Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) F-396

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-147

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

Oleh : Mulyayanti Dosen Pembimbing : Suyanto,ST,MT

ANALISIS PENGARUH LEVEL SUBSTRAT PADA DIGESTER ANAEROB SKALA LABORATORIUM TERHADAP PRODUKSI METANA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

Chrisnanda Anggradiar NRP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

BATASAN MASALAH. Simulator bioreaktor anaerob. Adhi Kurniawan (2008) Database yang bersifat static dibangun dari (2009)

PENGARUH SIRKULASI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN BIOREAKTOR LITER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

EFEK AERASI DAN KONSENTRASI SUBSTRAT PADA LAJU PERTUMBUHAN ALGA MENGGUNAKAN SISTEM BIOREAKTOR PROSES BATCH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-141

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1

Disusun Oleh: Diyanti Rizki Rahayu Puspita Ardani Ir. Nuniek Hendriani, M.T. Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rancang Bangun Sistem Monitoring Dengan Metode SPC (Statistical Process Control) Secara On-Line Pada Plant Bioreaktor Anaerob Kontinyu

UJI BIOREAKTOR SEMIKONTINYU UNTUK PEMBUATAN BIOGAS PADA PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bahan dasar campuran antara enceng gondok dan kotoran sapi serta air sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2015 dan bertempat di

ANALISIS KINERJA DIGESTER BIOGAS BERDASARKAN PARAMETER OKSIGEN BIOGAS DIGESTER PERFORMANCE ANALYSIS BASED ON OXYGEN PARAMETER

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 )

Presentasi Tugas Akhir. Hubungan antara Hydraulic Retention Time (HRT) dan Solid Retention Time (SRT) pada Reaktor Anaerob dari Limbah sayuran.

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP ph SUBSTRAT NASI DI TANGKI PENGADUKAN TPAD (TEMPERATURE PHASED ANAEROBIC DIGESTION)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

POTENSI BIOGAS SAMPAH SISA MAKANAN DARI RUMAH MAKAN

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.5, No. 2, September 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

PENGARUH PERBEDAAN STATER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DENGAN BAHAN BAKU ECENG GONDOK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Peruraian anaerobik (anaerobic digestion) merupakan salah satu metode

INTEGRASI PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI BENANG DAN TEKSTIL MELALUI PROSES ABR DAN FITOREMOVAL MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

SKRIPSI. Disusun Oleh: Angga Wisnu H Endy Wisaksono P Dosen Pembimbing :

maupun buah yang busuk yang berasal dari pasar atau pertanian. Sehingga energi

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA UNTUK PENGHASIL BIOGAS SKALA LABORATORIUM. Mhd F Cholis Kurniawan

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

III. METODE PENELITIAN

KOMPOSISI CAMPURAN KOTORAN SAPI DAN LIMBAH PUCUK TEBU (SACCHARUM OFFICINARUM L) SEBAGAI BAHAN BAKU ISIAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PEMBENTUKAN BIOGAS

