BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

Ragam Hias Kain Batik

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buddhayah, yang

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

LATIHAN SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Tema 8 : Bumi dan Alam Semesta Nama :... Kelas : III (tiga)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB II. KONSEP PENCIPTAAN. kaki yang lainnya ( Dimana

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB II. A. Kajian Pustaka

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seni lukis batik berawal dari seni batik yang sudah tua usianya. Seni batik

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

Bentuk Corak Senirupa Terapan Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG

PELATIHAN MEMBUAT RAGAM HIAS KERAJINAN KERAMIK DI DESA SANDI KECAMATAN PATTALASSANG KABUPATEN TAKALAR

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Seni Rupa. (Sumber: Dok. Kemdikbud)

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Kebudayaan Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Sema bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda), Mentifact (fakta mental-mental kejiwaan) dan sosiofact (fakta hubungan social) termasuk dalam kebudayaan. Semua perwujudan berupa struktrur dan proses kegiatan manusia menurut dimensi idesional, etis dan estetis adalah kebudayaan (Kartodirjo, 1992:17,176,195,199) Sejarah kebudayaan gaya baru memiliki ruang cakup yang lebih luas. Termasuk diantaranya ialah berbagai aspek gaya hidup, etika, etiket pergaulan, upacara adat, siklus kehidupan, kehidupan dalam keluarga sehari-hari, permainan, olahraga, seni, mode, sampai kepada jenis masakan (Kartodirjo, 1992: 195) B. Pengertian Batik Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia khususnya Jawa yang sampai saat ini masih ada. Kata batik berasal dari Bahasa Jawa yaitu Amba yang maknanya menulis, dan Tik yang maknanya titik atau tetes. Batik juga dapat diartikan suatu gambar atau lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin atau malam dan pewarna, dengan menggunakan alat canting atau kuas serta teknik tutup celup. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama (Eni Mistiana P, 2009: 35). Batik merupakan salah satu produk Indonesia. Dalam perkembangannya, Batik mengalami perkembangan corak, teknik, proses dan fungsi akibat 5

perjalanan masa dan sentuhan berbagai budaya lain. Batik dibangun dengan padangan dasar astistik yang berkembang sesuai dengan tuntutan jaman (Hasanudin, 2001:9). Batik merupakan barang seni yang digemari orang karena mengandung nilai sejarah dan seni tersendiri, batik bukanlah bahan kasar seperti penilaian sementara seorang, melainkan suatu proses pelumuran lilin pada sepotong bahan sebaliknya ada sementara orang yang memerlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang desain dan ide-idenya dalam memberi warna (Ismunandar, 1985:7) Batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar (kain atau sutra) dengan dilukis atau ditulis, dikuas atau ditumpahkan dengan menggunakan canting atau cap dengan menggunakan malam untuk menutup agar tetap seperti warna aslinya (Yahya, 2001:2). Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannnya batik cap yang memungkinkan masuknya kaum laki-laki dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa di lihat pada corak Mega Mendung, di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum laki-laki. Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing, awalnya batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhinya para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak Phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga 6

mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal seperti bunga tulip dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah misalnya gedung atau kereta kuda, termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing atau memiliki makna tertentu. Cara-cara dalam menciptakan pola ragam hias batik tradisional dinamakan distilir artinya mengisi bidang-bidang dasar dengan hiasan yang disederhanakan. Bidang-bidang dasar seperti bujur sangkar, segitiga, lingkaran, segi enam, atau bulat telur dan sebagainya. C. Pengertian Motif Batik Tradisi falsafah Jawa yang mengutamakan pengolahan jati diri melalui praktek-praktek meditasi dan mistik dalam mencapai kemuliaan, adalah satu sumber utama penciptaan corak-corak batik. selain pengabdian sepenuhnya kepada kekuasaan raja sebagai pengejawantahan Yang Maha Kuasa di dunia. Sikap ini menjadi akar nilai-nilai simbolik yang terdapat di balik corak-corak batik (Biranul Anas,1995:64). Motif-motif batik tidak sekedar gambar atau ilustrasi saja, namun motif-motif batik tersebut dapat dikatakan ingin menyampaikan pesan, karena motif-motif tersebut tidak terlepas dari pandangan hidup pembuatnya, dan pemberian nama terhadap motif-motif tersebut berkaitan dengan suatu harapan. 7

