KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI PENILIK

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PERBIBITAN TERNAK TAHUN 2015

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

PETUNJUK TEKNIS KKP-E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

No : 0067/SDAR/BSNP/I/ Januari 2016 Lampiran : satu berkas Perihal : Ujian Nasional bagi Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK)

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN PASCA OPTIMALISASI DAN PENGHENTIAN KEGIATAN DEKONSENTRASI URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA TAHUN ANGGARAN 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 12 TAHUN 2000 TENTANG

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

Strategi (Pasal 7) Ruang Lingkup (Pasal 2)

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

PENGEMBANGAN USAHA DAN INVESTASI SUBSEKTOR PETERNAKAN 1)

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

Idha Susanti *)1, Arief Daryanto **), dan Muladno ***)

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PAKPAK BHARAT

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 172/KPTS/M/2001 TENTANG

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

AKSELERASI IMPLEMENTASI KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAM (KUPS) UNTUK SAM PERAH

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

Impor sapi (daging dan sapi hidup) maupun bakalan dari luar negeri terns. meningkat, karena kebutuhan daging sapi dalam negeri belum dapat dipenuhi

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR : 30 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL USAHA SUBAK ABIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Hasil Penilaian PROPER 2015

2017, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 41/Permentan/OT.140/5/2007 TENTANG

Transkripsi:

0

KATA PENGANTAR Kondisi usaha pembibitan sapi yang dilakukan oleh peternak masih berjalan lambat dan usaha pembibitan sapi belum banyak dilakukan oleh pelaku usaha, maka diperlukan peran pemerintah untuk menciptakan tatanan iklim usaha yang mampu mendorong pelaku usaha untuk bergerak di bidang pembibitan sapi, melalui penyediaan skim kredit dengan suku bunga bersubsidi. Melalui skim kredit diharapkan industri pembibitan dan kelompok pembibitan sapi akan tumbuh dan berkembang sehingga terjadi peningkatan populasi sapi mendukung program PSDSK tahun 2014 dan penyelamatan pemotongan betina produktif melalui pemberian insentif serta pengembangan usaha pembibitan fasilitasi KUPS. Guna mendorong perkembangan pelaksanaan usaha pembibitan sapi melalui skim KUPS, diperlukan pembinaan dan supervisi KUPS agar pelaksanaan perkembangan usaha pembibitan sapi dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang diharapkan Kegiatan pembinaan dan supervisi ini dialokasikan di tingkat provinsi guna memonitor calon peserta KUPS dan peserta KUPS untuk bersama-sama melakukan verifikasi dan validasi dengan Ditjen Peternakan dan Keswan, Bank Pelaksana, Dinas Peternakan Kabupaten/Kota atau yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan di masing-masing Provinsi. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR 1

DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar Daftar Isi I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Maksud dan Tujuan 2 C. Keluaran 3 II. PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN PESERTA KUPS 4 A. Perusahaan 4 B. Koperasi 5 C. Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak 6 III. PELAKSANAAN KEGIATAN 8 A. Prinsip Pelaksanaan 8 B. Sumber Dana 8 VI. TAHAP PELAKSANAAN 9 A. Persiapan Kegiatan 9 B. Pelaksanaan Pertemuan 9 C. Pembinaan dan Pendampingan 10 D. Supervisi 10 V. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN 11 A. Pemantauan 11 B. Pelaporan 11 VI. PENUTUP 12 2

PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN DAN SUPERVISI KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) adalah skim kredit yang digunakan untuk mendanai pengembangan usaha pembibitan sapi potong maupun sapi perah oleh pelaku usaha dengan suku bunga bersubsidi. Pelaku usaha pembibitan meliputi perusahaan, koperasi, gabungan kelompok peternak atau kelompok peternak. Adapun persyaratan pelaku usaha adalah mampu menyediakan sapi, memenuhi prosedur baku dan melakukan kemitraaan. Sedangkan suku bunga yang dibebankan kepada pelaku usaha tersebut sebesar 5% per tahun dalam jangka waktu kredit paling lama 6 tahun, dengan masa tenggang (grace periode) paling lama 24 bulan. Sasaran dari KUPS adalah tersedianya 1 (satu) juta ekor sapi induk dalam kurun waktu 5 tahun (200.000 ekor/tahun). Sapi induk tersebut berupa sapi betina bunting atau siap bunting, berasal dari sapi impor, turunan impor, atau sapi lokal terutama sapi Bali. Sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009 tanggal 18 Agustus 2009 tentang KUPS dan Peraturan Menteri Pertanian No. 40/Permentan/PD.400/9/2009 tanggal 8 September 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan KUPS, banyak pelaku usaha yang telah realisasi KUPS sehingga perlu adanya pendampingan dan pembinaan yang lebih intensif 3

