4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

dokumen-dokumen yang mirip
PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KATA SAMBUTAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 2 PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH

3.1. Kebutuhan Air Bersih dan Jumlah Limbah Cair Gedung BPPT

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB 2 STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROPINSI DKI JAKRTA

PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH DOMESTIK DI RUMAH SUSUN KARANG ANYAR JAKARTA

3.1. Pengelolaan Limbah Secara Umum

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

PEMBANGUNAN IPAL & FASILITAS DAUR ULANG AIR GEDUNG GEOSTECH

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

dikelola secara individual dengan menggunakan pengolahan limbah yang berupa

Kawasaki Motor Indonesia Green Industry Sumber Limbah

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

APLIKASI TEKNOLOGI BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN / RESTORAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II UNIT INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

MODIFIKASI & OPTIMALISASI IPAL GEDUNG BPPT DENGAN PROSES LUMPUR AKTIF DAN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PABRIK TEMPE DENGAN BIOFILTER. Indah Nurhayati, Pungut AS, dan Sugito *)

BAB V HASIL MONITORING IPAL PT. United Tractor Tbk

ANALISIS KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK STUDI KASUS PT. UNITED CAN Co. Ltd.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB 4 ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK disusun oleh : Dr. Sugiarto Mulyadi

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 6 PERAWATAN DAN PERMASALAHAN IPAL DOMESTIK

LAMPIRAN II. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Nomor 122 Tahun 2005 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT STUDI KASUS: CUT MEUTIA DI KOTA LHOKSEUMAWE

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

EVALUASI HASIL PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH DOMESTIK TIPE KOMUNAL DI WILAYAH KOTAMADYA JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

III.2.1 Karakteristik Air Limbah Rumah Sakit Makna Ciledug.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DESAIN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BIOFILTER UNTUK MENGOLAH AIR LIMBAH POLIKLINIK UNIPA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

Sewage Treatment Plant

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Dampak tersebut harus dikelola dengan tepat, khususnya dalam

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

jiwa/km2 dan jumlah KK sebanyak KK. Jogjakarta yang memiliki jaringan

KRITERIA PROPER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

A. Regulasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) atau Sewage Treatment Plant Regulation

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

Lampiran 3. Hasil Analisis Air Limbah Domestik PT Inalum. No. Parameter Satuan Konsentrasi Metoda Uji mg/l mg/l mg/l

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KUALITAS AIR WADUK RIO RIO DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN DAN TEKNOLOGI UNTUK MENGURANGI DAMPAK PENCEMARAN

Transkripsi:

Bab iv Rencana renovasi ipal gedung bppt jakarta Agar pengelolaan limbah gedung BPPT sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, BPPT telah mengambil keputusan untuk melakukan renovasi IPAL yang ada. Renovasi ini dimulai dari kegiatan evaluasi dan redisain system pengelolaan dan IPAL existing, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pekerjaan fisik renovasi dan modifikasi IPAL existing. Renovasi dan modifikasi IPAL dilakukan dengan teknologi biofilter untuk memperbaiki kinerja IPAL dan meningkatkan kualitas hasil olahan IPAL sehingga diharapkan outlet-nya dapat memenuhi standar baku mutu yang berlaku (PerGub DKI Jakarta No. 122 tahun 2002 serta memperbaiki dan modifikasi unit re-use dengan teknologi ultra filtrasi sehingga kualitas air hasil re-use dapat lebih baik serta dapat digunakan dengan baik untuk keperluan flashing toilet, dan siram taman yang ada di sekitar gedung. 4.1. Baku Mutu Limbah Domestik Untuk memberikan standar kualitas air limbah domestik yang akan dibuang ke saluran umum dan mencegah terjadinya pencemaran akibat pembuangan air limbah domestik tersebut, maka Pemda DKI Jakarta telah menetapkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 38

Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1: Baku Mutu Limbah Cair Domestik PARAMETER SATUAN INDIVIDUAL KOMUNAL RUMAH TANGGA ph 6 9 6 9 KMnO4 Mg/l 85 85 TSS Mg/l 50 50 Ammoniak Mg/l 10 10 Minyak & Lemak Mg/l 10 10 Senyawa Biru Metilen Mg/l 2 2 COD Mg/l 100 80 BOD Mg/l 75 50 Sumber : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005. 4.2. Pengelolaan Limbah Gedung BPPT Setelah Renovasi Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan limbah yang telah dilakukan di gedung BPPT saat ini ada beberapa sumber limbah yang belum diolah di IPAL, untuk itu maka system pengelolaan akan diredisain untuk mengolah semua limbah yang ada (yang berasal dari clean out (CO), dan dari water closed (WC) dan dari floor drain (FD), limbah kantin ) akan diolah terlebih dahulu di IPAL sebelum dibuang ke saluran. Empat (4) buah bak pengumpul yang sudah ada akan tetap dipertahankan, dan dalam system pengumpulan limbah ini akan dilengkapi dengan system pemisahan minyak (oil trap) untuk memisahkan minyak-minyak yang banyak terkandung dari limbah kantin sebelum dicampur dengan limbah dari sumber lainnya. Pemisahan minyak akan dilakukan secara Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 39

fisika dengan system flotasi. Minyak yang sudah terkumpul akan diambil secara manual agar tidak menganggu proses pengolahan di IPAL maupun dalam system pengumpulan limbah. Dengan terpisahnya minyak dari limbah, maka akan mengurangi beban kerja IPAL yang akan didisain. Dalam sistem pengelolaan limbah yang baru ini air hujan juga akan dikelola dengan menambahakan fasilitas sumur resapan. Jadi semua air hujan akan diresapkan melalui sumur-sumur resapan yang ada, dan jika sumur resapan sudah tidak mampu lagi menampung limpasan air hujan baru dialirkan ke saluran umum melalui lubang over flow yang ada. Untuk disain dan perencanaan pembuatan fasilitas sumur resapan ini, diharapkan dilakukan perencanaan disain terlebih dahulu. Contoh foto oil trap ini dapat dilihat seperti pada Gambar 4.1, sedangan system pengumpulan limbah secara keseluruhan dari semua kamar mandi yang ada di gedung dapat dilihat seperti pada gambar 4.2 dan flwo sheet rencana sistem pengelolaan limbah dapat dilihat seperti gambar 4.3. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 40

Gambar 4.1 : Foto Oil Trap. CO = Celean out, WC = Water Closed, FD = Floor Drain Gambar 4.2 : Rencana Sistem Perpipaan Limbah Gedung BPPT. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 41

Gambar 4.3 : Flwo Sheet Rencana Sistem Pengelolaan Limbah di Area Gedung BPPT. Dengan adanya perbaikan system pengelolaan air dan system reuse air tersebut, maka akan banyak diperoleh berbagai keuntungan, antara lain : - Terjadi penghematan pemakaian air bersih, - Semua limbah yang dihasilkan akan diolah di IPAL terlebih dahulu, dan semua buangan air yang disalurkan ke saluran umum telah memenuhi baku mutu kualitas limbah buangan sehingga tidak akan mencemari lingkungan disekitarnya. - Dengan system re-use ini, tidak akan mengurangi jumlah pemakaian air di setiap unit serta tidak akan menurunkan kualitas air yang digunakan. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 42

4.3. Pemilihan Teknologi Pengolahan Limbah Dalam merencanakan suatu IPAL, maka perlu ditempuh beberapa langkah pengerjaan yang dimulai dari survai lapangan, analisa laboratorium, analisis data dan pemilihan teknologi (proses) yang akan digunakan. Jika langkah-langkah tersebut telah ditempuh baru dilakukan disain IPAL yang direncanakan. Pekerjaan tidak hanya sampai di sini, pemilihan peralatan perlu dilakukan dengan tepat. Setiap unit alat (pompa, blower, bahan bangunan) mempunyai karakteristik yang berbeda dan harus disesuaikan dengan sifat-sifat limbah yang akan diolah serta kondisi lingkungannya. Pemilihan proses, sistem dan spesifikasi alat yang tidak tepat atau disain IPAL yang salah akan menimbulkan berbagai persoalan di dalam IPAL itu sendiri, misalnya : biaya investasi, operasional maupun perawatannya akan menjadi mahal, sistem tidak dapat bekerja secara optimal, hasil olahan tidak seperti yang diinginkan, sulit dalam pengendalian/operasional, Peralatan cepat rusak (korosi, panas, tidak awet dll). Untuk menghindari hal-hal seperti tersebut di atas, maka dalam perencanaan suatu IPAL harus dilakukan tahap demi tahap mulai dari survai sumber limbah, dilanjutkan dengan upaya minimalisasi limbah, manajemen pengelolaan limbah, sampai dengan pemilihan teknologi dan sistem IPAL yang akan digunakan. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 43

Dalam satu jenis limbah dengan karakteristik tertentu terkadang mengandung berbagai macam bahan pencemar di dalamnya, yang mana setiap jenis polutan tersebut mempunyai sifatsifat yang berlainan. Jika menghadapi limbah seperti ini, maka diperlukan teknik-teknik untuk mengkombinasikan proses maupun sistem yang akan digunakan, yang mana sistem manajemen limbah dari sumbernya juga memegang peran yang sangat penting. 4.3.1. Kriteria Perencanaan Pemilihan teknologi pengolahan air limbah sangat ditentukan oleh karakteristik air limbah yang akan diolah serta kualitas air olahan yang diinginkan. Pemilihan teknologi yang tepat, disamping akan mendapatkan kualitas hasil olahan yang baik juga akan menghemat biaya operasional IPAL. Kualitas air hasil olahan ditentukan oleh Peraturan Pemerintah setempat dan peruntukan badan air atau sungai dimana air olahan IPAL tersebut akan dibuang. Teknologi pengolahan air limbah yang akan digunakan harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar baku mutu lingkungan. Pengelolaannya harus mudah. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah. Biaya operasinya rendah. Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 44

Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik. Perawatannya mudah dan sederhana. 4.3.2. Pemilihan Proses Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan seperti tertera pada Bab III tersebut di atas, maka hasil olahan IPAL tersebut belum dapat memenuhi standar baku mutu yang diharapkan, sehingga diperlukan renovasi dan modifikasi IPAL tersebut dengan teknologi yang lebih baik lagi. Ada berbagai teknologi IPAL yang tersedia, dan masing-masing teknologi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Agar hasil dari modifikasi ini nantinya dapat memberikan hasil yang maksimal, maka diperlukan adanya pemilihan teknologi yang akan diterapkan. Untuk mengkaji secara keseluruhan tentang keunggulan dan kelemahan setiap jenis proses pengolahan dapat dilakukan dengan cara pembobotan (scoring) terhadap tiap jenis teknologi yang akan dipilih. Skoring dilakukan dengan skala 1(satu) untuk yang terburuk sampai dengan 5 (lima) untuk yang terbaik. Hasil pembobotan untuk beberapa jenis proses pengolahan air limbah secara biologis seperti yang telah diuraikan di atas, ditunjukkan seperti pada Tabel 4.2. Berdasarkan beberapa macam proses pengolahan air limbah seperti uraian di atas, untuk proses pengolahan air limbah domestik yang paling sesuai yakni proses pengolahan dengan Sistem Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob. Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 45

Tabel 4.2. : Pembobotan Terhadap Beberapa Jenis Proses Pengolahan Air Limbah Secara Biologis KRITERIA PERENCANAAN JENIS PROSES Kualitas Air Olahan Kumudahan Operasional Biaya Operasional Kebutuhan Energi Biaya Investasi Jumlah Lumpur Penghilangan Amoniak Kebutuhan Lahan JUMLAH SKOR Proses Lumpur Aktif 5 2 2 2 5 1 3 5 25 RBC 3 3 3 3 4 4 3 5 28 Trickling Filter 3 3 4 3 4 4 3 3 27 Proses Anaerobik 1 3 5 5 4 5 1 3 27 Aerated Lagon 2 4 4 4 3 4 2 1 24 Biofilter Anaerobik 1 5 5 5 5 1 1 3 26 Biofilter Aerobik 5 5 1 2 4 3 5 4 29 Biofilter Anaerob-Aerob 5 5 4 4 3 5 5 3 34 Keterangan : Bobot : 1 = Terburuk 5 = Terbaik Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 46