II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. kegiatan ini merupakan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhannya

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP OBJEK WISATA TAMAN PURBAKALA PUGUNG RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh WAYAN JUANA RISKAWATI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah termasuk di dalamnya

DESKRIPSI OBJEK WISATA KELAPA RAPET KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh PRANANDA SEPRIANSYAH

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SEBAGAI OBJEK WISATA ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul Hotel Resort Pantai Wedi Ombo Gunung Kidul dengan pendekatan arsitektur tropis.

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK TAHUN 2014 JURNAL. Oleh. Bety Tri Astuti ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. rekreasi, pelancongan, turisme. Pariwisata bukanlah suatu hal yang baru, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukannya terhadap alam, pembuatan berbagai macam industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kata geografi berasal berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

Transkripsi:

10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Peranan Geografi Pariwisata Menurut Ramaini (1992: 2): Geografi pariwisata adalah ilmu yang mempelajari antara geografi dan pariwisata, yaitu industri pariwisata seperti perhotelan, rumah makan, cinderamata, biro perjalanan, dan atraksi wisata. Dalam segi geografi seperti iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat budaya, perjalanan darat, udara dan sebagainya. Geografi pariwisata adalah geografi yang berhubungan erat dengan pariwisata. Kegiatan pariwisata yang banyak sekali seginya dimana semua kegiatan tersebut dapat disebut dengan industri pariwisata, seperti perhotelan, restoran, toko cinderamata, transportasi, biro jasa, tempat-tempat hiburan, obyek wisata, atraksi budaya dan sebagainya. Segi-segi geografi umum yang dikaji dalam pariwisata antara lain iklim, flora, fauna, keindahan alam, adat istiadat, laut dan sebagainya (Gamal Suwantoro, 1997: 28). Dilihat dari definisi di atas, maka antara dua segi yang disebutkan di atas, yaitu segi industri pariwisata dan segi geografi umum, menjadi bahasan dalam geografi pariwisata. Geografi dan pariwisata mempunyai hubungan atau korelasi yang sangat erat, dengan demikian geografi pariwisata merupakan bagian dari ilmu

11 geografi yang pembahasannya ditekankan pada masalah bentuk, jenis, persebaran dan juga termasuk wisatanya sendiri sebagai konsumen dari obyek wisata. Geografi pariwisata juga berperan dalam menunjang aktivitas pariwisata dapat sebagai media untuk melayani kebutuhan wisatawan mengenai suatu produk wisata yang disajikan oleh suatu daerah atau negara, misalkan seorang wisatawan yang berasal dari luar negeri ingin berlibur dan berhasrat mengunjungi suatu obyek wisata yang ada di Indonesia. Langkah awal yang wisatawan tersebut lakukan adalah mencari tahu tentang obyek wisata yang akan dituju, biaya yang harus dikeluarkan, masalah transportasi dan akomodasi yang akan digunakan dan lain sebagainya. Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, maka diperlukan pengetahuan geografi pariwisata. 2. Persepsi Persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu kata perception, yang diambil dari bahasa latin perceptio, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Mar at (1989: 21) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Aspek kognisi merupakan aspek penggerak perubahan karena informasi yang diterima akan menentukan perasaan dan kemauan untuk berbuat. Komponen kognisi ini akan berpengaruh untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap suatu objek yang merupakan jawaban atas pertanyaan. Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami

12 persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Jadi persepsi adalah pandangan atau pendapat seseorang dalam memahami suatu obyek yang dilihat, didengar maupun dirasakan. 3. Obyek Wisata Menurut Oka A. Yoeti (1996: 172), pengertian obyek wisata biasanya lebih digunakan istilah tourist attractions yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi daerah tersebut. Dari arti tersebut berarti bahwa obyek wisata tidak dapat lepas dari apa yang ditawarkan suatu tujuan wisata. Pariwisata akan sangat tergantung dengan daya tarik yang ada. Obyek wisata alam merupakan tempat-tempat berlibur, beristirahat dan rekreasi untuk memulihkan kembali kesehatan jasmani dan rohani, wisata alam disebut juga wisata liburan dan wisata kesehatan karena tempat-tempat wisata seperti ini biasanya terdapat di arah pegunungan atau daerah pantai, disamping karena letak geografisnya mempunyai pemandangan yang indah juga memiliki udara serta iklim yang dapat menyehatkan badan (Nyoman S. Pendit, 1990: 67). Berdasarkan pendapat di atas, obyek wisata merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekelompok orang mengadakan aktivitas dengan tujuan berekreasi dan mengisi waktu luang dengan cara menikmati suasana di tempat obyek wisata tersebut.

