BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan yang mengarahkan

dokumen-dokumen yang mirip
Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

Kanker Leher Rahim (serviks)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN BAB II ISI

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Hilda Rahayu Pratiwi / , sedang menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Papanicolaou smear atau Pap smear adalah metode yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan (Manuaba, 2008).

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan pap smear ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu untuk periode 5 tahun sebelum survey ( )

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

Seri penyuluhan kesehatan. Kanker Leher Rahim. Dipersembahkan dengan gratis. Oleh: Klinik Umiyah. Jl. Lingkar Utara Purworejo,

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. paling sering terjadi pada kisaran umur antara tahun.

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB II TINJUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga :

GAMBARAN FISIK DAN PSIKOLOGIS KLIEN DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

GAMBARAN KEJADIAN KANKER SERVIKS BERDASARKAN JENIS DAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep motivasi 2.1.1. Pengertian motivasi Motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan dan yang mengarahkan perilaku kearah tujuan Pujadi(2007). Menurut Uno dalam Nursalam (2008) motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, harapan dan cita-cita, penghargaan, dan penghormatan atas diri, lingkungan yang baik, serta kegiatan yang menarik. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas (Notoatmodjo, 2007). Menurut Siagian (2008) Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas, yang dimaksud dengan motivasi dalam penelitian ini adalah suatu kondisi psikologis atau keadaan dalam diri seseorang yang akan membangkitkan atau menggerakan dan membuat seseorang untuk tetap 7

8 tertarik dalam melakukan kegiatan, baik itu dari internal maupun eksternal untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. 2.1.2. Jenis jenis motivasi Menurut Suhardi (2013) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 1. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri seseorang. Motivasi ini terkadang muncul tanpa pengaruh apa pun dari luar. Biasanya orang yang termotivasi secara intrinsik lebih mudah terdorong untuk mengambil tindakan. Bahkan, mereka bisa memotivasi dirinya sendiri tanpa perlu dimotivasi orang lain. Semua ini terjadi karena ada prinsip tertentu yang mempengaruhi mereka (Suhardi, 2013). Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu : a. Kebutuhan (need) Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor kebutuhan baik biologis maupun psikologis b. Harapan (Expectancy) Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.

9 c. Minat Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada yang menyuruh. 2. Motivasi ekstrinsik motivasi ekstrinsik adalah kebalikannya motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang muncul karena pengaruh lingkungan luar. Motivasi ini menggunakan pemicu untuk membuat seseorang termotivasi. Pemicu ini bisa berupa uang, bonus, insentif, penghargaan, hadiah, gaji besar, jabatan, pujian dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik memiliki kekuatan untuk mengubah kemauan seseorang. Seseorang bisa berubah pikiran dari yang tidak mau menjadi mau berbuat sesuatu karena motivasi ini (Suhardi, 2013). Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah : a. Dorongan keluarga Dorongan keluarga khususnya suami merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing factors) yang dapat mempengaruhi perilaku istri dalam berperilaku. Dukungan suami dalam upaya pencegahan kanker serviks, merupakan bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para anggota keluarga. b. Lingkungan Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi

10 seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. c. Imbalan Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu. 2.1.3. Tujuan Motivasi Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan. Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007). 2.1.4. Fungsi Motivasi Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu : 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

11 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian. Motivasi melakukan pap smear di bagi menjadi tiga tingkatan yang nantinya tersaji dalam data ordinal: 1) Motivasi tinggi : 41-60 2) Motivasi sedang : 21-40 3) Motivasi rendah : 0-20 2.2. KonsepTindakan 2.2.1. Pengertian tindakan melakukan pap smear Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003). Menurut Mantra (2005) Tindakan adalah suatu aktivitas dari manusia yang diamati secara langsung maupun tidak langsung. Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain, oleh sebab itu disebut overt behavior (Azwar, 2008).

12 Mengacu pada beberapa definisi diatas, yang dimaksud dengan tindakan dari penelitian ini adalah aktivitas yang dilakukan seseorang yang telah mengetahui stimulus/objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya akan melaksanakan/ mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya. 2.2.2. Praktik atau Tindakan Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2003). Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis.

13 2.2.3. Tingkat Tindakan Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah : 1. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil. 2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar. 3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Menurut Notoatmodjo (2003) Tindakan kesehatan adalah seseorang yang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan seseorang tersebut melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator tindakan (praktek) kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas,yakni. a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit Tindakan atau perilaku ini mencakup: a. pencegahan penyakit, melakukan imunisasi anak, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada waktu kerja ditempat yang berdebu, dan sebagainya. b. penyembuhan penyakit. misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan

14 anjuran-anjuran dokter, berobat kefasilitas pelayanan kesehatan yang tepat, dan sebagainya. b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras dan narkoba dan sebagainya. c. Tindakan (praktek)kesehatan lingkungan Tindakan ini antara lain mencakup: membuang air besar dijamban (WC), membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, masak dan sebagainya. Faktor faktor yang mempengaruhi tindakan yang berasal dari diri sendiri yaitu : a. Susunan saraf pusat merupakan pemegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk kerangsangan yang dihasilkan. b. Persepsi Adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera pengelihatan, pendengaran, penciuman dan sebagainya. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. c. Motivasi Adalah sebagai dorongan untuk bertindak sehingga mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan dan gerakan ini mewujudkan dalam bentuk perilaku.