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

Natalina 1 dan Hardoyo 2. Surel : ABSTRACT

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

THE EFFECT OF SULPHATE-REDUCTION BACTERIA (SRB) FOR SULPHATE REDUCTION IN THE BIOGAS PRODUCTION FROM BLOTONG

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

Karakteristik Substrat dalam Proses Anaerob menggunakan Biodigester

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

UJI PEMBENTUKAN BIOGAS DARI SUBSTRAT SAMPAH SAYUR DAN BUAH DENGAN KO-SUBSTRAT LIMBAH ISI RUMEN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengukuran ph dan Temperatur Pada Bioreaktor Anaerob Tipe Semi-Batch Dimas Prasetyo Oetomo, DR.Ir.Totok Soehartanto.DEA Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: dimas131290@gmail.com Abstrak Proses pada bioreaktor dapat dilakukan secara aerob yaitu menggunakan bantuan oksigen dan anaerob yaitu tidak menggunakan bantuan oksigen. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi enceng gondok untuk menghasilkan biogas menggunakan bioreaktor anaerob tipe semi-batch. Enceng gondok memiliki rasio C/N sebesar 22.5 35.84% yang merupakan komposisi optimum untuk ekstraksi biogas. Kinerja dari bioreaktor dalam produksi biogas dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti ph dan temperatur. Pada penelitian ini dilakukan perancangan sistem pengukuran besaran ph dan temperatur secara online sehingga memudahkan dalam pengambilan data. Bahan yang digunakan pada proses fermentasi adalah campuran enceng gondok yang telah dicincang dan dicampur air dengan dua komposisi penambahan berbeda untuk dibandingkan. Pada Bioreaktor1 digunakan komposisi enceng gondok dan air sebesar 1:3 dan pada bioreaktor 2 digunakan komposisi enceng gondok dan air sebesar 0,75: 1,25. Hasil penelitian menyebutkan bahwa bioreaktor 2 dengan komposisi enceng gondok dan air sebesar 0,75: 1,25 menghasilkan biogas lebih aktif dibandingkan dengan bioreaktor 1 dengan komposisi enceng gondok dan air sebesar 1 : 3. Hal tersebut diketahui dari hasil pengukuran selama 76 hari. Dari hasil pengukuran juga diketahui bahwa penurunan nilai COD pada bioreaktor 2 lebih besar dari pada bioreaktor 1. Kata Kunci Bioreaktor Anaerob Semi-Batch, Enceng Gondok, Sistem Pengukuran I. PENDAHULUAN Bioreaktor anaerob beroperasi tanpa menggunakan oksigen. Proses fermentasi didalam bioreaktor dapat digunakan dalam pembuatan biogas. Sistem fermentasi pada bioreaktor dibagi menjadi tiga macam yaitu batch, kontinyu dan semi- batch. Penelitian sebelumnya [1] dilakukan fermentasi secara batch menggunakan limbah cair tahu dan enceng gondok sebagai bahan baku pembuatan biogas. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan volume biogas optimal terjadi pada fermentasi limbah tahu dengan enceng gondok yang telah dicincang. Berdasarkan penelitian tersebut maka dilakukan penelitian menggunakan enceng gondok yang dicincang dengan sistem fermentasi semi-batch. Pada sistem batch pemberian substrat (enceng gondok) hanya dilakukan sekali saja dan didiamkan hingga biogas tidak diproduksi oleh bioreaktor. Penggunaan sistem fermentasi semi-batch dapat menghasilkan volume biogas yang lebih banyak dari sistem batch karena dilakukan penambahan substrat beberapa kali sebagai nutrisi untuk bakteri. Enceng Gondok (Eicchornia crassipes) merupakan salah satu bahan organik yang baik untuk produksi biogas karena memiliki rasio C/N 22.5-35.84 % yang merupakan komposisi optimum untuk ekstraksi biogas [1]. Kinerja bioreaktor dipengaruhi oleh bakteri yang hidup di dalam bioreaktor. Bakteri tersebut sangat sensitif terhadap perubahan besaran fisis seperti ph dan temperatur. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sistem pengukuran untuk dapat mengetahui setiap perubahan ph dan temperatur pada bioreaktor tersebut. Pada penelitian sebelumnya [1] sistem pengukuran masih dilakukan secara offline yaitu alat ukur ph dan temperatur tidak terhubung langsung dengan komputer. Hal ini tidak efektif karena hasil pengukuran masih harus dimasukkan ke komputer secara manual. Oleh karena itu, agar dapat lebih efektif dirancanglah sebuah sistem pengukuran secara online dimana pada saat pengukuran besaran ph dan temperatur yang dapat direkam secara langsung kedalam komputer sehingga data penelitian bisa langsung dilakukan analisis. II. URAIAN PENELITIAN A. Alur Penelitian Perancangan sistem pengukuran besaran ph dan temperatur pada bioreaktor anaerob tipe semi-batch memiliki beberapa tahap. Tahap pertama adalah pemahaman konsep tentang bioreaktor anaerob dan sistem pengukurannya, kemudian karekteristik dari enceng gondok sebagai bahan organik yang akan difermentasi untuk produksi biogas. Pemahaman konsep didapat melalui studi literature dari beberapa refrensi yaitu makalah seminar, buku dan jurnal penelitian. Tahap selanjutnya dilakukan perancangan dan pembuatan bioreaktor anaerob yang kemudian dilanjutkan dengan pengujian fungsi dari bioreaktor tersebut. Setelah berhasil lolos uji maka dilanjutkan dengan melakukan perancangan sistem pengukuran besaran ph dan temperature. Rancangan sistem pengukuran tersebut kemudian direalisasikan sehingga dapat diuji dan digunakan pada bioreaktor. Tahap Ketiga adalah tahap persiapan bahan baku berupa ekstrak enceng gondok dan ekstrak kotoran sapi yang akan dicampur didalam bioreaktor. Setelah persiapan bahan baku sudah selesai maka tahap selanjutnya adalah tahap pengopreasian bioreaktor. Pada tahap ini dimulalilah proses fermentasi enceng gondok menjadi biogas. Tahap ini merupakan tahap yang penting sehingga perlu dilakukan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2 pengukuran setiap hari. Tahap terakhir yang dikerjakan adalah tahap analisa data dan penulisan buku laporan. Pada tahap ini data berupa ph, temperatur dan volume biogas hasil pengukuran kemudian dianalisa untuk diketahui kinerja dari bioreaktor tersebut. B. Perancangan Sistem Pengukuran Anaerob Type Semi-Batch Gambar 1. Desain Sistem Pengukuran Bioreaktor Dalam perancangan sistem pengukuran terdapat beberapa alat yang digunakan untuk mengukur kinerja dari bioreaktor diantaranya adalah alat ukur ph, alat ukur temperatur dan sebuah komputer untuk keperluan perekaman data secara online. Pengukuran besaran ph dan temperatur digunakan sensor yang dihubungkan ke pemroses sinyal yang dibuat dari mikrokontroller arduino dan dihubungkan ke komputer. Untuk pembacaan dan perekaman nilai besaran ph dan temperatur pada komputer dibuat software interface dengan menggunakan pemrograman visual basic 6.0. berikut merupakan gambar sistem pengukuran pada penelitian ini. Gambar 2. Sistem Pengukuran ph dan Temperatur C. Tahap Persiapan Bahan Baku Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku untuk produksi biogas berupa bahan baku untuk proses seeding dan proses pemberian nutrisi. Bahan Baku Seeding Bahan baku untuk proses seeding terbuat dari kotoran sapi yang diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1 yang kemudian disaring untuk didapatkan ekstraknya. Volume ekstrak kotoran sapi yang digunakan adalah 1/3 volume bioreaktor. Karena volume bioreaktor yang digunakan adalah 18 liter maka volume dari ekstrak kotoran sapi adalah 6 liter. Ekstrak kotoran sapi selanjutnya dicampur dengan enceng gondok yang telah dicincang dengan diameter ±1 cm sebanyak 2 liter (1/3 dari volume ekstrak kotoran sapi). Bahan Baku Substrat Substrat yang digunakan adalah campuran enceng gondok yang telah dicincang dengan diameter ±1 cm yang dicampur dengan air. Terdapat dua komposi substrat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu komposisi pertama sebesar 1:3 untuk bioreactor 1 dan kompisisi kedua sebesar 0,75 : 1,25 untuk bioreactor 2. D. Tahap Pengopreasian Bioreaktor dan Pengambilan Data Pengoperasian Bioreaktor dan sistem pengukuran dilakukan setelah bahan baku untuk proses seeding dan substrat untuk nutrisi telah siap. Pengoperasian Bioreaktor Tahap pengoperasian bioreactor meliputi tahap seeding dan penambahan substrat. Tahap Seeding Tahap seeding adalah tahap pembibitan bakteri pembusuk pada bioreaktor. Pembibitan bakteri dilakukan dengan memasukkan bahan baku untuk seeding ke dalam bioreaktor. Bahan baku didiamkan beberapa hari hingga timbul bakteri pembusuk, hal ini ditandai dengan adanya biogas yang terbentuk. Tahap Penambahan Substrat Setelah timbul bakteri pembusuk dalam bioreaktor. Tahap selanjutnya adalah proses pemasukan substrat pada bioreactor yang berfungsi sebagai nutrisi untuk bakteri. Proses penambahan substrat ke dalam bioreactor dilakukan secara bertahap (semi-batch) yaitu pada saat setiap kadar COD dan BOD dari cairan di dalam