BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan untuk konsumsi adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebutnya sebagai Red Belly Pacu karena bagian perutnya yang berwarna

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki panjang batang mencapai 30 cm. Eceng gondok memiliki daun bergaris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Ikan gurami ( Osphronemus gouramy L.) merupakan ikan air tawar yang

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Tingkat Kelangsungan Hidup

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan produksi perikanan adalah melalui budidaya (Karya

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lele salah satunya adalah lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MANAJEMEN KUALITAS AIR

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu.

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Budidaya Lele (Clarias gariepinus) di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

I. PENDAHULUAN. untuk pemenuhan gizi masyarakat (Rukmana, 2005). Ikan gurami disukai masyarakat

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan tatanama ikan nila menurut Cholik et al. (2005), adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum), merupakan ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi ikan lele menurut Djatmika (1986) adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi : Cyprinidae : Barbodes : Barbodes gonionotus Sinonim Puntius javanicus 2.1.2 Morfologi Ikan Tawes Ikan tawes adalah salah satu ikan air tawar yang mudah dibudidayakan oleh para petani ikan, baik di kolam atau di waduk dengan menggunakan jaring apung. Selain sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, ikan tawes juga dapat meningkatkan nilai gizi masyarakat, karena ikan tawes banyak mengandung protein hewani (Susanto, 2000). Ikan tawes memiliki badan dengan ciri-ciri sebagai ikan familia Cyprinidae, yaitu badannya ditutupi dengan sisik-sisik sikloid atau campur dengan sisik-sisik stenoid. Sirip dubur dan sirip punggung ada yang pendek dan 4

5 ada yang panjang, sedangkan sirip ekornya bercagak, bentuknya simetris. Sirip dada terletak jauh dari sirip perut pada bagian depan badan. Celah insangnya lebar, terletak di belakang tutup insang (Djuhanda, 1981). Ikan tawes memiliki tinggi badan 2,4 2,6 kali panjang standar. Moncong ikan tawes runcing, mulutnya terletak di ujung terminal (tengah), dan mempunyai dua pasang sungut yang sangat kecil. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk yang ke 10. Ikan tawes berwarna keperak-perakan, warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di bagian perut putih. Dasar sisik berwarna kelabu dengan sirip gelap (Susanto, 2000). 2.1.3 Habitat Ikan tawes merupakan ikan asli Indonesia dengan nama Putuhan atau Bander Putihan. Ikan tawes dapat dibudidayakan dengan baik mulai dari tepi pantai (di tambak air payau) sampai ketinggian 800 m di atas permukaan air laut, dengan suhu air optimum antara 25 33 0 C. Ikan tawes merupakan penghuni sungai dengan arus deras. Tubuhnya yang langsing dan tinggi disiapkan untuk menghadapi kondisi alam perairan yang berarus deras. Ikan tawes dapat juga menerima makanan tambahan seperti sisasisa dapur, dedak dan bungkil. Tawes tergolong sebagai ikan pemakan tumbuhtumbuhan. Larva ikan tawes memakan alga bersel satu (uniseluler) dan zooplankton yang halus. Ikan tawes dewasa suka memakan daun-daunan seperti daun talas dan singkong serta tanaman air seperti Hydrilla verticillata. Ikan tawes mudah berkembang biak di alam tetapi juga tidak sulit dikembangkan di kolam dan sawah (Susanto, 2000).

6 2.2 Pakan Ikan Ikan dalam pertumbuhannya membutuhkan makanan yang mengandung protein, karbohidrat, serta zat lain seperti lemak, vitamin, dan mineral. Pakan dalam budidaya merupakan proporsi terbesar dari seluruh biaya produksi yang dikeluarkan. Pakan yang digunakan seharusnya di usahakan agar tidak berlebihan tetapi dapat menjamin pertumbuhan ikan yang maksimal. Jumlah dan kualitas protein merupakan sumber energi terbesar bagi perkembangan ikan (Hasting & Dickie, 1986). Sebagai patokan jumlah makanan tiap hari kira-kira 3-5% dari berat secara keseluruhan (Nujiyati, 1992). Pakan ikan berfungsi sebagai sumber energi bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Untuk pertumbuhan ikan, dalam pakan tersedia kandungan gizi terutama protein dan sumber energi lainnya (Watanabe, 1998). Kebutuhan pakan dapat dipenuhi dengan menggunakan pakan buatan. Kualitas pakan ditentukan oleh protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral dengan formulasi yang tepat. Formulasi pakan tersebut didasarkan agar pakan yang diberikan untuk ikan diharapkan mampu menghasilkan pertambahan bobot rata-rata yang tinggi (Rabegnatar & Tahapari, 2002). Kandungan protein dalam pakan bervariasi, tergantung dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan tersebut ditentukan jenis dan ukuran ikan serta sumber protein yang dipakai. Pakan pellet kering dengan kandungan protein 25-30% cukup baik untuk pertumbuhan ikan dewasa (Christenssen, 1998). Pada umumnya ikan yang masih kecil lebih membutuhkan protein makanan yang tinggi, kemudian pada waktu pembesaran tidak terlalu membutuhkan protein

7 makanan yang tinggi, dan ikan akan membutuhkan protein yang tinggi lagi pada ikan induk (Watanabe, 1998). Pakan buatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan pakan ikan. Beberapa alasan menggunakan pakan buatan, yaitu (1) lebih mudah diperoleh dalam jumlah cukup, tepat waktu, dan berkesinambungan; (2) lebih tahan lama, minimum selama satu musim pemeliharaan sehingga pencariannya tidak perlu setiap hari; (3) kandungan gizinya dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan ikan yang akan diberi makan; dan ( 4) bentuk dan ukuran pakan buatan dapat diatur sesuai dengan ukuran ikan atau umur ikan (Mudjiman, 2004). 2.3 Pertumbuhan Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan dalam berat, ukuran maupun volume suatu hewan hidup dalam suatu waktu (Effendi, 2002). Pertumbuhan ikan pada umumnya lebih bervariasi dan fleksibel dibandingkan dengan hewan lain, karena pertumbuhan ikan langsung berhenti setelah mencapai tingkat kematangan seksual (Lagler et al., 1977). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan terdiri dari faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitasnya. Faktor internal merupakan faktor yang berhubungan dengan ikan itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit (Huet, 1990).

8 Ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk pertumbuhan. Pada kondisi kepadatan ikan yang tinggi, ketersediaan pakan dan oksigen bagi ikan akan berkurang, sedangkan buangan metabolik ikan tinggi. Apabila faktor eksternal dan internal dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan akan mungkin dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher, 1987). Parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui pengaruh pakan adalah pertumbuhan. Pertumbuhan merupakan suatu proses hayati yang terus menerus terjadi di dalam tubuh organisme. Pertumbuhan biasanya ditandai dengan bertambahnya bobot, panjang, dan volume tubuh (Djajasewaka, 1990). 2.4 Sintasan Sintasan adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang menyebabkan berkurangnya jumlah individu dalam populasi tersebut. Sintasan benih ditentukan oleh kualitas induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan dan kepadatanya (Effendi, 2002). Sintasan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, predator, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan (Effendi, 1997).

9 2.5 Efisiensi Pakan Nilai efisiensi pakan menggambarkan tingkat pemanfaatan pakan pada ikan. Selain itu nilai Feed Efficiency Ratio (FER) juga menentukan kualitas pakan. Semakin besar nilai FER maka semakin tinggi kualitas pakannya (Susilo et al., 2005). Kebutuhan energi setiap organisme berbeda-beda, tergantung pada jenis dan umur atau ukuran beratnya. Kemampuan untuk memanfaatkan sumber energi juga berbeda-beda. Dengan demikian pertumbuhan ikan sangat ditentukan oleh besarnya sumber nutrisi dalam pakan. Ikan kecil membutuhkan sumber nutrisi relatif lebih besar dibandingkan dengan ikan berukuran besar. Efisiensi setiap jenis ikan untuk memanfaatkan sumber nutrisi juga berbeda-beda. Faktor utama yang menentukan tinggi rendahnya efisiensi adalah macam sumber nutrisi dan jumlah dari tiap-tiap komponen sumber nutrisi dalam pakan ikan (Djarijah, 1995). 2.6 Kualitas Air Kualitas air adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan binatang lainnya. Variabel tersebut meliputi sifat fisika, kimia, serta biologi air (Arie, 2000). Kualitas air yang baik adalah yang dapat diterima ikan dan tidak berpengaruh negatif terhadap sasaran, antara lain pertumbuhan ikan, penetasan telur dan, kelulushidupan ikan (Zonneveld et al., 1991).