terhadap pelaksanaan pembibitan oleh pelaku usaha yang telah realisasi, disamping itu masih perlunya sosialisai untuk percepatan realisasi KUPS. Pembinaan berkelanjutan dan supervisi kepada pelaku usaha yang telah realisasi KUPS dan sosialisasi kepada calon pelaku usaha menjadi penting agar sasaran dari program dapat tercapai. Pendampingan terhadap pelaksanaan program ini membutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua stakeholder yang terkait baik pemerintah pusat maupun daerah, pelaku usaha dan peternak. Sehubungan dengan itu untuk menindaklanjuti Peraturan Menteri dan dalam rangka pencapaian sasaran dan kelancaran program tersebut maka perlu dilakukan pembinaan dan supervisi KUPS. B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Kegiatan Mendukung kelancaran Kredit Usaha Pembibitan Sapi dan memonitoring keberadaan dan perkembangan ternak KUPS. 2. Tujuan Kegiatan a. Melakukan pembinaan berkelanjutan kepada peserta dan calon peserta KUPS. b. Melakukan supervisi kepada peserta KUPS. c. Mendorong terlaksananya usaha pembibitan sapi yang baik melalui KUPS. d. Melakukan pengawasan terhadap pemanfaatan kredit dari program KUPS. 3. Keluaran Keluaran yang diharapkan dari kegiatan pembinaan dan supervisi KUPS yaitu : Melakukan pembinaan dan supervisi peserta yang telah realisasi kredit usaha pembibitan sapi dengan keluaran berupa terkontrolnya 4

pemanfaatan kredit dan sosialisasi kepada calon peserta KUPS guna percepatan realisasi KUPS. 5

BAB II PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN PESERTA KUPS KUPS hanya dapat digunakan untuk mendanai pengembangan usaha pembibitan sapi oleh pelaku usaha. Pelaku usaha yang dimaksud adalah perusahaan peternakan, koperasi dan kelompok/ gabungan kelompok peternak. Persyaratan dan kewajiban pelaku usaha peserta KUPS adalah sebagai berikut: A. Perusahaan Peternakan 1. Persyaratan Perusahaan Peternakan adalah sebagai berikut: a. Berbadan hukum. b. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana. c. Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang pembibitan. d. Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. e. Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok peternak. f. Memperoleh rekomendasi dari Dinas kabupaten/ kota dan Direktorat Jenderal Peternakan. 2. Kewajiban Perusahaan Peternakan adalah sebagai berikut: a. Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS). b. Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang dilampiri rencana definitif kebutuhan kredit. c. Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. d. Melakukan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku untuk penyediaan bibit sapi. e. Membantu kelompok/gabungan kelompok, dalam hal pembinaan teknis dan manajemen, penyusunan rencana usaha pembibitan sapi dan pemasaran hasil produksi serta penyediaan sarana produksi peternakan yang diperlukan kelompok/ gabungan kelompok. 6

f. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan kelompok/gabungan kelompok atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan. B. Koperasi 1. Persyaratan Koperasi adalah sebagai berikut: a. Berbadan hukum. b. Memiliki pengurus yang aktif. c. Memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank pelaksana. d. Memiliki anggota yang terdiri dari peternak. e. Memiliki izin usaha peternakan yang bergerak dibidang pembibitan. f. Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. g. Bermitra dengan kelompok/gabungan kelompok peternak. h. Memperoleh rekomendasi dari Dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan. 2. Kewajiban Koperasi adalah sebagai berikut: a. Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS). b. Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang dilampiri rencana definitif kebutuhan kredit. c. Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. d. Melakukan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku untuk penyediaan bibit sapi. e. Membantu kelompok/gabungan kelompok, dalam hal pembinaan teknis dan manajemen, penyusunan rencana usaha pembibitan sapi dan pemasaran hasil produksi serta penyediaan sarana produksi peternakan yang diperlukan kelompok/gabungan kelompok. 7

f. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan kelompok/gabungan kelompok atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh dinas kabupaten/kota dan Direktorat Jenderal Peternakan. C. Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak 1. Persyaratan Kelompok/Gabungan Kelompok Peternak adalah sebagai berikut: a. Memiliki organisasi dan pengurus yang aktif. b. Memiliki anggota yang terdiri dari peternak. c. Terdaftar pada Dinas kabupaten/kota setempat. d. Memiliki aturan kelompok/gabungan kelompok yang disepakati anggota. e. Memenuhi prosedur baku pelaksanaan produksi bibit. f. Bermitra dengan perusahaan atau koperasi. g. Memperoleh rekomendasi dari Dinas kabupaten/kota. b. Kewajiban kelompok/gabungan kelompok adalah sebagai berikut: a. Menyusun dan menandatangani rencana definitif kebutuhan untuk usaha pembibitan sapi (RDK-UPS). b. Mengajukan permohonan kredit kepada Bank Pelaksana yang dilampiri rencana definitif kebutuhan kredit. c. Menandatangani akad kredit dengan Bank Pelaksana. d. Melaksanakan usaha pembibitan sapi sesuai prosedur baku dengan memperhatikan pembinaan teknis dari perusahaan/koperasi. e. Membuat dan menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan/koperasi atas dasar kesepakatan pihak yang bermitra serta diketahui oleh Dinas kabupaten/kota. 8

Rekomendasi akan diberikan kepada pelaku usaha yang mampu menyediakan sapi untuk usaha pembibitan sapi, memenuhi persyaratan sesuai prosedur baku dan melakukan kemitraan. 9

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pelaksanaan Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan KUPS, agar dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, harus sesuai dengan prinsip-prinsip dibawah ini : 1. Mematuhi peraturan dan ketentuan KUPS yang berlaku 2. Memanfaatkan anggaran yang tersedia secara ekonomis, efektif dan efisien 3. Melakukan sinkronisasi dan koordinasi, baik secara vertikal (dengan dinas Provinsi/Kabupaten) dan horizontal dengan pelaku usaha peserta KUPS, sehingga terjadi sinergi antara upaya yang dilakukan pemerintah dengan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku usaha. B. Sumber Dana Untuk mendukung kegiatan pembinaan dan supervisi KUPS melalui anggaran tahun 2011 telah dialokasi anggaran sebesar Rp. 585.045.000 juta dengan jumlah masing-masing Propinsi berbeda (sebagaimana terlampir). Anggaran tersebut digunakan untuk : 1. Memfasilitasi persiapan kegiatan pembinaan dan supervisi.. 2. Memfasilitasi fungsi pemerintah provinsi untuk membiayai kegiatan pendukung yang berkaitan dengan pertemuan. 3. Memfasilitasi kegiatan pembinaan dan supervisi. 10

BAB IV TAHAP PELAKSANAAN A. Persiapan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan supervisi peserta KUPS dilaksanakan pada calon peserta KUPS dan peserta KUPS B. Pelaksanaan Pertemuan Dinas Peternakan Prov mengadakan pertemuan dalam rangka sosialisasi koordinasi pelaksanaan kegiatan KUPS dengan mengundang semua dinas peternakan atau dinas yang membidangi fungsi peternakan kabupaten/kota, Bank pelaksana, pelaku usaha, serta lembaga penjamin kredit daerah. Sosialisasi ini penting untuk menyamakan persepsi dalam percepatan penyaluran skim KUPS untuk pengembangan usaha pembibitan sapi. Dinas Peternakan Provinsi melakukan supervisi calon peserta KUPS (feasible dan bankable) bersama Ditjen Peternakan dan Keswan, Provinsi, Kabupaten dan Bank pelaksana untuk verifikasi dan validasi calon pemohon KUPS di lapangan. Kegiatan ini dilaksanakan setelah pelaku usaha menyampaikan usulan rekomendasi dan kelengkapan dokumen pendukung kepada Ditjen Peternakan dan Keswan yang dilengkapi dengan rekomendasi dari Dinas Peternakan Kabupaten/Kota. 11