bioreaktor telah berkurang. Penambahan ini akan dilakukan secara berkala hingga volume cairan di dalam bioreaktor penuh. Pengambilan Data Proses pengambilan data dilakukan selama 76 hari (selama bioreactor beroperasi) secara berturut-turut. Pengambilan data meliputi data besaran ph dan temperatur harian dari cairan di dalam bioreactor 1 dan bioreactor 2 serta volume biogas yang dihasilkan kedua bioreactor tersebut. Pengambilan data dilakukan dengan cara memasukkan probe sensor ke dalam cairan didalam bioreactor melalui lubang khusus (lubang kedap udara). Probe sensor tersebut terhubung dengan alat ukur yang dihubungkan ke computer. Komputer akan menampilkan data hasil pengukuran ke software HMI (Human Machine Interface) dan menyimpannya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Pada Bioreaktor 1 Setelah Tahap Seeding Pada gambar 3(a) terlihat bahwa trendline temperatur ratarata harian pada bioreaktor 1 menunjukkan tidak stabil dimana pada hari ke-2 hingga hari ke-4 tempertatur meningkat dari 27 o C - 29,1 o C lalu pada hari ke-5 turun menjadi 28,8 o C dan pada hari ke-6 naik menjadi 29 o C.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3 (a) (b) Gambar 4 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas setelah penambahan substrat kesatu pada bioreaktor 1 (c) Gambar 3. Grafik hubungan antara: (a) temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) volume biogas setelah proses seeding pada bioreaktor 1 Setelah Penambahan Substrat Kedua Penambahan substrat kedua sebanyak 3,5 liter (0,875 liter enceng gondok + 2,625 liter air). Pada gambar 3(b) terlihat bahwa dari hari ke-1 hingga hari ke-6 nilai rata-rata ph harian mengalami penurunan secara terus-menerus. Pada gambar 3(c) dengan kondisi perubahan temperatur dan ph tersebut pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-6, tidak adan volume biogas yang dihasilkan. Hal itu bisa dikarenakan volume bahan seeding belum cukup untuk memproduksi biogas sehingga dilakukan penambahan substrat pada bioreaktor 1 yaitu pada hari ke-7 Setelah Penambahan Substrat Kesatu Penambahan substrat kesatu pada bioreaktor 1 dilakukan pada hari ke 7 dengan volume penambahan 1 liter (0,25 liter enceng gondok + 0,75 liter air). Pada gambar 4, garis merah berada pada hari ke-13 dan hari ke-16. Garis merah ini menunjukkan hubungan antara peningkatan volume biogas dengan ph dan temperatur saat itu. Biogas mulai dihasilkan pada hari ke-13 dengan volume 3,3 mmh 2 O dimana kondisi tersebut terjadi pada ph 6,22 dan pada temperatur 28,2 o C. Kemudian pada hari ke-16 menunjukan terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O yang terjadi pada ph 6,28 dan temperatur 27,43 o C. Pada hari berikutnya tidak terjadi peningkatan volume biogas, hal itu bisa dikarenakan produksi biogas yang dihasilkan dari penambahan substrat kesatu sudah maksimal. Karena tidak terjadi peningkatan volume biogas hingga hari ke-29 maka dilakukan penambahan substrat kedua yaitu pada hari ke-30. Gambar 5 Grafik hubungan antara: (a) temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) volume biogas saat setelah penambahan substrat kedua pada bioreaktor 1 Pada gambar 5, trendline temperatur mengalami kenaikan dan penurunan pada hari ke-30 hingga hari ke-39 tidak terlalu besar dan berada pada rentang 27.75 o C hingga 28.5 o C.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4 Kenaikan temperatur terjadi pada hari ke-40 yaitu dari 28.0 o C ke 30 o C dan berada pada puncaknya yaitu hari ke-45 pada 30,5 o C. Kemudian untuk trendline ph mengalami penurunan dari hari ke-30 hingga hari ke-36 dengan ph minimum sebesar 6.62. kemudian pada hari ke-37 dan hari ke-38 terjadi kenaikan nilai ph menjadi 6.75 dan turun pada hari ke-39. Setelah mengalami penurunan, ph mulai naik namun tidak besar yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-46. Perubahan ph dan temperatur pada penambahan substrat kedua tidak menimbulkan peningkatan volume biogas pada dari hari ke-30 hingga ke-46. Sehingga pada hari ke-47 dilakukan penambahan substrat yang ketiga. volume biogas sebesar 10 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6,93 dan temperatur 28,5 o C. Setelah Penambahan Substrat Keempat Penambahan substrat keempat pada bioreaktor 1 dilakukan pada hari ke-59 dengan volume penambahan 3,5 liter (0,875 liter