15 d. Emosi Proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. e. Belajar Merupakan suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek daam lingkungan kehidupan. 2.2.4. Penilaian Tindakan Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan yang dilakukan responden (Notoatmodjo, 2007). 2.3. Pengertian kanker serviks Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks yaitu bagian terendah dari rahim yang menonjol ke liang senggama atau vagina sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal (Aminati, 2013). Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada serviks (leher rahim) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama atau vagina (Depkes RI, 2006).

16 Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus, daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dan liang senggama (vagina). Waktu yang diperlukan bagi kanker serviks untuk berkembang cukup lama, sekitar 10-15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia antara 30 tahun sampai 50 tahun, yaitu di usia reproduktif wanita (Smart, 2010). 2.3.1.Tanda dan gejala kanker serviks Kanker ini cenderung tidak terdeteksi pada stadium awal. Bahkan, penderita tidak bisa merasakan dalam dirinya sudah terkena kanker serviks. Gejala biasanya baru muncul ketika sel serviks abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup kejaringan sekitar (Smart, 2010). Kanker yang berkembang semakin lanjut, akan menimbulkan gejala-gejala seperti: 1. Keputihan yang semakin lama semakin berbau busuk, berwarna kekuningan dan kental. 2. Pendarahan setelah berhubungan seksual, yang lama kelamaan dapat terjadi pendarahan spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual. 3. Timbulnya pendarahan setelah menopause. 4. Pada fase invasive, dapat keluar cairan berwarna kekuningan, berbau dan bercampur darah. 5. Anemia karena pendarahan yang sering timbul. 6. Rasa nyeri disekitar genetalia.

17 7. Timbul rasa nyeri di panggul atau perut bagian bawah bila ada radang panggul. 8. Berkurangnya nafsu makan, menurunya berat badan, dan kelelahan. 9. Rasa nyeri panggul, punggung, dan tungkai. 10. Keluar air kemih tanpa tinja dari vagina. 2.3.2. Penyebab Kanker Serviks Menurut Sukaca (2009), ada tiga golongan faktor-faktor pemicu, yaitu faktor individu, faktor pasangan dan faktor resiko. Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah: a. Faktor individu 1. Human papiloma virus Terdapat lebih dari 138 varian HVP, namun hanya empat tipe yang telah diketahui secara positif menyebabkan hampir 70% kasus kanker serviks. Sedangkan dua varian lain, HVP 6 dan HVP 11 adalah penyebab munculnya kutil kelamin yang berpotensi berkembang menjadi kutil kelamin. HVP ditularkan melalui hubungan seks, bahkan pada orang yang melakukan seks oral, HVP 6 dan HVP 11 dapat berpindah ketenggorokannya dan menimbulkan kutil pada jaringan lunak sekitar rongga mulut, dan berpotensi terserang kanker mulut atau kanker tenggorokan. 2. Herpes simpleks virus Varian HSV 2 adalah jenis virus yang dikenal berperan dalam pembentukan sel kanker, meskipun sebenarnya bukan penyebab utama, tetapi hanya faktor resiko yang mendukung atau memicu kerusakan sel saja, sebagaimana zat kimia tertentu.

18 3. Faktor etogonik Kenyataan terdapat ribuan jenis virus yang berperan dalam proses kemunculan kanker serviks. Ribuan diantaranya terdapat virus DNA, yaitu virus dengan kemampuan menyusupkan susunan asam nukleat ke dalam pita DNA sehingga merusak informasi dan perintah DNA. 4. Perubahan fisiologi pada jaringan epitel Jenis epitel pada serviks ada dua, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumna. Diantara keduanya terdapat lapisan penghubung yang disebut Sambungan Skuamosa Kolumnar (SSK). Kondisi semacam pubertas atau lainya dimana terdapat peningkatan aktivitas seksual, posisi SSK dapat bergeser. Melalui mekanisme perubahan ph dan sebagainya, jaringan akan membentuk lapisan Skuamosa baru sehingga muncul SSK baru. Hal ini dapat merusak proses kerusakan (mutasi) sel dijaringan epitel tersebut dalam waktu tertentu. 5. Kebiasaan merokok Wanita perokok memiliki peluang dua kali lebih besar untuk mengidap kanker serviks dibandingkan wanita yang tidak merokok. Asap tembakau yang dihirup dari asap rokok mengandung Polycylyk aromatic hydrocarbon heterocyclin nitrosamines. Zat ini akan turut diedarkan oleh darah keseluruhan bagian tubuh. Para ahli telah menemukan fakta bahwa kandungan asap tembakau mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi virus. Bahkan pada laki-laki yang mengidap virus HVP, senyawa nikotin akan mempercepat reproduksi dan penggandaan sel HVP dalam tubuhnya. Kandungan nikotin didalam lendir serviks

