2. KONTROL KECEPATAN DAN DAYA AKTIF 3. KONTROL DAYA REAKTIF 4. PERBAIKAN FAKTOR DAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Mesin Arus Bolak Balik

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

ANALISIS GENERATOR DAN MOTOR = V. SINKRON IÐf SEBAGAI PEMBANGKIT DAYA REAKTIF SISTEM

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB II DASAR TEORI. Generator arus bolak-balik (AC) atau disebut dengan alternator adalah

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

Politeknik Negeri Sriwijaya

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

SOAL UJIAN KOMPREHENSIF WAKTU : 100 MENIT. 1. Yang bukan merupakan representasi dari suatu algoritma adalah..

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GENERATOR SINKRON Gambar 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONTROL DAN PENGOPERASIAN PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

SISTEM TENAGA LISTRIK

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6. Seseorang berada di bawah saluran udara masuk SUTET saat tidak ada yang terhubung ke saluran tersebut. Orang tersebut bagaimana?...

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

LAMPIRAN STUDI ANALISA KERJA PARALEL GENERATOR

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB III OPERASI PARALEL GENERATOR PLTU UNIT 3/4 TANJUNG PRIOK

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Sistem Eksitasi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Musi

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

ANALISIS KUALITAS DAYA LISTRIK DI PABRIK GULA TRANGKIL PATI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 12.6

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

KONDISI TRANSIENT 61

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

atau pengaman pada pelanggan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV SISTEM PENGOPERASIAN GENERATOR SINKRONISASI

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

ABSTRAK. Kata Kunci: pengaturan, impedansi, amperlilit, potier. 1. Pendahuluan. 2. Generator Sinkron Tiga Fasa

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

BAB II GENERATOR. II.1. Umum Salah satu bagian besar dari sistem tenaga listrik adalah stasiun pembangkit

PENDAHULUAN. Adapun tampilan Program ETAP Power Station sebagaimana tampak ada gambar berikut:

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perubahan beban terhadap karakteristik generator sinkron 3 fasa PLTG Pauh

ANALISA PEMBAGIAN BEBAN GENERATOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK DIESEL (PLTD) TITI KUNING

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

ANALISA PENGARUH PERUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK GENERTOR SINKRON ( Aplikasi PLTG Pauh Limo Padang )

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN ARUS EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR SINKRON DI PLTD MERAWANG KABUPATEN BANGKA INDUK SUNGAILIAT

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

Jom FTEKNIK Volume 4 No.1 Februari Keyword : Synchronous Motors, Power Factor, Fuzzy Logic

1. Dalam studi aliran daya, berikut ini merupakan jenis bus yang umum digunakan, kecuali

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

Transformator (trafo)

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

3/4/2010. Kelompok 2

STUDI PENGARUH ARUS EKSITASI PADA GENERATOR SINKRON YANG BEKERJA PARALEL TERHADAP PERUBAHAN FAKTOR DAYA

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

Desain dan Implementasi Self Tuning LQR Adaptif untuk Pengaturan Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa

Abstrak. Kata kunci: kualitas daya, kapasitor bank, ETAP 1. Pendahuluan. 2. Kualitas Daya Listrik

PENGGUNAAN MOTOR LISTRIK 3 PHASA SEBAGAI GENERATOR LISTRIK 1 PHASA PADA PEMBANGKIT LISTRIK BERDAYA KECIL

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

4.3 Sistem Pengendalian Motor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI

BAB II GENERATOR SINKRON

Transkripsi:

OPERATION GENERATOR 1. PEMBEBANAN GENERATOR 2. KONTROL KECEPATAN DAN DAYA AKTIF (PENGENDALIAN FREKUENSI) 3. KONTROL DAYA REAKTIF (PENGENDALIAN AVR) 4. PERBAIKAN FAKTOR DAYA 1

1. Daya yang dibangkitkan generator dinyatakan dalam satuan VA, misal 1000 kva, 10 MVA, Daya keluaran generator dapat dinyatakan sebagai fungsi tegangan terminal V dan arus I yang dihasilkan, sesuai rumus berikut : S G = V.I VA (1) 2. Tegangan induksi yang dibangkitkan oleh belitan jangkar pada stator sebesar : E = 4,44 k c. k d. f..n volt/fase.... (2) dengan : k c k d f N = faktor kisar = faktor distribusi = frekuensi (Hz) = fluks/kutub (weber) = jumlah lilitan 2