C. Pembinaan dan Pendampingan Pembinaan atau pendampingan terhadap pelaku usaha KUPS dilakukan secara berkelanjutan sampai penyaluran kredit berjalan lancar dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendampingan dapat dilakukan dalam bentuk pembinaan, bimbingan, maupun dari pihak perbankan pemberi kredit skim KUPS. Pendampingan secara berkelanjutan sangat diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan anggaran yang dapat berasal dari pemerintah (pusat/apbn dan daerah/apbd) dan masyarakat. Pembinaan atau pendampingan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten. Pembinaan terhadap pelaku usaha untuk menggunakan dokumen contoh antara lain permohonan rekomendasi, kuesioner klarifikasi/verifikasi, berkas pengajuan KUPS yang telah akad kredit, form permohonan rekomendasi dan contoh proposal. D. Supervisi Supervisi antara lain melakukan koordinasi, sosialisasi dan sinkornisasi dengan instansi terkait dalam aspek penyaluran KUPS; melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan KUPS; serta melakukan identifikasi permasalahan serta upaya pemecahannya. 12

BAB V PEMANTAUAN DAN PELAPORAN A. Pemantauan Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan pemantauan dan pelaporan : Kegiatan pemantauan dan pelaporan dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai masalah yang timbul dan tingkat keberhasilan yang dicapai, serta pemecahan masalahnya. Hasil pemantauan dan pelaporan secara berjenjang untuk dilaporkan ke pusat meliputi : 1. Kemajuan pelaksanaan program KUPS di daerah masing-masing; 2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program KUPS; 3. Penyelesaian masalah lapangan yang dihadapi di tingkat Provinsi dan kabupaten/kota. 4. Perkembangan populasi ternak, dari program KUPS. 5. Bagi peserta KUPS yang tidak melaksanakan pemanfaatan kredit untuk usaha pembibitan B. Pelaporan 1. Dinas kabupaten/kota menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUPS setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya kepada Dinas Provinsi. 2. Dinas Provinsi menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUPS setiap bulan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya kepada Menteri Pertanian up. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Direktorat Pembiayaan Pertanian. 13

BAB V PENUTUP Pedoman Teknis Pembinaan dan Supervisi KUPS ini merupakan acuan untuk kelancaran operasional pengembangan pembibitan ternak di daerah pada tahun 2011. Dengan pedoman teknis ini diharapkan seluruh tahapan pelaksanaan kegiatan dari tingkat Pusat, Provinsi, sampai Kabupaten/Kota dapat terlaksana dengan baik dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.pedoman ini perlu dicermati, sehingga tujuan dan keluaran dapat tercapai. Direktorat Perbibitan Ternak 14

LAMPIRAN LOKASI PROVINSI PEMBINAAN DAN SUPERVISI KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS) TAHUN 2011 NO. PROVINSI SATUAN BIAYA 1 NAD 1 PKT Rp. 30,000 2 Sumatera Utara 1 PKT Rp. 30.000 3 Sumatera Barat 1 PKT Rp. 30,000 4 Riau 1 PKT Rp. 30,000 5 Jambi 1 PKT Rp. 23.000 6 Sumsel 1 PKT Rp. 30,000 7 Lampung 1 PKT Rp. 24.500 8 Jawa Barat 1 PKT Rp. 30,000 9 Banten 1 PKT Rp. 30,000 10 Jawa Tengah 1 PKT Rp. 35.000 11 DI. Yogyakarta 1 PKT Rp. 23.400 12 Jawa Timur 1 PKT Rp. 30,000 13 Bali 1 PKT Rp. 30,000 14 Nusa Tenggara Barat 1 PKT Rp. 30,000 15 Nusa Tenggara Timur 1 PKT Rp. 30,000 16 Kalimantan Barat 1 PKT Rp. 30,000 17 Kalimantan Selatan 1 PKT Rp. 30,000 18 Kalimantan Timur 1 PKT Rp. 30,000 19 Sulawesi Selatan 1 PKT Rp. 30,000 20 Sulawesi Tengah 1 PKT Rp. 29.145 21 Bengkulu - - 15