enceng gondok + 2,625 liter air). Setelah Penambahan Substrat Ketiga Penambahan substrat ketiga dengan volume penambahan 3,5 liter (0,875 liter enceng gondok + 2,625 liter air). Gambar 7 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) volume biogas saat setelah penambahan substrat keempat pada bioreaktor 1 Pada gambar 7, garis merah yang berada pada hari ke-61. menunjukkan peningkatan volume biogas sebesar 10 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6,93 dan pada temperatur 28.7 o C. Karena volume total dari bioreaktor sudah mencapai maksimum yaitu 18 liter maka tidak dilakukan penambahan substrat lagi. Gambar 6 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas setelah penambahan substrat ketiga pada bioreaktor 1 Pada gambar 6, garis merah menunjukkan hubungan antara peningkatan volume biogas dengan ph, dan temperatur pada saat itu. Garis pertama menunjukkan peningkatan volume biogas terjadi pada hari ke-52 dengan peningkatan volume sebesar 10 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6,85 dan pada temperatur 27,63 o C. Kemudian pada hari ke-53 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 10 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6.84 dan temperatur 27,10 o C. Pada hari ke-54 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 10 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6,84 dan temperatur 27,73 o C. Kemudian pada hari ke-58 terjadi peningkatan B. Pengukuran Pada Bioreaktor 2 Setelah Tahap Seeding Pada gambar 8 terlihat trendline temperatur terjadi penurunan dari hari ke-1 ke hari ke-2 kemudian meningkat hingga puncaknya pada hari ke-4 yaitu 29.2 o C. Pada hari ke-5 trendline turun dan naik pada hari ke-6. Sedangkan trendline ph mengalami penurunan dari hari ke-1 hingga ke-6 dengan nilai minimum 5.97. Pada tahap seeding ini masih belum terbentuk biogas. Hal itu bisa dikarenakan volume bahan seeding belum cukup untuk memproduksi biogas sehingga dilakukan penambahan substrat kesatu pada bioreaktor 2 pada hari ke-7.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5 Pada gambar 9, garis biru pada hari ke-13 menunjukkan peningkatan volume biogas yang dihasilkan pada bioreaktor 2 dengan volume 3,3 mmh 2 O, kondisi tersebut terjadi pada ph 6 dan temperatur 28,10 o C. Setelah Penambahan Substrat Kedua Penambahan substrat kedua pada bioreaktor 2 dilakukan pada hari ke-7 dengan volume penambahan 3,5 liter (1,3125 liter enceng gondok + 2,1875 liter air). Gambar 8 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas setelah proses seeding pada bioreaktor 2 Setelah Penambahan Substrat Kesatu Penambahan kesatu dengan volume penambahan 1 liter (0,375 liter enceng gondok + 0,625 liter air). Gambar 10 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas saat setelah penambahan substrat kedua pada Bioreaktor 2 Gambar 9 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas setelah penambahan substrat kesatu pada bioreaktor 2 Pada gambar 10, garis pada hari ke-37 menunjukkan peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O pada saat ph 6,75 dan temperatur 28.83 o C. Pada hari ke-38 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,4 mmh 2 O pada saat ph 6,73 dan temperatur 27,83 o C. Pada hari ke-40 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O pada ph 6,62 dan temperatur 30,40 o C. Pada hari ke-41 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O pada ph 6.77 dan temperatur 28,47 o C. Pada hari ke-42 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O terjadi pada ph 6,66 dan temperatur 30.33 o C. Pada hari ke-46 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 10 mmh 2 O saat ph 6,69 dan temperatur 29,63 o C. Pada hari ke-47 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O pada ph 6,74 dan temperatur 29,63 o C. Pada hari ke-48 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 3,3 mmh 2 O terjadi pada ph 6,74 dan temperatur 29,3 o C. Pada hari ke-49 terjadi peningkatan volume biogas sebesar 10 mmh 2 O pada ph bioreaktor 6.84 dan temperatur 30,25 o C. Setelah Penambahan Substrat Ketiga Pada gambar 11, trendline temperatur naik pada hari ke-59 dengan temperatur awal 28 o C hingga hari ke-70 dengan temperatur akhir 30 o C dan trendline ph turun pada hari ke-50 hingga hari ke-64 dari 7,10 menjadi 6,8. Kemudian cenderung