19 meningkatkan daya reproduksi sel Squamous intraepithelial lesions, jenis sel yang dikenal berpotensi termutasi menjadi sel kanker ganas. 6. Pemakaian celana ketat Faktor ini memang tidak secara langsung memunculkan sel kanker. Seperti diketahui, di daerah vulva dan vagina terdapat banyak sekali mikroorganisme yang sebagian kecilkan berpotensi infeksi. Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga akan merusak daya hidup sebagaian mikroorganisme lainnya. Akhirnya pertumbuhan mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru menyebabkan terjadinya infeksi. 7. Usia Peningkatan usia seseorang selalu diiringi dengan penurunan kinerja organorgan dan kekebalan tubuhnya, itu yang membuatnya relative mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim berpotensi paling besar pada usia 35-55 tahun. 8. Paritas adalah kemampuan wanita melahirkan secara normal. Proses persalinan normal, bayi bergerak melalui rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat tersebut. Pada kasus ini wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini berkembang kearah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas. 9. Usia hubungan seks pertama kali Organ organ seksual pada wanita mengalami perkembangan yang lambat dan harus berada dalam kondisi matang untuk dapat menjalankan tugasnya. Meskipun

20 secara fungsional uterus wanita dinyatakan sudah berfungsi nsejak mengalami menstruasi (9-15tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapai pada usia sekitar 20 tahun, dimana secara mental wanita juga sudah siap untuk berhubungan seksual secara sadar. Hubungan seksual yang dilakukan terlalu dini dapat berpengaruh terhadap kerusakan jaringan epitel servik atau dindingan rongga vagina. Kondisi tersebut dapat bertambah buruk mengarah pada kelainan sel dan pertumbuhan abnormal. Wanita yang melakukan hubungan seksual secara aktif sejak sebelum 17 tahun, memiliki potensi tiga kali lebih besar untuk mengidap kanker serviks disbanding wanita yang tidak melakukan hubungan seksual pada usia tersebut. 10. Makanan Faktor resiko makanan berlaku untuk hampir semua jenis kanker. Makanan berupa gorengan berpotensi menimbulkan senyawa karsinogenik. Pada makanan yang banyak mengandung karbohidrat, ketika digoreng, maka karbohidratnya akan terurai dan bereaksi dengan asam amino. Hasil persenyawaannya bersifat karsinogen, yakni berpotensi dysplasia. 2.3.3. Cara pencegahan dan deteksi dini kanker serviks Pencegahan kanker serviks dibagi menjadi dua yaitu a. Pencegahan Primer Pencegahan primer adalah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor resiko yang dapat dikontrol. Cara-cara pencegahan primer adalah sebagai berikut (Dalimartha.S, 2004) : 1. Tidak berhubungan seksual sampai batas usia di atas remaja

21 2. Batasi jumlah pasangan 3. Hindari kebiasaan mencuci vagina terlalu sering 4. Melakukan vaksinasi HPV 5. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, Beta Karoten dan Asam Folat b. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan untuk menentukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan, termasuk skrining, deteksi dini (pap smear atau IVA) dan pengobatan. Deteksi dini penyakit kanker dengan program skrining dapat memperoleh keuntungan yaitu: memperbaiki prognosis pada sebagian penderita sehingga terhindar dari kematian akibat kanker, tidak diperlukan pengobatan radikal untuk mencapai kesembuhan. Selain dengan skrining dapat dilakukan pula program deteksi dini dengan pap smear atau IVA, hal ini harus rutin dilakukan oleh wanita yang sudah pernah berhubungan seksual atau menikah untuk mendeteksi keberadaan sel-sel kanker agar dapat ditangani segera ke pengobatan selanjutnya sebelum terlambat. 2.4. PAP SMEAR 2.4.1.Pengertian Pap Smear Menurut Indrawati (2009), mengungkapkan pap smear (tes papanicolau) adalah suatu pemerikasaan mikroskopik terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks, 24 jam sebelum dilakukan pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam

22 mendeteksi perubahan prakanker pada serviks. Jika hasil pap smear menunjukan dysplasia atau serviks tampak abnormal, biasanya dilakukan kolposkopi dan biopsy. 2.4.2. Tujuan Pemeriksaan Pap Smear Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010). Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca, 2009 yaitu : a. mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker. b. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks. c. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks. d. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. e. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.

23 2.4.3. Manfaat pemeriksaan (Suryati dan Anna, 2009) yaitu: a. Mendiagnosa peradangan Peradangan pada vagina dan serviks dapat didiagnosis dengan pemeriksaan sitologi apusan pap baik peradangan akut maupun kronis. b. Mendiagnosis kelainan pra kanker (dysplasia) serviks dan kanker serviks dini atau lanjut (karsinoma insitu/infasif) Dengan kemajuan penelitian muktahir dibidang sitologi apusan pap, sitologi ginekologik yang semula dinyatakan hanya sebagai alat screaning deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik yang tinggi. c. Memantau hasil terapi Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau gangguan endokrin, memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker serviks yang telah diobati dengan radiasi, memantau hasil lesi prakanker atau kanker serviks yang telah diobati dengan elektrokauter atau konisasi. 2.4.4. Waktu pelaksanaan Pap Smear Pap Smear dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan normal, pemeriksaan dapat dijarangkan, misalnya setiap dua tahun. Pada perempuan kelompok risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan sekali setahun atau sesuai petunjuk dokter (Smart, 2010). Pap Smear dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap Smear sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh suami. Waktu yang diperlukan

24 untuk mengetahui hasil dari dilakukannya metode pap smear berkisar antara 4 hari sampai 2 minggu tergantung jarak tempat dilakukannya pemeriksaan papsmear dan dari laboratorium pemeriksaan specimen lendir mulut rahim. Untuk mengetahui apakah hasilnya positif atau negatif maka diperlukan tenaga khusus laboratorium yang dapat membaca hasil mikroskop. Jadi selama rentan waktu itulah wanita pasangan usia subur mengalami kecemasan terhadap hasil dari pemeriksaan pap smear (Manuaba dkk, 2009). 2.4.5. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya, namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear (Sukaca, 2009) sebagai berikut: 1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi. 2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin. 3. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. 4. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. 5. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. 6. Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif. 7. Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test.

25 8. Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker maupun kanker serviks. Menurut Nurcahyo,J.(2009), Deteksi dini kanker serviks juga bisa dilakukan dengan menggunakan cara Inspeksi Visual Asetat (IVA). Cara ini relative mudah, murah, lebih akurat, hasil dapat diketahui secepatnya dan dapat dilkukan oleh bidan atau tenaga medis pukesmas. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat tiga sampai lima persen. Kondisi keasaman lender di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih. Melalui bantuan cahaya, petugas medis akan mampu melihat bercak putih pada mulut rahim. Keberadaan bercak putih ini menunjukan adanya sel abnormal, jika hasilnya positif maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan biopsy (pengambilan sampel jaringan servik) ke laboratorium dengan menggunakan teknik pap smear atau Gyneskopy oleh dokter ahli kandungan. 2.5. WUS (Wanita Usia Subur) Wanita Usia Subur atau bisa disebut masa reproduksi adalah wanita yang berumur antara 15-45 tahun yang ditandai dengan menstruasi untuk pertama kali (Menarche) dan diakhiri dengan menopause (Wiknjosastro, 2008). Puncak kesuburan untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun (Mansur, 2009). Pada masa ini terjadi perubahan fisik, seperti perubahan warna kulit, perubahan payudara, pembesaran perut, pembesaran rahim, dan mulut rahim. Masa ini merupakan masa terpenting

26 bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Menstruasi pada masa ini paling teratur dan siklus pada alat genital bermakna untuk memungkinkan kehamilan. Pada masa ini terjadi ovulasi kurang lebih 450 kali. Kondisi yang perlu dipantau pada masa subur adalah perawatan antenatal, jarak kehamilan dan kanker leher rahim, serta infeksi menular seksual (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). 2.6. Hubungan motivasi dengan tindakan pap smear pada wanita usia subur Menurut Suhardi (2013) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Siagian (2008) Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menuaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dari berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Motivasi berkaitan dengan suatu tindakan. Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003). Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan

27 faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2003). Wanita Usia Subur atau bisa disebut masa reproduksi adalah wanita yang berumur antara 15-45 tahun yang ditandai dengan menstruasi untuk pertama kali (Menarche) dan diakhiri dengan menopause (Wiknjosastro, 2008). Puncak kesuburan untuk wanita, sebelum usia tersebut kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun (Mansur, 2009). Pada masa ini terjadi perubahan fisik, seperti perubahan warna kulit, perubahan payudara, pembesaran perut, pembesaran rahim, dan mulut rahim. Masa ini merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung kira-kira 33 tahun. Kondisi yang perlu dipantau pada masa subur adalah perawatan antenatal, jarak kehamilan dan kanker leher rahim, serta infeksi menular seksual (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012). Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahuntahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Diananda, 2009).