BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Tujuan dilakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. yang dihadapi dalam, khususnya dapat dilakukan dengan cara

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Tujuan dilakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN. Tujuan dilakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui permasalahanpermasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET UNTUK PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SISWA KELAS X, XI, XII SMAN 3 GORONTALO, SMKN 4 GORONTALO

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PUKULAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS MELALUI METODE DRILL PADA SISWA SMA NEGERI 1 SUWAWA

JOURNAL OF PHYSICAL EDUCATION AND SPORTS

Mohamad Rafik mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan; Drs. Ruskin, M.Pd dosen pada Jurusan Pendidikan Keolahragaan FIKK Universitas Negeri

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Model Permainan Futsal Siswa SMA Se-Kota Metro Lampung Tahun Riyan Jaya Sumantri. Universitas Negeri Semarang.

SKRIPSI. Oleh: Widyo Hananto

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Masih dari

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar Dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Bulango Selatan Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah sekolah SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Ontong Sinaga Surel:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

TINGKAT KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BAGI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (PENJAS ADAPTIF) DI SEKOLAH DASAR INKLUSI SE-KECAMATAN SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlombakan yaitu kiyouruki (fighting) dan poomsae (gerakan. maka peserta ujian tersebut dapat dinyatakan lulus.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaan

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET RING BALL SISWA SMP SE-KECAMATAN LUBUK RAJA OKU. Oleh: Daryono (Dosen Universitas PGRI Palembang)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. A. Standar Kompetensi B. Kompetensi dasar

MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA TAMAN KANAK-KANAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan menurut Arikunto (2002), yaitu Weak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN BUKU SAKU PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA DI SD NEGERI II TEMANGGUNG I KABUPATEN TEMANGGUNG JAWATENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Gedung Air kecamatan. Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.

SIKAP SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENJAS DI SMP NEGERI 2 MLATI SLEMAN YOGYAKARTA E-JOURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Menjalankan suatu kegiatan bisnis setiap perusahaan harus memiliki visi dan misi perusahaan, dan PT Rolika Caterindo Bogor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga

III. METODE PENELITIAN

Tingkat Partisipasi Siswa Dalam Permainan Kasti Kelas IV Dan V Sekolah Dasar Negeri Ngebel Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2016/2017

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. serta alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan peserta didik dengan memakai sarana cabang-cabang olahraga

BAB IV. Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen. Eksperimen ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

MOTIVASI BERMAIN KASTI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KRATON YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. expost facto, karena bertujuan menggambarkan keadaan atau fenomena yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

METODOLOGI PENELITIAN. Trans Sulawesi,Desa Mongolato,Kabupaten Gorontalo,Provinsi Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam pengumpulan data, tentu saja harus sesuai dengan sifat,

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada tidaknya hubungan sikap warga terhadap peran polisi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan untuk mahasiswa. Penelitian di laksanakan bulan Mei sampai Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang Pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMK GOTONG ROYONG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Anak Usia Dini dalam kehidupan keluarga. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo Utara, pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini di

PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN BOLA BASKET RING BALL SISWA SMP SE KECAMATAN LUBUK RAJA OKU

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Penyajian Data Uji Coba 4.1.1 Analisis Kebutuhan Tujuan dilakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan, dilanjutkann dengan studi pustaka. Hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No. 76 Kota tengah adalah guru penjas lebih memilih membelajarkan permainan bola besar/kecil dibanding olahraga beladiri pencak silat. Hal ini disebabkan karena : (1) Tidak tersedianya sarana dan prasarana olahraga pencak silat, seperti lapangan (matras) pencak silat, pencing pat, samsak; (2) Tidak memiliki buku panduan pencak silat; (3) Tidak memiliki orang yang ahli dibidang pencak silat. Tentunya hal tersebut memberikan dampak negatif pada siswa. Dampak yang dimaksud adalah (1) siswa tidak mengenal olahraga beladiri pencak silat; (2) siswa tidak memiliki pengalaman gerak dalam melakukan teknik dasar pencak silat, sehingga gerak dasar Pencak silat terasa aneh dan asing untuk mereka lakukan; (3) siswa jadi tidak memahami nilai yang terkandung dalam pencak silat, seperti disiplin, kerjasama, kejujuran, keberanian dan sportivitas. 35