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6 stabil pada hari ke-64 hingga hari ke-67. Kenaikan maupun penuruan temperatur dan ph pada bioreaktor saat penambahan ketiga tidak mengakibatkan terjadi peningkatan volume biogas hingga hari ke-76. tersebut dikarenakan proses fermentasi yang merubah bahan organik yang terkandung dalam substrat pada bioreaktor berubah menjadi biogas. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa penurunan COD pada bioreaktor 2 lebih besar dari pada bioreactor 1. Besarnya penurunan nilai COD bioreaktr 2 adalah 24499 (90,56%) dan bioreactor 1 adalah 21390 (89,62 %). Dengan ini dapat dikatakan bahwa bioreaktor 2 memiliki kinerja lebih bagus dari pada bioreaktor 1 [2]. Hal itu didukung dengan volume biogas yang dihasilkan pada bioreaktor 2 lebih banyak dibandingkan bioreactor 1. Gambar 11 Grafik hubungan antara: (a) Temperatur rata-rata harian, (b) ph rata-rata harian dan (c) Volume biogas setelah penambahan substrat ketiga pada bioreaktor 2 C. Data COD Data COD yang diambil dari sample substrat pada masingmasing bioreaktor. Tabel 1. Kondisi pada kedua bioreaktor saat pengambilan pengujian sample COD. Parameter Retention Time Pengambilan Pertama Pengambilan Kedua Pengambilan Ketiga Bio1 Bio 2 Bio1 Bio 2 Bio1 Bio 2 1 1 28 28 56 56 Temperatur 27,23 o C 27,37 o C 29,50 o C 29,20 o C 28,60 o C 28,40 o C ph 6,45 6,41 6,91 6,61 6.87 6.6 Volume Bioreaktor 6 liter 6 liter 10.5 liter 10.5 liter 14 liter 14 liter Volume Biogas - - 3.3 mmh2o 6.6 mmh20 36.6 50 mmh2o mmh2o COD 23866 27603 11810 5598 2476 3104 Pada tabel 1 ditunjukkan kondisi kedua bioreaktor saat pengambilan sample COD. Pada tabel tersebut nilai COD pada kedua bioreaktor semakin lama semakin menurun. Hal IV. KESIMPULAN Berikut merupakan kesimpulan dari penelitian ini: 1. Telah berhasil dibuat sebuah sistem pengukuran besaran ph dan temperatur bioreaktor anaerob untuk dua buah bioreaktor secara on-line. 2. Bioreaktor dengan komposisi penambahan enceng gondok dan air sebesar 1:3 aktif berproduksi biogas pada hari 52 hingga ke 58 (setelah penambahan ketiga) dengan range ph 6.62 hingga 6.77 dan Temperatur 27,73 hingga 28,83 o C. 3. Bioreaktor dengan komposisi penambahan enceng gondok dan air sebesar 0,75 : 1,25 Aktif memproduksi biogas pada hari 37 hingga ke 49 (setelah penambahan kedua) dengan range ph sebesar 6,66 hingga 6,84 dan Temperatur 27,83 hingga 30,33 o C. 4. Bioreaktor dengan komposisi penambahan 0,75 : 1,25 memiliki kinerja lebih baik dari pada bioreaktor dengan komposisi penambahan 1:3. Hal tersebut ditunjukan dari waktu untuk mencapai produksi biogas maksimal lebih cepat pada komposisi 0,75: 1,25 yaitu setelah penambahan kedua dibandingkan dengan komposisi 1:3 yang diproduksi setelah penambahan ketiga. 5. Penurunan nilai COD pada bioreaktor dengan komposisi penambahan 0,75:1,25 lebih besar yaitu sebesar 90,56 % dibandingkan dengan penurunan nilai COD pada komposisi 1:3 yaitu 89,52%. Hal tersebut menunjukan bahwa kinerja bioreaktor dengan komposisi penambahan 0,75: 1,25 lebih baik dibandingkan dengan komposisi penambahan 1:3. DAFTAR PUSTAKA [1] Utami, Ardhaningtyas Riza.(2012). Analisa Ekstraksi Biogas Dari Limbah Cair Tahu Dengan Menggunakan Bioreaktor Anaerobik Berbahan Aditif Eceng Gondok.ITS,Surabaya [2] Zakaria, I.A.(2008). Relationship between Methane Production and Chemical Oxygen Demand (COD) in Anaerobic Digestion of Food Waste.Universiti Sains Malaysiam Malaysia