10 Kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan antara lain pencemaran limbah organik, bahan buangan zat kimia dari pabrik, serta pestisida dari penyemprotan di sawah dan kebun-kebun, dan dari limbah rumah tangga (Rachmatun, 2010). 2.6.1 Suhu Suhu air adalah salah satu sifat fisik air yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu ideal untuk pemeliharaan ikan secara intensif adalah 25-30 0 C, di luar itu akan mengurangi selera makan ikan, sedangkan suhu air yang optimal antara lain 25-27 0 C (Effendi, 1987). Suhu air antara siang dan malam tidak begitu besar perbedaannya atau tidak lebih dari 5 0 C, misalnya antara 25 0 C dan 30 0 C. Suhu yang baik untuk budidaya ikan tawes adalah 20-25 0 C (Ciptanto, 2010). 2.6.2 Oksigen terlarut Ikan memerlukan oksigen untuk bernapas dan pembakaran makanan untuk menghasilkan aktivitas seperti berenang, pertumbuhan, reproduksi, dan sebagainya. Selain itu, laju pertumbuhan dan konversi pakan juga sangat bergantung pada kandungan oksigen (Cahyono, 2000). Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai pilihan utama untuk menentukan layak tidaknya sumber air untuk digunakan dalam kegiatan budidaya ikan (Djarijah, 1995). Lebih lanjut dinyatakan bahwa nilai oksigen dalam pengelolaan kesehatan ikan sangat penting, karena kondisi yang kurang optimal bagi ikan untuk tumbuh dan

11 berkembang dapat mengakibatkan kondisi stress bagi ikan sehingga mudah terserang penyakit. Semua organisme perairan bernapas memerlukan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kandungan oksigen sangat bertentangan dengan kandungan karbondioksida di dalam air. Oksigen yang terlarut di dalam air bisa berasal dari hasil proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari atau berasal dari luar melalui proses difusi permukaan air (Lesmana, 2004). O 2 terlarut yang dianggap paling ideal untuk tumbuh dan berkembangbiak ikan dalam kolam yaitu 5-6 ppm (Susanto, 1997). Apabila kadar O 2 3-4 ppm dalam jangka waktu yang lama ikan akan berhenti makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar O 2 terlarut yang dianggap membahayakan bagi ikan apabila hanya mencapai 3 ppm sedangkan kandungan yang diharapkan lebih dari 5 ppm (Mulyanto, 1992). O 2 terlarut untuk budidaya ikan tawes sebaiknya lebih dari 5 ppm (Ciptanto, 2010). 2.6.3 ph Derajat keasaman atau lebih populer disebut ph merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi ph adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai ph kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang asam, nilai ph di atas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin), sedangkan ph sama dengan 7 menunjukkan keadaan lingkungan yang netral (Lesmana, 2004).

12 ph mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap suatu kehidupan perairan. Pertumbuhan ikan akan terhambat apabila adanya pergoncangan ph yang terlalu besar secara terus-menerus. Pada umumnya ph akan turun apabila kandungan mineral yang ada di perairan juga turun (Zonneveld et al., 1991). Ikan tahan terhadap goncangan pada ph 5-8. Batasan minimal toleransi ikan air tawar terhadap ph adalah 4 dan maksimum 11 (Asmawi, 1983). Pada siang hari ph suatu perairan meningkat. Hal ini disebabkan adanya proses fotosintesis pada siang hari, saat itulah tanaman air atau fitoplankton mengkonsumsi karbondioksida. Sebaliknya, pada malam hari kandungan ph suatu perairan akan menurun karena tanaman air dan fitoplankton mengonsumsi oksigen dan menghasilkan karbondioksida (Cahyono, 2000). ph yang baik untuk ikan tawes yaitu antara 6,5-7,5 (Ciptanto, 2010).