13 4. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah kemampuan orang untuk mencapai tujuan dimana seseorang dapat melaksanakan kegiatan tertentu. Aksesibilitas dapat dihitung berdasarkan jumlah waktu dan jarak yang ditempuh oleh seseorang dalam menempuh perjalanan antara tempat ia tinggal dan dimana fungsi-fungsi fasilitas itu ada. Menurut James J. Spillane (1997: 38): Aksesibilitas merupakan kemampuan untuk mencapai suatu tujuan wisata tertentu, dapat lebih mudah atau lebih sulit untuk menjangkaunya. Aksesibilitas dapat diukur dengan beberapa parameter seperti kemiringan jalan dan lokasi objek wisata. Menurut Kusidianto Hadinoto (1996: 121-122) agar pariwisata bisa berkembang, maka suatu daerah tujuan wisata harus assessibel (bisa didatangi), artinya harus memiliki aksesibilitas yang tinggi yaitu seperti: a. Pengaturan perjalanan harus nyaman, komparatif ekonomi. b. Apabila jarak menuju pasar wisata melebihi 250 km, maka harus tersedia angkutan nyaman dan modern, lazimnya angkutan udara maupun kereta api cepat agar daerah wisata tersebut bisa menerima jumlah wisatawan yang cukup besar. c. Jalan-jalan perlu nyaman dan aman, beraspal tidak berlubang, tidak berdebu, dengan cukup rambu-rambu lalu lintas, sedangkan kendaraan juga perlu nyaman dan bersih, layak digunakan (tidak rusak di tengah perjalanan, sopir bertanggung jawab). d. Langsung dan cepat adalah syarat perjalanan wisatawan. e. Waktu adalah penentu perjalanan, artinya bagi perjalanan jauh waktu yang diperlukan adalah lebih penting daripada biaya perjalanan. Berdasarkan pengertiannya, aksesibilitas atau tingkat keterjangkauan merupakan kemampuan dan kemudahan untuk menjangkau suatu tempat. Setiap wisatawan yang akan mengunjungi suatu tempat wisata atau obyek wisata biasanya akan mempertimbangkan terlebih dahulu mudah tidaknya suatu tempat untuk dikunjungi, semakin mudah suatu obyek wisata dikunjungi akan semakin meningkatkan minat wisatawan untuk datang. Selain itu biaya perjalanan, waktu tempuh, serta kondisi

14 jalan akan selalu menjadi pertimbangan wisatawan. Wisatawan biasanya lebih memilih suatu obyek wisata yang lokasinya mudah dijangkau dengan jalan yang bagus dan biaya yang murah atau terjangkau. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa obyek wisata yang mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi dapat memberikan kemudahan transportasi, komunikasi, dan informasi yang akan mempercepat kemajuan obyek wisata tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan jalan-jalan yang baik, waktu lalu lintas yang lancar, alat-alat angkutan yang tercepat disertai dengan syarat-syarat kenyamanan. Jadi aksesibilitas sangat berpengaruh pada perkembangan suatu daerah obyek wisata, karena suatu daerah yang mempunyai tingkat keterjangkuan tinggi akan mengalami perkembangan yang pesat dan dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke obyek wisata tersebut. 5. Fasilitas Fasilitas cenderung berorientasi pada atraksi di suatu lokasi karena fasilitas harus dekat dengan pasarnya. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang. Suatu atraksi juga dapat merupakan fasilitas. Jumlah dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut.

