TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. di Provinsi Jambi. Luas wilayah Tanjung Jabung Timur adalah 5.445

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

IDENTIFIKASI JENIS HIU HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PULAU BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

3. METODE PENELITIAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU APPENDIX II CITES YANG DIDARATKAN DI NAMOSAIN NTT

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR NELAYAN TANJUNG PINANG DI LAUT CINA SELATAN

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

BEBERAPA JENIS CUCUT BOTOL (Squalidae) YANG TERTANGKAP PANCING RAWAI DASAR DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK BIOLOGINYA

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

TINGKAT KEMATANGAN KELAMIN DAN FREKUENSI PANJANG PARI GITAR (Rhinobatus sp.1 dan Rhinobatus sp. 2)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN TUNA DENGAN ALAT TANGKAP PANCING ULUR DI LAUT BANDA OLEH NELAYAN AMBON (PROVINSI MALUKU)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Ikan Berparuh (Billfish) di Samudera Hindia Perikanan Pelagis. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

STUDI VARIASI MORFOMETRI IKAN BELANAK (Mugil cephalus) DI PERAIRAN MUARA ALOO SIDOARJO DAN MUARA WONOREJO SURABAYA

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

STRUKTUR UKURAN DAN PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT

TEKNIK PENGUKURAN MORFOLOGI LABI LABI (Amyda cartilaginea) DI SUMATERA SELATAN

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species )

UMUR, PERTUMBUHAN DAN MORTALITAS HIU KERTAS (Mustelus manazo, Bleeker 1854) DI TANJUNG LUAR, NUSA TENGGARA BARAT

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

Oleh : Rodo Lasniroha, Yuniarti K. Pumpun, Sri Pratiwi S. Dewi. Surat elektronik :

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

JENIS, UKURAN DAN DAERAH PENANGKAPAN HIU THRESHER (Famili alopiidae) YANG TERTANGKAPRAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Jenis dan Sumber Data

Aspek Biologi Hiu Yang Didaratkan di PPN Brondong Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. dunia merupakan hasil tangkap sampingan dari perikanan rawai tuna (Prager et

Training guide for the identification of yellowfin and bigeye tunas to assist Indonesian port sampling and observer programs

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KOMPOSISI JENIS, KEPADATAN STOK, ASPEK BIOLOGI, DAN DISTRIBUSI KEPITING DI PERAIRAN ARAFURA

BAB I PENDAHULUAN. organisme laut yang sangat tinggi sehingga menjadikan Indonesia salah satu negara

KOMPOSISI JENIS DAN ASPEK BIOLOGI IKAN PARI LAMPENGAN (Mobulidae) YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN SELATAN JAWA

PENDATAAN BYCATH HIU DAN PARI (MANTA) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PENUNTUN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH

I. PENDAHULUAN. pendugaan stok ikan. Meskipun demikian pembatas utama dari karakter morfologi

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

IV. MATERI AJAR BERBASIS RISET. A. Jenis Ikan Berpotensi Kulit Tersamak

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS MORFOMETRIK IKAN NILA ( Oreochromis niloticus L.) DI KELURAHAN SAYANG-SAYANG KOTA MATARAM SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH TAKSONOMI HEWAN II

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hiu merupakan ikan yang memiliki kerangka tulang rawan dari subkelas

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN. (90%) hidup diperairan laut dan sisanya 300 spesies (10%) hidup di perairan air

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

SPESIES TERKAIT EKOLOGI DALAM AKTIVITAS PENANGKAPAN HIU OLEH NELAYAN ARTISANAL TANJUNG LUAR

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

Pasal 4. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

MENJAGA HIU DAN PARI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2040 *)

BEBERAPA JENIS IKAN BAWAL (Angel fish, BRAMIDAE) YANG TERTANGKAP DENGAN RAWAI TUNA (TUNA LONG LINE) DI SAMUDERA HINDIA DAN ASPEK PENANGKAPANNYA

BAB III BAHAN DAN METODE

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

DINAMIKA POPULASI IKAN

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

Buku Penuntun untuk Identifikasi Madidihang dan Matabesar dalam Keadaan Segar, tetapi Kondisinya Kurang Ideal (v7)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

Inventarisasi Jenis Ikan Subkelas Elasmobranchii di Teluk Nuri Kecamatan Pulau Maya Kabupaten Kayong Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUN JAWA STUDI BYCATCH HIU DI PULAU KEMUJAN, KARIMUN JAWA, JEPARA

KOMPOSISI, ASPEK BIOLOGI DAN KEPADATAN STOK IKAN PARI DI LAUT ARAFURA

BAWALVol.4(3)Desember2012:

KOMPOSISI JENIS HIU DAN DISTRIBUSI TITIK PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN PESISIR CILACAP, JAWA TENGAH

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Komposisi tangkapan tuna hand line di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

BAB III METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

TESIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN INDONESIA MENANGANI ISU PERBURUAN HIU ( ) Disusun Oleh: TIKA DIAN PRATIWI, S. I. Kom

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Enjah Rahmat Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 15 Maret 2011; Diterima setelah perbaikan tanggal: 11 April 2011; Disetujui terbit tanggal: 21 April 2011 PENDAHULUAN Ikan cucut atau ikan hiu (Elasmobranchii) termasuk kelompok ikan pelagis besar yang memiliki nilai ekonomis. Hampir semua bagian ikan cucut dapat diolah dan dimanfaatkan terutama siripnya yang bernilai ekonomis tinggi yaitu untuk bahan soup. Selain itu daging, tulang, kulit, hati, dan limbah (kepala dan isi perut) semuanya dapat diolah untuk dimanfaatkan. Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan Pelabuhan Ratu dan Binuangeun untuk menangkap ikan cucut di perairan Samudera Hindia terutama pancing rawai cucut, jaring insang hanyut, dan pancing rawai tuna dan kadang-kadang tertangkap juga oleh pancing ulur dan tonda. Jenis ikan cucut hasil penelitian Balai Riset Perikanan Laut tahun 2000-2001 di Samudera Hindia teridentifikasi 43 spesies. Jenis yang dominan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Tanjung Luar adalah Carcharhinus hemiodon, di Pelabuhan Perikanan Nusantara Cilacap didominansi oleh Alopias pelagicus, dan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu Alopias superciliosis (Anonimus, 2001). Morfometrik merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan jenis ikan dan menentukan unit stok pada suatu perairan dengan berdasarkan atas perbedaan morfologi spesies yang diamati. Pengukuran morfometrik dapat dilakukan antara lain panjang standar, moncong atau bibir, sirip punggung, atau tinggi batang ekor. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguraikan cara pengukuran beberapa karakter ikan cucut sebagai bahan untuk pengkajian stok ikan. POKOK BAHASAN Peralatan yang digunakan terdiri atas meteran 3 m, timbangan 100 kg, kamera, buku identifikasi, form parameter biologi, dan alat tulis. Metode Identifikasi jenis-jenis ikan cucut mengacu pada Carpenter & Niem (1998); Last & Stevens (1994); Widodo & Anung (2000). Pengukuran panjang menggunakan meteran dalam satuan centimeter, ketelitian 0,1 cm. Penimbangan bobot ikan menggunakan timbangan, dalam satuan kilogram dengan ketelitian 0,1 kg. Ciri-Ciri Morfologis Ikan Cucut Ikan cucut yang lebih dikenal dengan nama ikan hiu pada umumnya bersifat predator. Habitatnya bervariasi dari perairan dekat pantai (inshore) sampai palung dalam (trench). Ikan cucut mempunyai ciri-ciri morfologis sebagai berikut: 1. Bentuk tubuh seperti torpedo dan memiliki ekor yang kuat. 2. Insang terletak di sisi kiri dan kanan bagian belakang kepala. Insang tidak memiliki tutup, tetapi berupa celah insang (gill openings atau gill slit). Jumlah celah insang antara 5-7 buah. 3. Mulut terletak di bagian ujung terdepan bagian bawah. 4. Gigi triangular. 5. Ekor pada umumnya berbentuk heterocercal yaitu bentuk cagak dengan cuping bagian atasnya lebih berkembang di banding bagian cuping bawahnya. Bentuk ekor demikian sangat membantu pergerakannya sebagai ikan predator sejati (Nontji dalam Anonimus, 200 Bentuk ikan cucut dan bagian-bagiannya disajikan pada Gambar 1. Bahan dan Alat-Alat Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa ikan contoh (sampel) dari beberapa jenis ikan cucut.