1. Dari rumus di atas tampak bahwa tegangan yang dibangkitkan sebanding dengan kecepatan poros penggerak mula dan fluks per kutub, sehingga dapat dituliskan : V E = f (n, ) (3) 2. Putaran poros n sebanding dengan frekuensi sistem listrik jangkar f dan fluks sebagai fungsi arus eksitasi medan I f. 3. Sementara itu nilai arus yang diserap beban sangat ditentukan oleh total impedans yang dirasakan oleh terminal generator (impedans dalam, impedans beban, impedans saluran, impedans regulator, dll). 4. Arus yang diserap beban dirumuskan : I = V/Z (4) 5. Berkaitan dengan jenis beban, daya yang dibangkitkan S dapat dirumuskan : S = P + jq VA.. (5) dengan : 1. P = daya riil 2. Q = daya reaktif 3

6. Daya riil P yang dapat dimanfaatkan oleh beban, diubah menjadi kerja atau panas. Sementara itu daya reaktif Q dipergunakan untuk pembangkitan fluks pada belitan (trafo, generator) untuk keperluan pembangkitan tegangan induksi. Daya reaktif ini di generator sangat diperlukan untuk mengatur tegangan pendorong arus ke beban, tetapi di pihak beban dapat timbul daya reaktif karena beban induktif atau saluran induktif, sehingga perlu dibatasi atau ditiadakan, misalnya dengan kompensasi kapasitif. 4

ARUS MEDAN / FLUKS PENENTU DAYA REAKTIF Hubungan daya semu S(VA), daya riil P(WATT) dengan daya reaktif Q (VAr) dapat dinyatakan dengan adanya pengertian sudut pergeseran daya dalam segitiga daya sebagai berikut : VA WATT Gambar 1 : Segitiga daya VAr Gambar 1 : Diagram segitiga daya VA adalah daya semu yang disediakan oleh sumber daya, diukur dalam satuan VA, kva dan MVA. WATT adalah daya riil yang setara dengan energi yang dapat dimanfaatkan beban, diukur dalam satuan Watt, kw atau MW. VAr adalah daya reaktif yang timbul karena reaktans beban atau saluran pada batas VA tertentu yang menyebabkan pergeseran faktor daya, diukur dengan satuan VAr, kvar atau MVAr. 5

Kapasitas Watt yang dapat diserap beban dan VAr yang timbul pada batas VA tertentu tergantung faktor daya beban, dengan hubungan : WATT = VA cos... (6) VAr = VA Sin... (7) 6

Ditinjau dari sisi generator pengendalian beban, Prinsipnya pengendalian daya aktif dengan pengendalian governor pengatur pemasukan bahan bakar ke penggerak mula dan pengendalian daya reaktif dengan cara pengendalian arus medan lewat fasilitas AVR (Automatic Voltage Regulator). 4/9/2014 7 7

1. Apabila akan membebani generator, maka perlu diperkirakan prosen pembebanan terhadap kapasitas generator. Setelah prosentase beban diketahui, selanjutnya diperkirakan drop tegangan yang akan terjadi, berdasar setelan governornya. Di dalam kehidupan praktis, sebelum dibebani tegangan keluaran generator dinaikkan sedikit di atas referensi dengan cara menaikkan putaran sedikit di atas putaran nominal, dan menyetel AVR, sehingga setelah dibebani, tegangannya bernilai sekitar referensi. Hal ini diperlukan agar dip tegangan yang terjadi tidak menyebabkan kegagalan operasi pada sisi beban (misal kontaktor jatuh akibat dip tegangan). 2. Setelah beban tersambung, setel kembali governor dan AVR sehingga tegangan keluaran generator bernilai nominal. 4/9/2014 8 8

Penambahan beban mendadak akan menyerap daya poros mendadak. Jika serapan beban tidak bisa dipenuhi oleh poros maka poros menunggu pasokan daya dari penggerak mula, yaitu setelah penggerak mula mendapat pasokan tambahan bahan bakar. Indikasi yang tampak pada poros, terjadinya penurunan kecepatan atau putaran. Indikasi yang terjadi pada sistem listrik, adanya penurunan frekuensi. Pada masa peralihan, sambil menunggu pasokan daya dari poros, AVR aktif menaikkan tegangan agar mampu mendorong arus menuju beban, sesuai permintaan beban, meskipun frekuensi turun, sambil menunggu daya atau kenaikan frekuensi mencapai nominalnya. Jika penggerak mula tidak mampu memberikan pasokan daya, maka generator tetap akan mencatu daya dengan frekuensi rendah atau tegangan lebih rendah dari nominalnya. sambil putaran menuju nominal, AVR mengurangi arus medan, sehingga dalam kondisi apapun tegangan keluaran diupayakan stabil oleh AVR. Perhatikan gambar 2. Untuk pengoperasian manual, arus medan dan governor harus diatur oleh operator. 4/9/2014 9 9

Gambar 2. Contoh rekaman daya pada furnace 4/9/2014 10 10

Kadangkala diperlukan pelepasan beban, baik atas permintaan beban maupun keperluan generator. Perlu diperhatikan jika pelepasan beban mencapai di atas 50% kapasitas generator, akan menyebabkan ayunan tegangan diakibatkan ayunan frekuensi atau putaran. Pembebanan listrik pada Prinsipnya pengereman poros generator. Jika beban besar dilepas mendadak, maka torsi rem pada poros seolah-olah dilepas, sementara itu pasokan bahan bakar atau pasokan daya mekanik lewat poros tetap, sehingga akan terjadi ayunan frekuensi ke atas, yang menyebabkan tegangan naik. hal ini dapat membahayakan beban lain yang belum lepas dari generator, misalnya belitan peralatan terbakar. 4/9/2014 11 11

FREKUENSI / PUTARAN POROS PENENTU DAYA RIIL (WATT) 1. Daya riil, daya yang sebanding dengan konsumsi daya bahan bakar. Ditinjau pada sistem generator, daya riil sebagai fungsi putaran poros atau frekuensi listrik pada jangkarnya. Oleh karena itu fenomena perubahan daya riil atau pengaturan daya riil dapat dipandang sebagai fenomena pengaturan frekuensi atau putaran poros. 2. Parameter kontrol pada generator Generator diibaratkan plant yang mempunyai 2 kontrol input dan 4 output. Kontrol tersebut : 1. kontrol arus medan I r, untuk kontrol output : 1. Tegangan generator V G (volt) 2. Daya reaktif Q G (var) 2. kontrol torsi poros (kontrol bahan bakar) T m, untuk kontrol output : 1. Frekuensi generator f G (Hz) 2. Daya aktif P G (watt) 12

AVR Governor If Tm Plant Generator VG QG fg PG Gambar 1. Parameter kontrol generator 13

LFC, yaitu suatu ide kendali pembangkitan secara automatis untuk memenuhi setiap perubahan beban dengan cara mengamati perubahan frekuensinya. Kendali ini harus berusaha menata kembali pembangkitan setiap terjadi perubahan beban, yaitu mampu memilih generator mana yang diprioritaskan mengakomodir perubahan tersebut sesuai dengan setelan governornya. Untuk itu, biasanya diperlukan peralatan tambahan yang mendukung kemampuan regulasi governor tersebut 14

Kriteria awal yang dipersyaratkan bagi pengoperasian sistem : 1. Pembangkitan daya untuk memenuhi total kebutuhan beban harus memadai. 2. Frekuensi sistem harus dapat dipertahankan pada nilai yang tepat. 3. Tegangan sistem harus dapat dipertahankan pada batas-batas tertentu. 4. Dalam kasus interkoneksi, aliran daya pada T-bus harus dipertahankan pada nilai tertentu. 15

Operation limit 50,50 Hz 50,00 NORMAL OPERASI 49,70 49,50 48,80 48,30 48,00 VOLTAGE REDUCTION (BROWN OUT) MANUAL LOAD REDUCTION OF ABOUT 250 MW LOAD SHEDDING 6 STAGES OF ABOUT 800 MW - UFR ISLAND OPERATION (500-1000 MW) 47,50 HOST LOAD 47,00 16

Speed governing mechanism meliputi bagian : 1. Speed governor : peralatan yang mendeteksi sinyal error pada load frequency control 2. Governor control Valve : kendali valve masuk turbin, dikendalikan speed control mechanism. 3. Speed Control Mechanism : peralatan pendukung kontrol, seperti lever, linkage, servomotor, amplifying device, and relay yang ditempatkan antara speed governor dan governor control valve. 4. Speed changer : menggerakkan speed governing system untuk mengatur kecepatan turbo generator dalam keadaan operasi. 17

Speed (Hz) 100% isochronous Rising Drooping (D) (C ) (A) (B) (C) 0 50% 100% Power (MW) Gambar 4. Karakteristik Governor 18

Gambar 2. Governor turbo generator 19

Gambar 3. Isochronous Governor 20

Gambar 6. Setting kecepatan sebagai fungsi daya output 21

ARUS MEDAN / FLUKS PENENTU DAYA REAKTIF Daya reaktif, daya penyeimbang untuk mempertahankan batas-batas tegangan keluaran (pada generator), atau sebagai daya peredam karena reaktans beban atau saluran. Sekalipun daya ini tidak bisa diubah menjadi energi kerja, tetapi keberadaannya pada generator sangat diperlukan untuk men-stabilkan tegangan, khususnya pada masa peralihan saat terjadi perubahan beban, sementara itu belum diikuti oleh perubahan daya riil. Peran daya reaktif men-stabilkan tegangan agar tegangan tersebut mampu mendorong arus ke beban. Pengubahan daya reaktif pada generator dilakukan dengan mengubah arus eksitasi belitan medannya. Oleh karena itu fenomena perubahan daya reaktif atau pengaturan daya reaktif dapat dipandang sebagai fenomena pengaturan fluks medan atau pengaturan arus eksitasi medan. 22

1. Dari sudut pandang generator Daya reaktif di dalam generator berguna untuk : menghasilkan tegangan induksi, menstabilkan tegangan keluaran, mengatur daya saat peralihan 2. Dari sudut pandang beban Daya reaktif pada beban berdampak : menyebabkan drop tegangan, menahan arus masuk beban (untuk beban induktif), mengkompensasi daya reaktif (kompensator C) 4/9/2014 23 23

Gambar 9. Karakteristik Regulator Tegangan 4/9/2014 24 24

Gambar 11. Kontrol Eksitasi 4/9/2014 25 25

Gambar 12. Kontrol eksitasi secara statik 4/9/2014 26 26

` Gambar 13. Brush less system 4/9/2014 27 27

Secara umum fenomena pembebanan dapat ditinjau dari dua keadaan : 1. Keadaan mantap / kuasistatik : Nilai beban riil dan reaktif sebagai fungsi tegangan, sementara itu frekuensi dianggap tetap. 2. Keadaan dinamis / peralihan : Nilai daya riil dan reaktif tidak hanya fungsi tegangan, dan frekuensi, tetapi juga fungsi derivatifnya. 28

X s E f I V X s I E f V One line diagram distriibuted generator V = E f j IX s Untai ekivalen 29

E f E f V/X s I V IX s Multiplying by V/X s V 2 /X s VI P prime mover limit rotor limit Under-excitation limit z Under-excited Absorbing VArs y 0 VI x Over-excited Exporting VArs stator limit Q 30

i. The maximum power available from the prime over ii. The maximum current rating of the stator iii. The maximum excitation iv. The minimum excitation for stability and or stator end winding heating The operating chart ilustrated that sg connected to an infinite bus bar of fixed voltage and frequency has essentially independent control over real and reactive power. Real power is varied by adjusting the torque on the shaft and hence rotor angle. Reactive power is adjusted by varying the filed current and hence the magnitude E f. 31

Turbine Generator X s V C Total source impedance V,I Infinite busbar V = 1pu f = 50 Hz AVR MVAr/ cos Transducers speed MVAr/cos Set point MW Governor MW set point Control of an Embeded Generator 32

Speed or frequency per unit a a 1.01 1 0.99 a P2 P1 P3 b b b Output power Conventional governor droop characteristic 33

Network voltage a a 1.01 a Q2 1 Q1 0.99 Q3 b b b Importing VArs 0 Exporting VArs Output reactive power Quadrature droop characteristic for generator excitation control 34

1. Jenis peralatan beban dapat berupa lighting, heating, welding, furnace, atau static electrical installations. Impedans beban Z dapat bersifat impedans resistif, induktif, kapasitif atau gabungan baik terangkai seri maupun paralel. 2. Sifat beban resistif R, arus sefase dengan tegangannya atau dengan istilah lain faktor daya 1. 3. Sifat beban induktif L, arus tertinggal terhadap tegangan, dengan faktor daya tertinggal (lagging), dan 4. Sifat beban kapasitif C, arus mendahului tegangan, dengan faktor daya mendahului (leading). 4/9/2014 35 35

Resistor Induktor Kapasitor Selanjutnya pengaturan beban generator dapat dilakukan dengan cara : 1. Pengaturan beban riil dengan pengaturan frekuensi, dengan metode Load Frequency Control. 2. Pengaturan beban reaktif dengan pengaturan arus medan, dengan metode Reactive Power Control. 3. Perbaikan faktor daya (Power factor Correction) 4/9/2014 36 36

Prinsip parameter faktor daya listrik phi P(KW) POWER FAKTOR = COS PHI S(KVA) Q(KVAr) 37

S'' (KVA) phi KVA-ref S (KVA) Q (KVAr) S' (KVA) Q - Q' KW-ref Q' (KVAr) phi' P (KW) P' (KW) POWER FAKTOR = COS PHI' = 0.85 38

Lampu Kapasitor Faktor daya Daya VA Jumlah TL 10W Tanpa 0,40 25,00 52 2,25 uf 0,95 10,52 123 TL 15W Tanpa 0,46 32,60 39 2,25 uf 0,85 17,65 73 TL 20W Tanpa 0,56 35,71 36 3,25 uf 0,95 21,05 61 TL 40W Tanpa 0,56 71,43 18 4,50 uf 0,85 47,06 27 39

40