15 Menurut James J. Spillane (1997: 40): Fasilitas merupakan sarana yang menunjang dan menambah kenyamanan wisatawan dalam berekreasi, seperti hotel, rumah makan, pondok wisata, toko souvenir, telepon umum, bank dan tempat rekreasi. Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong dan cenderung berkembang pada saat yang sama atau sesudah attraction berkembang. Gamal Suwantoro (1997: 50) kebutuhan wisatawan terhadap fasilitas yang baik atau diperlukan pada umumnya adalah sebagai berikut: 1) Kebutuhan akan transportasi. 2) Kebutuhan akan penginapan dari berbagai jenis dengan tarif dan pelayanan yang sesuai dengan budgetnya. Fasilitas yang diperlukan adalah jasa akomodasi yang variabel, antara lain hotel, losmen dan jenis penginapan lainnya. 3) Kebutuhan akan makanan/minuman. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut wisatawan memerlukan jasa pangan yang menyediakan pelayanan makan-minum, baik berupa makanan spesifik daerah setempat (local food) maupun makanan ala negara asal wisatawan. Sarana yang harus tersedia antara lain bar dan restaurant, rumah makan dan lain-lain. 4) Kebutuhan untuk melihat dan menikmati objek wisata, atraksi wisata serta tour tempat-tempat yang menarik. Kunjungan wisatawan di suatu daerah terutama adalah karena adanya suatu atraksi wisata yang menarik, disamping karena dorongan rasa ingin tahu (curiousity). Fasilitas yang diperlukan adalah jasa angkutan dan pelayanan perjalanan, seperti biro perjalanan, guide dan angkutan wisata. 5) Kebutuhan akan hiburan dan kegiatan rekreasi di waktu senggang. Fasilitas yang mereka perlukan adalah tempat-tempat hiburan, amuaementpark entertainment, tempat golf, kolam renang dan lain-lain. 6) Kebutuhan akan barang-barang cinderamata yang spesifik dan khas buatan masyarakat setempat, yang dapat dijadikan kenang-kenangan perjalanannya untuk oleh-oleh. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan toko-toko cinderamata (souvenir shop) sebagai penyalur produk kreasi seni pengrajin setempat. 7) Kebutuhan untuk mendapatkan barang-barang konsumsi/keperluan pribadi yang didorong oleh keinginan berbelanja barang-barang yang harganya relatif lebih murah dibanding apabila dibeli di negara tempat tinggal wisatawan. Fasilitas yang diperlukan adalah tersedianya toko-toko serba ada atau toko biasa dengan harga yang bersaing. Berdasarkan pendapat tersebut, fasilitas merupakan kebutuhan dan penunjang obyek wisata yang harus diperhatikan. Fasilitas yang lengkap akan menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke lokasi obyek wisata, karena wisatawan membutuhkan tempat untuk beristirahat atau penginapan terutama wisatawan yang

16 berasal dari luar daerah atau kota seperti fasilitas hotel atau penginapan, rumah makan, telepon umum sebagai alat komunikasi, tempat ibadah, kantin, tempat parkir, MCK serta toko souvenir yang menjual berbagai produk sebagai ciri khas obyek wisata yang dikunjunginya. Selain itu, ketersediaan fasilitas rekreasi untuk berbagai kegiatan wisatawan harus tersedia pada setiap obyek wisata. 6. Infrastruktur Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas dari suatu wilayah atau daerah. Hal ini termasuk sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal-terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran/pembuangan air, jalan-jalan/jalan raya dan sistem keamanan. Infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan untuk menunjang fasilitas dan pelayanan pariwisata, karena akan mendorong perkembangan pariwisata itu sendiri (James J. Spillane, 1997: 69). Menurut Happy Marpaung dan Herman Bahar (2002: 72) sebagian infrastruktur yang banyak dipikirkan dan baik adalah sebagai berikut: 1. Air. Suatu resort memerlukan 350 hingga 400 galon air per kamar per hari. Jumlah air harus selalu tersedia. 2. Komunikasi dan aliran listrik. Aliran listrik dan komunikasi harus memadai dan pelayanan kontinyu. 3. Pembangunan kotoran dan air limbah. Diperlukan sekitar 1800 galon per hari acre tanah yang dibangun. 4. Jalan dan jalan raya. Pertanyaan dasar yang harus dijawab adalah ke arah mana perluasan daerah wisata akan dilakukan dan akomodasi harus diisolasi dari pola aliran lalu lintas normal. 5. Taman dan rekreasi. Taman dan rekreasi dapat menjadi tempat bertemu antara penduduk setempat dan para pengunjung. 6. Fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang sesuai akan bergantung pada jumlah, kelompok dan aktivitas yang mungkin dilakukan pengunjung dalam hubungannya dengan keadaan geografi daerah itu.