D. Ragam Hias Geometris Untuk Isian Motif Batik Ragam hias geometris isian motif batik diterapkan pada benda-benda pakai dengan bentuk yang pada dasarnya menggunakan pola benda dengan bentuk geometris. Bentuk yang dibuat sudah disesuaikan dengan kebutuhan desain yang akan diwujudkan, teknik yang digunakan dengan cara penggabungan dan pengulangan unsur utama bentuk geometris. Pengulangan tidak dilakukan hanya dengan bentuk yang sama tetapi disertai dengan memasukkan unsur lain yang tergabung dalam jenis yang sama seperti : matawalik (mata terbalik), anamanaman (anyam-anyaman), kembang tanjung (bunga tunjung), kawung, kembang cemara (bunga cemara), balkatupat (belah ketupat). a. Bentuk utama ragam hias geometris Ragam hias geometris ini lebih banyak mengungkapkan unsur utama sehingga tidak bertolak dari objek nyata dalam pengertian mengalihkan bentuk alam, dari sekian banyak bentuk tersebut dapat dibagi bentuk pola utama dalam empat kelompok besar yaitu : 1. Kaki silang, berupa bentuk persilangan garis yang bertumpu atau pada satu titik ini dapat berupa: silang dua, silang tiga dan silang empat, ini dapat berbentuk garis tegak maupun lengkung. 2. Pilin (spiral) berupa relung-relung yang saling bertumpuk atau bertumpang membentuk ulir yang berupa huruf S atau kebalikannya, bentuk pilin ini dapat diperkaya dengan pengulangan pilin ganda atau kombinasi yang dibuat dengan ukuran yang berbeda. 8

3. Kincir, bertolak dari mata angin yang mempunyai gerak ke kiri atau kekanan. Pada garisnya membentuk putaran yang berakhir dalam susunan melingkar dengan putaran (spill) 4. Bidang, pada kelompok ini dapat terdiri atas bidang segitiga, bundar, empat persegi, dan gumpalan (blob) yang tidak beraturan. (Soegeng Toekio, 1987:53) b. Ragam hias tumbuh-tumbuhan Ragam hias tumbuh-tumbuhan menampilkan sumber pokok yang berasal dari alam tumbuh-tumbuhan atau flora. Berbagai bentuk penggambaran yang diwujudkan dengan pengalihan benda asal seperti daun-daun, bunga-bunga, pohon serta buah-buahan. Meskipun objek itu berasal dari alam, tetapi tidak seluruhnya dituangkan dengan bentuk yang sama. Terdapat perbedaaan dalam membatik untuk mengungkapkan suatu objek bila dibandingkan dengan melukis. (Soegeng Toekio, 1987:74) c. Jenis ragam hias kelompok tumbuhan jenis kelompok menurut bentuk penggambarannya : 1. Bentuk naturalis, memiliki ciri yang tidak mengalami perubahan dari bentuk asli, dengan demikian dapat menggunakan pewarnaan yang mewakili warna aslinya. Terutama dalam ragam hias seni tekstil karena dapat memberikan beberapa segi yang menguntungkan, yang pertama adalah dapat menghasilkan berbagai ragam variasi desain yang dikehendaki dan kedua adanya landasan yang akrab antara para konsumen terhadap bentuk serupa. Dengan demikian dapat meningkatkan permintaan sebagai daya rangsang membeli yang berarti keuntungan bagi para produsen dalam pemasaran produk. 9

2. Bentuk stilasi tumbuh-tumbuhan, teknik yang digunakan dengan penyederhanaan bentuk-bentuk yang diambil dari alam, objek asalnya sebenarnya masih bertitik tolak dari alam tumbuh-tumbuhan dengan mengambil intinya. ( Soegeng Toekio, 1987 : 82 ) Jalinan masyarakat orang timur terhadap alam lingkungannya adanya kaitannya antara mikro kosmos dengan makro kosmos, jalinan antara manusia berakal dengan alam lingkungannya memberikan unsur-unsur kehidupan spiritual, kondisi seperti ini dapat dilihat dalam cara pengungkapan perasaan, dan emosi terhadap pendekatan dengan alam, keadaaan itu tercermin dalam karya kehidupan yang mentradisi terhadap ragam hias yang diterangkan, dalam benda pakai beberapa hal yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Penggambaran simbolis, seperti halnya dengan hias geometris, dapat memvisualkan makna tertentu. b. Stilasi alam dan penggambaran dengan bagian-bangian yang esensinya saja tanpa simbolis c. Semata-mata bersifat merias permukaan benda (Soegeng Toekio, 1987: 93). Pembagian ragam hias bentuk hewan di Indonesia dapat dibagi dalam tiga jenis secara garis besar : a. Binatang yang hidup di darat (termasuk binatang melata) b. Binatang yang hidup di air c. Binatang yang hidup di udara atau bersayap 10