BTL: Vol.9 No.2 Desember 2011: lubang angin mata lubang hidung sirip punggung pertama duri tulang punggung sirip punggung kedua pangkal ekor sirip ekor moncong mulut alur bibir celah insang sirip pelvic sirip anal clasper (jantan) lunas ekor Sirip dada Gambar 1. Morfologi ikan cucut. Teknik Pengukuran Morfometrik Pengukuran morfometrik dilakukan terhadap 31 karakter, sebagai berikut: 1. TL = total length, diukur mulai dari bagian ekor atas (panjang total) 2. FL = fork length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal cabang ekor (panjang cagak) 3. SL = precaudal length, diukur mulai dari bagian gurat sisi (panjang standar) 4. PD2 = pre second dorsal length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal bagian depan sirip punggung belakang 5. PD1 = pre first dorsal length, diukur mulai dari pangkal bagian depan sirip punggung depan 6. HL = head length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai bagian ujung celah insang belakang 7. PGI = prebranchial length, diukur mulai dari bagian depan celah insang depan 8. PSP = prespiracular length diukur mulai dari spiracle 9. POB = preorbital length, diukur mulai dari bagian bagian depan mata 10. PP1 = prepectoral length, diukur mulai dari depan celah insang bagian depan 11. PP2 = prepelvic length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai depan sirip perut bagian depan 12. SVL = snout vent length, diukur mulai dari bagian tengah sirip perut tengah (Gambar 2). 13. PAL = preanal length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong mulut sampai pangkal bagian depan sirip perut belakang 14. IDS = interdorsal space, diukur mulai dari depan sampai pangkal bagian depan sirip punggung belakang 15. DCS = dorsal caudal space, diukur mulai dari belakang sampai pangkal depan bagian ekor atas 16. PPS = pectoral pelvic space, diukur mulai dari depan sampai bagian pangkal depan sirip perut tengah 17. PAS = pelvic anal space, diukur mulai dari tengah sampai bagian pangkal depan sirip perut belakang 18. ACS = anal caudal space, diukur mulai dari belakang sampai bagian pangkal depan ekor bawah 19. PCA = pelvic caudal space, diukur mulai dari tengah sampai bagian pangkal depan ekor bawah 20. VCL = vent caudal length, diukur mulai dari bagian tengah sirip perut tengah sampai ujung ekor atas 21. CLO = clasper outer length, diukur mulai dari bagian pangkal luar sirip perut tengah sampai ujung clasper (Gambar 3). 22. CLI = clasper inner length, diukur mulai dari bagian pangkal dalam sirip perut tengah sampai ujung clasper (Gambar 3).

23. CLB = clasper base width, diukur mulai dari bagian atas sisi clasper sampai bagian bawah sisi clasper (Gambar 3). 24. DIB = first dorsal base, diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip punggung sampai (Gambar 4). 25. DIA = first dorsal anterior margin, diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip punggung sampai bagian ujung atas sirip punggung (Gambar 4). 26. DIP = first dorsal pasterior margin, diukur mulai dari bagian ujung atas sirip punggung sampai bagian ujung bawah sirip punggung (Gambar 4). 27. DIH = first dorsal hight, diukur mulai dari bagian ujung badan atas sampai bagian ujung atas sirip punggung (Gambar 4). 28. PIB = pectoral base, diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip dada sampai bagian pangkal belakang sirip dada (Gambar 29. PIA = pectoral anterior margin, diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip dada sampai 30. PIH = pectoral height, diukur mulai dari bagian pangkal belakang sirip dada sampai 31. PIP = pectoral posterior margin, diukur mulai dari bagian ujung atas sirip dada sampai TL SL FL PD2 PD1 HL PGI PSP POB PP1 PP2 SVL Gambar 2. PAL VCL Karakter-karakter yang diukur dalam morfometrik.