Mengingat bahwa pencak silat merupakan hasil budaya dari negara kita, dan perlu diajarkan dari sekolah dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi dan berdasarkan uraian sebelumnya, maka sangat perlu adanya panduan pembelajaran pencak silat untuk siswa sekolah dasar kelas tinggi. Diharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat : (1) membantu terlaksananya pembelajraan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan khususnya materi olahraga beladiri pencak silat dengan menggunakan panduan pembelajaran pencak silat untuk siswa sekolah dasar kelas tinggi (IV, V, VI), (2) membantu siswa dalam mengenal dan melakukan gerak dasar olahraga beladiri pencak silat, (3) meningkatkan pemahaman siswa kelas atas terhadap nilai yang tekandung dalam olahraga beladiri pencak silat, seperti disiplin, kerjasama, kejujuran, keberanian dan sportivitas. 4.1.2 Deskriptif Draf Awal Produk yang akan dikembangkan berupa panduan pembelajaran yang sesuai bagi siswa sekolah dasar kelas tinggi, tahap yang dilakukan adalah membuat produk dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) pengkajian karakter pencak silat, (2) mengembangkan produk awal pencak silat untuk siswa kelas tinggi (IV, V, VI); menganalisis tujuan dan karakter produk; menganalisis karakter siswa; menetapkan tujuan dan bentuk olahraga beladiri; menetapkan strategi pengorganisasian dan pembelajaran. Produk awal dihasilkan setelah melalui proses desaian dan produksi. Produk awal yang dimaksud adalah draf awal panduan pembelajaran pencak silat 36

untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar kelas tinggi (IV, V, VI). 4.1.3 Validasi ahli 4.1.3.1 Validasi Draf Awal Produk Sebelum diujicobakan dalam uji coba skala kecil, telah divalidasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang penelitian. Ahili yang dilibatkan adalah 2 (dua) orang dosen dosen, yaitu Suriyadi Datau, S.Pd. M.Pd, Mirdayani Pauweni, S.Pd. M.Pd. 1 (satu) orang dosen sekaligus pelatih pencak silat PENCAB Kota Gorontalo dan PPLM Gorontalo yaitu Rochmat Gani, S.Pd, dan 1 (satu) orang guru pendidikan jasmani sekolah dasar SDN No. 76 Kota Tengah, yaitu Ridwan Madu, S.Pd. Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf awal produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat, dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli yang berupa kuisioner yang berisi aspek kualitas produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat dan saran serta komentar dari para ahli. Hasil evaluasi berupa nilai untuk aspek kualitas produk model pengembangan panduan pembelajaran dengan menggunakan skala likert 1-4. Lembar evaluasi untuk kualitas produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang akan dikembangkan, dapat dilihat pada lampiran. 4.1.3.2 Deskripsi Data Validasi Ahli Data yang diperoleh dari pengisian kuisioner oleh ahli merupakan pedoman yang menyatakan apakah produk model pengembangan panduan 37

pembelajaran pencak silat untuk sekolah dasar kelas tinggi. Penilaian dilakukan terhadap kualitas produk model panduan pembelajaran pencak silat yang dikembangkan untuk mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Tabel berikut ini adalah hasil pengisian kuisioner dari ahli dan guru pendidikan jasmani sekolah dasar. Tabel 4.1.3.2. Hasil Pengisian Kuisioner Ahli dan Guru Penjas Sekolah Dasar Aspek penilaian dari N0 Aspek yang dinilai ahli dan guru A1 A2 A3 G4 1 Kesesuaian dengan kompetensi dasar. 3 4 4 4 2 Kejelasan petunjuk teknik dasar. 3 3 4 4 3 Ketepatan memilih teknik dasar bagi siswa. 4 4 4 3 4 Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan. 4 4 4 4 5 Kemudahan teknik dasar untuk dilakukan siswa. 4 4 4 4 6 Kesesuaian teknik dasar dengan karakteristik siswa. 4 4 4 4 7 Mendorong perkembangan aspek fisik/jasmani siswa. 4 4 4 4 8 Mendorong perkembangan aspek afektif siswa. 4 4 4 3 9 Mendorong perkembangan aspek psikomotor siswa. 4 4 4 4 10 Mendorong perkembangan kognitif siswa. 4 4 4 3 11 Dapat dilakukan siswa yang terampil maupun 4 4 4 4 tidak terampil. 12 Dapat dilakukan siswa putra maupun putri. 4 4 4 4 13 Mendorong siswa aktif bergerak. 4 4 4 4 14 Meningkatkan minat dan motivitasi siswa berpartisipasi, 3 4 4 3 Jumlah Skor 55 55 56 52 Rata-Rata 3.9 3.9 4 3.7 Sumber : Dokumen penelitian Keterangan : A1 : Ahli 1 A2 : Ahli 2 A3 : Ahli 3 G4 : Guru penjas 38

Berdasarkan hasil kuisioner yang dilakukan oleh masing-masing ahli dan guru penjas di sekolah dasar diperoleh rata-rata 3.8 (tiga koma delapan) atau masuk dalam kategori Baik/Tepat/Jelas. Jadi dapat disimpulkan pengembangan panduan pembelajaran pencak silat untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan sekolah dasar kelas tinggi, dapat digunakan untuk uji coba skala kecil. Masukan yang berupa saran dan komentar pada produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan sekolah dasar kelas tinggi, sangat diperlukan untuk perbaikan terhadap produk tersebut. Berikut ini adalah berbagai masukan dan saran dari para ahli dan guru penjas sekolah dasar : 1) Sebelum melakukan aktifitas olahraga harus ada pemanasan karena pemanasan dapat mencegah terjadinya cidera otot. 2) Tidak ada penjelasan gerakan pada seluruh gambar sehingga guru atau siswa masih sulit untuk mempelajari teknik dasar pencak silat. 3) Fasilitas pencak silat yang digunakan untuk proses pembelajaran tidak dicantumkan seperti seragam yang digunakan sehingga siswa atau guru beranggapan bahwa belajar pencak silat harus menggunakan pakaian pencak silat. 4) Sebaiknya lapangan standar untuk pembelajaran pencak silat digambarkan agar siswa atau guru tidak beranggapan bahwa proses belajar mengajar pencak silat harus diatas matras (lapangan standar pencak silat) 39

4.1.3.3 Revisi Produk Awal Sebelum Uji Coba Skala Kecil Berdasarkan saran dari para ahli dan guru penjas sekolah dasar pada produk seperti yang dijelaskan diatas, maka revisi produk segera dilaksanakan. Proses revisi produk berdasarkan saran para ahli dan guru penjas sekolah dasar sebagai berikut : 1) Sebelum melakukan aktifitas olahraga harus ada pemanasan karena pemasan dapat mencegah cidera otot. Revisi produk: mencantumkan kegiatan pemanasan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. 2) Tidak ada penjelasan gerakan pada seluruh gambar sehingga guru atau siswa masih sulit untuk mempelajari teknik dasar pencak silat. Pada revisi produk: semua gambar diberi penjelasan gerakan. 3) Fasilitas pencak silat yang digunakan untuk proses pembelajaran tidak dicantumkan seperti seragam yang digunakan sehingga siswa atau guru beranggapan bahwa belajar pencak silat harus menggunakan pakaian pencak silat. Revisi produk ini: fasilitas olahraga seperti seragam yang digunakan dicantumkan. 4) Sebaiknya lapangan standar untuk pembelajaran pencak silat digambarkan karena siswa atau guru tidak beranggapan bahwa proses belajar mengajar pencak silat harus di atas matras (lapangan standar pencak silat). Revisi produk ini: gambar lapangan standar untuk pembelajaran pencak silat digambar dan diberi penjelasan. 40

4.1.4 Data Uji Coba Skala Kecil Validasi oleh para ahli dan guru penjas sekolah dasar telah dilakukan, dan revisi pada produk telah disesuaikan dengan saran dan dan komentar yang diberikan, kemudian produk diujicobakan dengan menggunakan skala kecil, yakni siswa kelas V SDN No. 76 Kota Tengah. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi berbagai permasalahan serta kelemahan, kekurangan, ataupun keefektifan produk untuk digunakan oleh siswa. Data yang diperoleh dari uji coba ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi produk sebelum digunakan uji coba lapangan. Masukan yang berupa saran dan komentar pada produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat untuk sekolah dasar kelas tinggi (IV, V, VI) setelah di diujicobakan skala kecil, sangat diperlukan untuk perbaikan panduan pembelajaran tersebut. Berikut ini adalah masukan dan saran para ahli dan guru penjas sekolah dasar, setelah diujicobakan pada skala kecil. 1) Penggunaan bahasa Indonesia harus menggunakan EYD. 2) Gambar pada petunjuk kegiatan pemanasan diperbesar. 3) Seluruh gambar teknik dasar pencak silat dalam draf harus menggunakan pengaturan ukuran yang baik (layout). 4.1.4.1 Revisi Produk Setelah Uji Coba Skala Kecil Berdasarkan saran dari para ahli dan guru penjas sekolah dasar pada produk yang telah diujicobakan ke dalam uji coba skala kecil, maka segera direvisi produk. Proses revisi produk berdasarkan saran ahli dan guru penjas sekolah dasar sebagai berikut: 41

1) Penggunaan bahasa Indonesia harus menggunakan EYD. Setelah revisi produk, penggunaan bahasa Indonesia menggunakan EYD. 2) Gambar pada petunjuk pemanasan diperbesar. Setelah revisi pada produk ini gambar pada petunjuk pemanasan diperbesar agar jelas dan mudah dipahami. 3) Seluruh gambar teknik dasar pencak silat dalam draf harus menggunakan pengaturan ukuran yang baik (layout). Setelah revisi produk, seluruh gambar teknik dasar pencak silat sudah menggunakan pengaturan ukuran yang baik (layout). 4.1.5 Data Uji Coba Skala Luas Setelah produk pengembangan panduan pembelajaran pencak silar diujicobakan dalam skala kecil dan direvisi, selanjutnya adalah melakukan uji coba skala luas. Uji coba skala luas dilaksankan pada siswa kelas tinggi (IV, V, VI) yang berjumlah 70 orang siswa atau objek dengan proses pembelajaran pada waktu yang berbeda. Berikut ini adalah rincian jumlah siswa atau subjek. Tabel 4.1.5 Rincian Jumlah Siswa SDN No. 72 Kota Tengah Kelas Tinggi Jumla Siswa Ket No Kelas Total Putra Putri 1 IV 17 16 33 2 V 13 6 19 3 VI 12 6 18 JUMLAH 70 Sumber : Dokumen Penelitian 4.1.6 Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji validitas dan reliabilitas dilakukan instrument penelitian. Berikut ini dijelaskan hasil Uji validitas dan Uji reliabilitas instrument penelitian atau kuesioner. 42

4.1.6.1 Uji Validitas Uji validitas dilakukan melalui analisis faktor terhadap instrumen dengan cara mengkorelasikan jumlah skor pada butir soal dengan skor total. Menurut Trihendardi yang dikutip Susanto (2009:86), uji korelasi dilakukan untuk mencari besarnya hubungan dan arah hubungan. Nilai korelasi berkisar dalam rentang 0 sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda positif dan negatif menentukan arah hubungan. Tanda positif menunjukkan arah yang sama, dimana jika satu variabel naik maka variabel lain juga naik, demikian pula sebaliknya. Tanda negatif menunjukkan arah perubahan yang berlawan, dimana jika satu variabel naik maka variabel yang lain justru turun. Uji validitas dalm penelitian menggunakan progam Microsoft excel dengan Korelasi Person. Berdasarkan penghitungan koefisien korelasi, diketahui berada dalam rentan 0,7-1,00. Menurut Young dalam Trihendardi, yang dikutip oleh Susanto (2009:87), besarnya nilai koefisien korelasi (r) dikategorikan sebagai berikut: a) 0.7 1.00 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang tinggi. b) 0.4 0.7 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang substansial. c) 0.2 0.4 baik positif maupun negatif, menunjukkan derajat hubungan yang rendah. d) < 0.2 baik positif maupun negatif, hubungan dapat diabaikan. 43

Dengan demikian berdasarkan penghitungan statistik validitas uji instrumen diketahui valid karena menunjukkan derajat hubungan yang tinggi. Hasil perhitungan validitas instrumen secara lengkap dapat lihat pada lampiran. 4.1.6.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian menggunakan Program Microsoft Excel dengan analisis cronbach s alpha. Berdasarkan hasil penghitungan reliabilitas data instrument, diketahui bahwa nilai reliabilitas jika diketahui dengan menggunakan koefisien Alpha, menunjukkan koefisien yang tinggi, yaitu 0.726 dengan demikian instrumen dinyatakan reliabel. Hasil perhitungan relilibilitas instrumen secara lengkap dapat lihat pada lampiran. 4.2 Analisis Data Hasil penelitian terhadap skor total instrument penelitian, dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: baik, sedang, dan kurang. Data penghitungan skor total yang meliputi aspek menyeluruh, yakni aspek psikomotor, kognitif, dan afektif, untuk selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Rentangan skor untuk penentuan kategori skor total respon siswa terhadap model produk panduan pencak silat dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2.a. Konversi Nilai dan Kategori Skor Total Respon Siswa Rentang Skor Kategori 21 sampai dengan 30 Baik 11 sampai dengan 20 Sedang 0 sampai dengan 10 Kurang 44

Distribusi frekuensi skor total respon siswa terhadap produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat berdasarkan pengkategorian, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2.b. Distribusi Frekuensi Skor Total Respon Siswa Terhadap Produk Model Pengembangan Panduan Pembelajaran Pencak Silat No Kategori Rentang Skor Frekuensi (f) (%) 1 Baik 20 sampai dengan 30 68 97,14 2 Sedang 11 sampai dengan 20 2 2,86 3 Kurang 0 sampai dengan 10 0 0 Jumlah 70 100 Sumber : Dokumen Penelitian Berdasarkan tabel distribusi frekuensi skor total (meliputi aspek menyeluruh; aspek psikomotor, kognitif, dan afektif), dapat disimpulkan bahwa: (1) siswa yang memiliki skor total dengan kategori baik berjumlah 68 siswa atau sekitar 97,14%, (2) siswa yang memiliki skor total dengan kategori sedang berjumlah 2 siswa atau sekitar 2.86%, dan (3) tidak ada siswa yang memiliki skor total dengan kategori kurang. 4.3 Revisi Produk Setelah Uji Coba Skala Luas (Produk Akhir) Revisi produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat untuk siwa sekolah dasar kelas tinggi, dilakukan melalui beberapa tahap. Revisi dilakukan sebelum panduan pembelajaran diujicobakan dalam skala kecil, sesudah uji coba skala kecil, dan sesudah uji coba skala luas. Produk yang telah diujicobakan dalam uji coba skala luas, perlu dilakukan revisi yang terakhir, untuk penyempurnaan produk. 45

4.3.1 Proses Pengembangan Panduan Pembelajara Pencak Silat Pengembangan produk model panduan pembelajaran pencak silat untuk siswa sekolah dasar kelas tinggi, memerlukan beberapa tahapan dan revisi yang harus dilalui. Sebelum mendapatkan produk akhir. Tahapan revisi yang harus dilalui dalam proses pembuatan panduan pembelajaran pencak silat, antara lain: penyusunan draf awal panduan pembelajaran pencak silat, revisi tahap I, dan revisi tahap II (akhir). Berikut ini adalah bagian-bagian dari produk yang direvisi dalam produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat: Tabel 4.3.1. Revisi Produk model Pengembangan Panduan Pembelajaran Pencak Silat dari Draf Awal sampai Produk akhir Draf Produk Awal Revisi Tahap I Revisi Tahap II Sebelum melakukan Sebelum melakukan Untuk melakukan aktifitas aktifitas olahraga harus aktifitas olahraga harus ada olahraga diawali dengan ada pemanasan karena pemanasan dapat mencegah terjadinya cidera otot. Pemanasan sudah dicantumkan. Tidak ada penjelasan gerakan pada seluruh gambar sehingga guru atau siswa masih sulit untuk mempelajari teknik dasar pencak silat. Semua gambar sudah diberi penjelasan gerakan. Fasilitas pencak silat yang digunakan untuk proses pembelajaran tidak dicantumkan seperti seragam yang digunakan sehingga siswa atau guru beranggapan bahwa belajar pencak silat harus pemanasan karena pemanasan dapat mencegah terjadinya cidera otot. Pemansan sudah dicantumkan. Tidak ada penjelasan gerakan pada seluruh gambar sehingga guru atau siswa masih sulit untuk mempelajari teknik dasar pencak silat. Semua gambar sudah diberi penjelasan gerakan. Fasilitas pencak silat yang digunakan untuk proses pembelajaran tidak dicantumkan seperti seragam yang digunakan sehingga siswa atau guru beranggapan bahwa belajar pencak silat harus pemanasan karena pemanasan dapat mencegah cidera otot dan gambar pemanasannya diperbesar dan gambar pemansannya diperbesar. Gambar pemanasan telah diperbesar. Seluruh gambar teknik dasar pencak silat dalam draf harus menggunakan pengaturan ukuran yang baik (layout). Sudah menggunakan ukuran gambar yang baik (layout). Fasilitas pencak silat yang digunakan untuk proses pembelajaran dicantumkan seperti seragam yang digunakan sehingga siswa atau guru tidak beranggapan bahwa belajar pencak silat harus menggunakan pakaian 46

menggunakan pakaian menggunakan pencak silat. Seragam pencak silat yang digunakan dalam proses pmebelajaran sudah dicantumkan. Sebaiknya lapangan standar pembelajaran pencak silat digambarkan agar siswa atau guru tidak beranggapan bahwa proses belajar mengajar pencak silat harus diatas matras (lapangan standar pencak silat). Penggunaan bahasa Penggunaan Indonesia pada seluruh draf awal harus menggunakan EYD. Telah menggunakan EYD. EYD. Sumber : Dokumen Penelitian pakaian pencak silat. Seragam pencak silat yang digunakan dalam proses pmebelajaran sudah dicantumkan. Sebaiknya lapangan standar pembelajaran pencak silat digambarkan agar siswa atau guru tidak beranggapan bahwa proses belajar mengajar pencak silat harus diatas matras (lapangan standar pencak silat).. bahasa Indonesia pada seluruh draf awal harus menggunakan EYD. Telah menggunakan pencak silat. Untuk proses pembelajaran lapangan yang digunakan minimal berukuran 12 X 6 Meter. Penggunaan bahasa Indonesia pada seluruh draf awal menggunakan EYD. 4.3.2 Perbedaan Antara Pedoman Praktis Pencak Silat Untuk Mahasiswa Dengan Panduan pencak silat Untuk Anak SD Produk panduan pencak silat untuk anak sekolah dasar memiliki perbedaan dengan pedoman praktis pencak silat untuk mahasiswa. Pada tabel berikut ini diuraikan perbedaan keduanya. 47

Tabel 4.3.2. Perbedaan pedoman praktis pencak silat untuk masiswa dan panduan pencak silat untuk anak SD No Panduan pencak silat Panduan pencak silat SD mahsiswa Alasan Tujuan 1. Teknik yang ada dalam panduan, merupakan teknik dasar yang cocok untuk dipelajari oleh siswa kelas IV, V, VI. Teknik yang ada merupakan teknik Pencak silat lanjutan yang cocok dipelajari oleh mahasiswa. 2. Teknik dasar yang ada dalam panduan, benarbenar dipilih dan dipertimbangkan tingkat kesulitannya untuk siswa SD. Teknik yang ada merupakan teknik lanjutan, dan juga memuat jurus-jurus tangan kosong, dan jurus-jurus dengan senjata, seperti toya (tongkat), dan golok. Tingkat kesulitan pada teknik dasar bagi siswa SD kelas IV, V, VI harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa. Pelaksanaan pembelajaran Pencak silat bagi Siswa SD adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa atau guru mudah mempelajari panduan pembelajaran pencak silat. Agar pembelajaran dilaksanakan benarbenar untuk mencapai tujuan pembelajaran (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). 4.3.3 Pembahasan Setelah melalui langkah-langkah penelitian pengembangan untuk menghasilkan produk, maka didapatkan produk akhir yang berupa pengembangan panduan pembelajaran pencak silat. Indikator keberhasilan produk ini adalah skor total respon siswa terhadap model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat yang datanya diperoleh dari kuisioner yang disebarkan pada siswa. Skor total tersebut adalah aspek menyeluruh dari aspek psikomotor, kognitif, dan afektif yang dijumlahkan, dan menjadi skor akhir dari keseluruhan aspek yang dimiliki siswa. Berdasarkan skor total, diketahui bahwa dari 70 siswa kelas atas yang menjadi subjek, yang termasuk dalam kategori baik adalah 97,14% dari jumlah siswa atau 68 orang siswa, dan yang termasuk dalam kategori 48

sedang adalah 2,86% dari jumlah siswa atau 2 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran hasil penghitungan skala luas. Skor total tersebut patut untuk diperhatikan, karena terkait dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran. Inti dari standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah siswa dapat mempraktekkan teknik dasar pencak silat, serta nilai disiplin, kerjasama, kejujuran, keberanian dan sportivitas. Dengan skor total tersebut, dapat diperoleh gambaran ketercapaian kompetensi pembelajaran pada ketiga aspek, baik psikomotor, kognitif dan afektif. Selain skor total, respon siswa juga dapat dilihat melalui butir-butir soal pada masing-masing aspek, yang lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 113-115. Berdasarkan respon siswa melalui butir-butir soal ada hal-hal yang harus diperhatikan, terutama pada aspek afektif yang memiliki nilai jawaban 1 (negatif), butir soal nomor 19 (apakah kamu menegur teman yang salah ketika melakukan teknik dasar pencak silat), hanya 29 siswa/subjek atau 41,43% yang menjawab Tidak, dan butir soal 24 (apakah kamu akan membenci teman yang bisa melakukan teknik dasar pencak silat dengan baik dan benar), hanya 59 siswa/subjek atau 84,29% yang menjawab Tidak, sedangkan pada butir soal 21 (apakah kamu akan menerima hukuman yang diberikan oleh guru jika kamu bersalah) hanya 58 siswa/subjek atau 82,86% yang menjawab Ya. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa masih melakukan 2 (dua) jenis pelanggaran dari 9 (sembilan) jenis pelanggaran dalam proses pembelajaran pencak silat, yakni: menegur teman yang salah ketika melakukan teknik dasar 49

pencak silat, dan membenci teman yang bisa melakukan teknik dasar pencak silat dengan baik dan benar. Selain itu sebagian besar siswa tidak mau menerima hukuman yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini peran guru sangat penting dalam proses pembelajaran, agar siswa lebih dapat memahami dan mengamalkan nilai sportivitas dan disiplin dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, berdasarkan respon siswa terhadap hasil gambaran skor total respon siswa yang menggambarkan aspek psikomotor, kognitif dan afektif secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa produk model pengembangan panduan pembelajaran pencak silat dapat digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 4.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Produk yang Dihasilkan 4.3.4.1 Kelebihan Produk yang Dihasilkan Hasil penelitian dan pengembangan ini adalah produk pengembangan panduan pembelajaran pencak silat memiliki kelebihan, antara lain: a. Produk ini merupakan satu-satunya panduan pencak silat untuk siswa sekolah dasar yang ada di Gorontalo. b. Dapat digunakan oleh guru penjas untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan kelas tinggi (IV, V, VI) sekolah dasar, karena teknik dasar pencak silat mudah dan menarik untuk dilakukan siswa. c. Membantu guru untuk mengenalkan kepada siswa bahwa pencak silat merupakan budaya bangsa Indonesia, karena selama ini siswa beranggapan bahwa beladiri apapun mereka sebut karate. 50

d. Membantu siswa untuk mempelajari teknik dasar pencak silat. e. Dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar siswa kelas tinggi (IV, V, VI) sekolah dasar. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh melalui jawaban siswa pada 4 (empat) butir soal aspek psikomotor. Rata-rata siswa melakukan teknik dasar pencak silat, seperti melakukan pembentukan sikap, pola langkah, pukulan, dan tendangan. f. Dapat digunakan untuk menanamkan nilai disiplin, kerjasama, kejujuran, keberanian dan sportivitas pada siswa kelas tinggi (IV, V, VI) sekolah dasar. Hal ini berdasarkan data yang diperoleh melalui jawaban siswa pada 16 (enam belas) butir soal aspek afektif. Rata-rata siswa dapat bekerja sama dengan teman, bersikap disiplin dan sportif. 4.3.4.2 Kekurangan Produk yang Dihasilkan Produk panduan pembelajaran pencak silat disamping memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan, antara lain: a. Proses pembelajaran tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh guru Penjas Orkes disekolah karena dalam proses pembelajaran peneliti turut serta dalam pengelolaan kelas. b. Pengelolaan kelas selama proses pembelajaran, karena guru tidak memperhatikan jarak siswa antara siswa satu dengan siswa lainnya (saling berdekatan) siswa akan saling mengganggu dan kondisi belajar dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. 51

c. Ketegasan guru terhadap siswa yang tidak disiplin. Guru yang tegas terhadap siswa yang tidak disiplin sangat menentukan proses pembelajaran akan berjalan dengan baik. d. Kebiasaan dalam melaksanakan pembelajaran dengan bias gender (membedakan putra dan putri), siswa putri ingin dipisahkan barisannya dari siswa putra dan merasa bahwa gerakan dasar pencak silat pada umumnya hanya untuk siswa putra. 4.3.5 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan saat melakukan penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian antara lain: 1. Lapangan yang digunakan untuk proses pembelajaran harus datar, tidak becek, berlubang, dan tidak berduri. Jika lapangan sekolah berlubang maka peran guru sangat diharapkan untuk menimbun lapangan yang lubang tersebut. 2. Guru Pendidikan Jasmani sekolah dasar hanya 1 orang. 3. Kekhawatiran terhadap pengisian kuisioner. 52