Dari ketiga jenis itu dapat diperoleh beribu-ribu bentuk penggambaran, oleh karena itu tidak mengherankan bahwa setiap jenis dapat memberikan corak yang berlainan hal dipengaruhi pada kemampuan mencipta serta faktor lain yang berkaitan dengan tingkat peradapan.( Soegeng Toekio, 1987 :115 ) d. Jenis-jenis binatang sebagai ragam hias Pada tulisan terdahulu, melihat tentang bagaimana manusia menjadi sasaran dari karya seninya, maka disini tak luput pula bahwa fauna baik satwa besar dan kecil sampai pada binatang berbisa pun turut mengambil bagian dari sebagai objek. Dari hal itu terdapat beberapa jenis binatang yang diangkat secara simbolis untuk mewakili suatu makna tertentu, binatang tersebut dapat mewakili satu kekuatan, keperkasaan, dinamis, kokoh, angkuh, cerdik, sakti, pemurah dan sebagainya. Beberapa dari misi itu dapat ditemukan seperti cicak di Batak,burung enggang di Kalimantan, ular hitam di Sulawesi Utara, kerbau di Toraja, ayam di Maluku, ular dan garuda di Jawa.(Soegeng Toekio, 1987 :127). Teknik cara produksi dari ragam hias ini yang proses pengalihan atau penciptaan tidak selalu sama, untuk tiap kali pembuatan atau penciptaan baru maka baik susunan maupun uluran dibuat dengan pola ulang tertentu walaupun banyak diantaranya tidak bersifat tertulis. Kenyataan demikian masih mampu bertahan dalam lingkungan kehidupan masyarakat bertumpu pada tradisi dari sekian banyak kegiatan memproduksi benda pakai yang metradisi dapat dilihat dalam tiga hal dalam proses pola ulang ragam hias : Pertama, bentuk pola ulang dengan susunan maupun ukuran yang dibuat tanpa pembubuhan bentuk lain dan berdiri sendiri, cara ini dapat kita sebut 11

sebagai pola ulang tunggal pattern, tidak hanya merupakan satu tetapi bisa juga merupakan sebuah himpunan atau kelompok yang memiliki suatu kesatuan mandiri. Kedua, merupakan jenis lain dalam cara reproduksi untuk ragam hias ini dapat kita perhatian yang tiap bagian merupakan suatu kelompok dan merupakan himpunan untuk pola ulang, disini bentuk dari himpunan bisa saja terdiri atas beberapa bentuk atau unsur namun masih bersifat satu kesatuan pokok, tiap kelompok itu mempunyai beberapa bentuk atau bagian yang berbeda, unsur gambar yang diterapkan disini tampak demikian bervarisi, pengulangan bentuk demikian ini kita namakan sebagai pola ulang himpunan assemblage. Pola ulang seperti ini tidak sekedar dijumpai pada benda pakai sehari-hari saja dapat diaplikasi dalam karya yang monumental seperti pada langit-langit, dinding, daun pintu, bahkan sampai pada latar dasar dinding candi, didalam kehidupan yang berlanjut, pola ulang demikian ini rupanya semakin banyak mengalami pengembangan di dalam pemakaian oleh para pencipta benda pakai yang kian hari kian bervariasi. Ketiga, merupakan cara pengulangan bereproduksi dari ragam hias dengan kombinasi-kombinasi ulangan. Pengulangan disini disertai dengan membubuhkan bentuk lain yang tidak tercakup pada kelompoknya tanpa merusak atau mengganggu bagian atau bentuk pokok itu sendiri cara pengulangan demikian lebih banyak dipergunakan dalam permukaan benda-benda yang berpermukaan luas, keuntungan dengan cara ini lebih banyak diperoleh variasi serta bentuk yang cukup kaya dengan unsur-unsur gambar ataupun dimensi sehingga dapat 12

memberikan bentuk jadi yang beraneka ragam, setiap pengulangan demikian dapat kita sebut sebagai pola ulang menyeluruh, setiap pengulangan itu tidaklah dibatasi dengan unsur ragam hias buku saja. Dari ketiga jenis pola ulang tersebut selanjutnya di diperhatikan lebih rinci maka secara garis besar ia dapat kita kelompokkan dalam dua cara proses pengalihan : 1. Proses pengulangan sejajar cara ini dibuat dengan sistem vertikal maupun horisontal, bentuk-bentuk yang dibuat disini disusun dalam kedudukan yang serupa bahkan jarak penggambarannya dibuat demikian sama. Susunan seperti ini mudah untuk kita bedakan, kita perhatikan saja dalam bentuk dasar dari meander, pilin berganda, swastika atau bentuk-bentuk dari tumbuhan dan makhluk hidup yang bersifat pictograph. Cara pengulangan seperti ini banyak dibuat oleh para penggubah sejak masa lampau, versi lain dari cara pengulangan sejajar ini dapat ditemukan dengan bentuk diagonal atau miring, seperti pada tumpal, parang, dan beberapa jenis isen yang terdapat di Jawa, ragam hias demikian sangat tampak sekali pada beberapa desain dari kain ataupun unsur estetik pada dinding ruangan. Pola ulangan sejajar ini dapat kita jumpai dengan ukuran yang bermacam-macam baik pola ulang datarnya maupun yang menggunakan pola ulang menyudut. 2. Proses pengulangan lainnya adalah yang bersifat tumpang dapat kita sebut sebagai pola ulang berpotongan terdapat dua jenis pokok yang merupakan pola ulang diagonal dan pola ulang melintang terhadap bidang penggambarannya. (Soegeng Toekio, 1987 :146-148) 13

E. Unsur-Unsur Utama Dalam Motif Batik Motif batik tiap daerah memiliki ciri khas, tetapi pada dasarnya merupakan suatu motif ornamen. a. Ornamen Utama Batik Ornamen utama batik merupakan gambaran mencirikan suatu motif batik, ornamen inilah yang menjadi ciri batik sesuai daerah asalnya. Menurut paham Jawa kuno ornamen-ornamen untuk motif batik mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Sebagai contoh adalah motif semen yang ornamen pokoknya terdiri atas meru, pohon hayat, tumbuhan, garuda, burung, bangunan, lidah api, ular, dan bintang. Sedangkan ornamen pelengkapnya berupa daundaun dan bunga. Motif abstrak dinamis, yaitu motif yang sebenarnya merupakan gubangan dari motif klasik dan motif modern. Pada motif dinamis ini masih dapat dibedakan unsur-unsur ornamennya yang berupa ornamen tradisional, tetapi bergaya dinamis mendekati abstrak. Cara mengerjakan batik modern ini yang bermotifkan abstrak dinamis ini tidak memerlukan pembuatan pola terlebih dahulu seperti halnya batik klasik tradisional, keindahan pada motif abstrak dinamis ini tidak terikat oleh suatu ketentuan yang mengikat, melainkan kebebasan mencipta dalam pengisian bidang dengan ornamen pokok dan ornamen isiannya dinamis. b. Motif-Motif Pinggiran Batik. Motif-motif pinggiran merupakan motif-motif yang khusus digunakan untuk hiasan pinggir kain atau motif untuk pemisah antara bidang yang berpola 14

dengan bidang yang kosong, motif pinggiran ini biasanya khusus pada kain panjang, seperti tepi slendang dan tepi kain ikat kepala. a. Motif hiasan pinggir, antara lain kemada salangan, kemada gendulan, kemadana sekar tela dan kemada sungging. b. Motif hiasan antara dua pola dan hiasan ujung kain, antara lain blabagan, cinden, untu walang, stupa. c. Motif batas blumbungan (kolam), yaitu motif seperti cemukiran atau modang, cemukiran Yogyakarta, cemukiran Solo, dan lidah api. (Destin Heru Setiati, 2008:43) F. Penelitaian Yang Relevan Penelitian Arif (2010) mengkaji tentang Kajian Fenomenologi Mengenai Upaya Pelestarian Batik Batang Sebagai Warisan Budaya Masyarakat, Masyarakat Batang adalah masyarakat yang hidup di daerah Batang. Salah satu potensi daerah yang menjadi ciri khas dan merupakan hasil dari kebudayaan masyarakat Batang adalah kerajinan batik Batang. Batik Batang sebagai warisan kekayaan budaya nenek moyang masyarakat Batang belum begitu dikenal oleh masyarakat umum, bahkan oleh sebagian masyarakat Batang sendiri. Upayaupaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian Batik Batang menjadi acuan untuk mengetahui mengapa Batik batang kurang begitu dikenal oleh masyarakat. Upaya-upaya pelestarian batik Batang mempunyai faktor-faktor pendukung dan penghambat. Solusi terhadap faktor-faktor penghambat upaya pelestarian batik Batang akan berpengaruh pula terhadap upaya pelestarian batik Batang. 15