BTL: Vol.9 No.2 Desember 2011: CLO DIA DIH DIP CLB CLI DIB Gambar 3. Clasper (alat kelamin jantan). Gambar 4. Sirip punggung. PIB PIA PIH PIP Hasil Pengukuran Gambar 5. Pada Tabel 1 disajikan contoh hasil pengukuran morfometrik beberapa jenis ikan cucut hasil tangkapan di perairan Samudera Hindia oleh nelayan Sirip dada. Binuangeun, Provinsi Banten. Pada tabel tersebut pengukuran morfometrrik berdasarkan atas 12 karakter pengukuran. Hasil pengukuran dalam satuan centimeter dengan ketelitian 0,1 cm. Tabel 1. Hasil pengukuran morfometrik beberapa jenis ikan cucut hasil tangkapan di Samudera Hindia, tahun 2001 No. Karakter Jenis dan nomor contoh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. TL 124,0 89,0 159,0 256,0 240,0 210,0 246,0 38,0 230,0 2. FL 106,2 72,0 128,0 222,0 160,0 173,0 201,0 30,0 186,0 3. SL 10,0 2,5 12,0 28,0 - - 18,0 1,0 16,5 4. CLI 16,2 4,5 15,5 39,0 - - 20,0 3,5 22,0 5. DIB 16,0 29,0 25,0 24,0 28,0 9,0 26,0 6. DIA 18,5 36,5 33,0 27,0 39,0 10,0 35,0 7. DIP 10,5 7,7 16,0 32,0 27,0 22,0 28,0 5,5 31,0 8. DIH 13,0 55,0 36,0 19,5 25,0 6,0 27,0 9. PIB 8,0 52,0 14,0 10,0 17,0 5,0 16,0 10. PIA 29,0 52,0 43,0 30,0 55,0 11,0 37,5 11. PIH 28,0 48,0 37,5 29,5 52,0 11,0 37,5 12. PIP 18,5 10,5 27,5 47,0 40,0 28,0 45,0 9,0 40,0 Seks J J J J B B J J J Bobot (kg) 10,0 3,0 30,0 90,0 25,0 35,0 80,0 0,1 75,0 Keterangan: nomor contoh 1 = cucut buas leutak (Carcharhinus amboniensis); 2, 3, dan 4 = cucut (Carcharhinus brevipinna); 5 = cucut macan (Galeocerdo cuvieri); 6 = cucut (Carcharhinus prada); 7 = cucut lanjam (Carcharhinus leucas); 8 dan 9 = cucut lanjam (Carcharhinus sorrah)

KESIMPULAN Pengukuran morfometrik ikan harus teliti karena banyak karakter yang diukur. PERSANTUNAN Penulis mengucapkan terima kasih kepada Siti Mardlijah, M.Si., Mahiswara, M.Si., dan Suwarso, M.Si. atas saran-sarannya dalam penyusunan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2001. Biologi, potensi, dan distribusi kelimpahan cucut (Elasmobranchii), slengseng (Scomber australasicus), dan kenyar (Sarda spp.) di perairan Samudera Hindia. Laporan Tahunan/Akhir. Balai Riset Perikanan Laut. (Unpublish). Anonimus. 2005. Sumber Daya Ikan Elasmobranchii di Laut Jawa. Balai Riset Perikanan Laut. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. 38 pp. Carpenter, K. E. & V. H. Niem. 1998. Food and Agriculture Organization species identification guide for fishing purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Vol. 2. Cephalopods, Crustaseans, Holoturians, and Sharks. Food and Agriculture Organization. Rome. 1,194-1,366. Last, P. R. & J. D. Stevens. 1994. Sharks and Rays of Australia. Fisheries Research and Development Corporation. Widodo, J. & A. A. Anung. 2000. Kunci Mudah Mengenal Cucut. Tentative Internal Use. Balai Riset Perikanan Laut. Jakarta. (Unpublish).