17 7. Pendidikan. Fasilitas pendidikan akan dibutuhkan bukan untuk wisatawan akan tetapi untuk para pekerja mungkin membutuhkan training keahlian yang diperlukan untuk melayani para tamu, sementara pendidikan penduduk setempat mungkin perlu untuk memberi dukungan pada pembangunan kepariwisataan. 8. Rumah karyawan. Jika daerah wisata terletak di daerah terpencil maka perumahan untuk para pekerja mutlak diperlukan. Perumahan ini sebaiknya terletak agak jauh dari akomodasi para tamu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan untuk menunjang fasilitas dan pelayanan pariwisata, karena akan mendorong perkembangan pariwisata itu sendiri. Infrastruktur dari suatu daerah sebetulnya dinikmati dan digunakan baik oleh wisatawan ataupun penduduk yang tinggal di daerah wisata, jika infrastrukturnya ditingkatkan maka akan ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Maka pemenuhan dan penciptaan infrastruktur pada suatu obyek wisata adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata dan kenyamanan wisatawan yang datang. 7. Keamanan Menurut James J. Spillane (1997: 2) kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus dipertimbangkan dan disediakan supaya calon pengunjung merasa aman sebelum dan selama perjalanan liburan. Berdasarkan pendapat tersebut wisatawan yang baru pertama kali datang umumnya berada dalam wilayah yang asing, jadi dibutuhkan rasa yang aman, sedangkan dalam buku panduan standar wisata I, menurut E. A Chalik (1994: 23) wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat apabila merasa aman, tentram, terbebas dari rasa takut, terlindung serta bebas dari:

18 1. Tindak kejahatan, kekerasan, ancaman, seperti kasus pencopetan, pemerasan, penodongan, penipuan, serta lain sebagainya. 2. Terserang penyakit yang menular dan penyakit yang berbahaya lainnya. 3. Kecelakaan yang disebabkan oleh alat perlengkapan dan fasilitas yang kurang baik, seperti kendaraan, peralatan, untuk makan dan minum, lif, atau alat perlengkapan rekreasi atau sarana olahraga. 4. Gangguan oleh masyarakat, antara lain berupa pemaksaan oleh pedagang asongan yang mempunyai tangan jahil, ucapan, dan tindakan serta perilaku yang kurang bersahabat serta lain sebagainya. 8. Promosi dan Informasi Menurut Oka A. Yoeti (1996: 52) promosi secara sederhana bertujuan untuk memberitahukan kepada orang banyak atau kelompok tertentu bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual, maka tugas kegiatan promosi adalah menarik semua penduduk untuk dapat membeli paket wisata yang telah dipersiapkan. Pada dasarnya tujuan promosi tidak lain adalah: 1. Memperkenalkan jasa-jasa dan produk yang dihasilkan industri pariwisata seluas mungkin. 2. Memberi kesan daya tarik sekuat mungkin dengan harapan agar orang akan banyak datang berkunjung. 3. Menyampaikan pesan yang menarik dengan cara jujur untuk menciptakan harapan-harapan yang tinggi. Menurut Salah Wahab (1996: 151) promosi yang berdaya guna adalah salah satu teknik yang berhasil menerobos selera dan keinginan orang-orang, menciptakan citra yang mampu mempengaruhi sejumlah orang-orang yang harus berhasil dalam mengkonsumsikan misinya melalui saluran yang sangat berpengaruh dan media yang sangat efektif. Sebagai upaya mempertahankan, memacu volume wisatawan serta mempertahankan posisi pasar yang diperlukan dari saingan, karena munculnya negara-negara dari daerah-daerah wisata baru maka diperlukan suatu teknik promosi wisata yang baik yaitu:

19 1. Promosi beranjak dari produksi dan berkaitan dengan upaya memacu kemungkinan penjualannya. 2. Promosi biasanya dilakukan dengan perantara media seperti iklan, publisitas dengan segala macam caranya hubungan masyarakat. 3. Promosi dengan sendiri tidak cukup, karena terutama berkaitan dengan penyebaran informasi dan memacu penjualan dengan cara yang agak terpotong. 4. Promosi tidak mencakup kebijakan secara keseluruhan karena promosi tidak dapat berlangsung dengan sendirinya. 5. Promosi akan meliputi seluruh kegiatan yang merencanakan, yang termasuk didalamnya penyebaran informasi (periklanan, film, brosur, bukti panduan, poster, dan sebagainya). 6. Promosi dilakukan melalui beragam saluran media massa surat kabar, bioskop, radio, TV, pengiriman surat dan lain-lain, kepada wisatawan real atau yang berita dan mempengaruhi calon wisatawan agar berminat datang ke suatu daerah tujuan wisata atau supaya memanfaatkan jasa tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, pesan yang dapat disampaikan harus dapat menyadarkan dan bisa mempengaruhi. Pesan-pesan tersebut disampaikan kepada calon wisatawan dengan memberikan serta membagikan bahan-bahan promosi kepada yang dianggap akan melakukan perjalanan wisata. Sistem informasi pariwisata ini penting dalam kegiatan pariwisata, terutama dalam pemasaran pariwisata, karena melalui sistem informasi pariwisata inilah konsumen dapat dipengaruhi dan mengenal jenis atraksi dan kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di tempat yang akan mereka kunjungi sebagai gambaran awal bagi mereka untuk menimbulkan motivasi melakukan perjalanan. 9. Wisatawan Menurut Oka A. Yoeti (1997: 157) pengunjung adalah orang-orang yang datang pada suatu negara tapi bukan untuk tujuan menetap dan hanya tinggal untuk sementara waktu (temporart stay) tanpa mencari nafkah di negara yang dikunjungi. Fenomena yang terjadi pada suatu obyek wisata adalah kenampakan

20 dimana masih banyaknya tempat-tempat wisata yang berpotensi untuk dikembangkan namun belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini berdampak pada kenyamanaan pengunjung rasa tidak puas atas kondisi demikian menyebabkan penurunan jumlah pengunjung obyek wisata sehingga obyek wisata sulit mengalami perkembangan. B. Hasil Penelitian yang Relevan Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan No Nama Judul Hasil 1 Danil Hanoris 0213034001 Persepsi Wisatawan terhadap Obyek Wisata Tabek Indah di Desa Pemanggilan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2007 Sebanyak 75% persepsi wisatawan menyatakan bahwa daya tarik Obyek Wisata Tabek Indah adalah menarik, 85% menyatakan fasilitasnya tersedia, 85% menyatakan bahwa Obyek Wisata Tabek Indah aman, sebanyak 95% menyatakan sangat obyek wisata tersebut indah dan hanya 5% yang menyatakan promosi dan informasi di Obyek Wisata Tabek Indah kurang.

21 2 Siti Rodiah 0113034046 Persepsi Wisatawan terhadap Obyek Wisata Pantai Pulau Pasir di Desa Rangai Trirunggal Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2006 Sebanyak 55,3% persepsi wisatawan menyatakan hal yang negatif (hal yang tidak baik) mengenai Obyek Wisata Pantai Pulau Pasir dan hanya 44,7% pesepsi wisatawan yang menyatakan hal yang positif (hal yang baik) mengenai Obyek Wisata Pantai Pulau Pasir. 3 Heni Seprina 0913034042 Persepsi Wisatawan terhadap Obyek Wisata Air Terjun Way Lalaan di Pekon Kampung Baru Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus Lampung Tahun 2013 C. Kerangka Pikir Obyek wisata sangat perlu bagi manusia dalam memperoleh semangat, kesegaran pikiran setelah melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari tidak semua obyek wisata di suatu tempat mampu memberikan kenyamanan kepada para wisatawan yang mengunjunginya. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan sematamata hanya merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebagai

22 persyaratan keberadaan suatu obyek wisata, berbagai persyaratan obyek wisata tersebut pada umumnya tidak diperhatikan oleh pengelola obyek wisata, akibatnya obyek wisata tersebut kurang diminati wisatawan, hal ini dapat menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung sedikit sehingga tidak sesuai harapan yang diinginkan oleh pihak pengelola. Adapun yang menjadi modal suatu obyek wisata agar lebih menarik minat wisatawan berekreasi antara lain aksesibilitas menuju obyek wisata tersebut, adanya fasilitas penunjang obyek wisata, infrastruktur, keamanan serta promosi dan informasi yang dilakukan oleh pihak pengelola wisata untuk memperkenalkan obyek wisata tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah suatu obyek wisata menarik untuk dikunjungi atau tidaknya maka diperlukan masukanmasukan berupa persepsi wisatawan yang berkunjung ke suatu obyek wisata. Hal ini dapat digambarkan dalam diagram gambar 1 berikut: Persepsi Wisatawan Obyek wisata Air Terjun Way Lalaan 1. Aksesibilitas (tingkat keterjangkauan) 2. Fasilitas 3. Infrastruktur 4. Keamanan 5. Promosi dan informasi Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir