Diterima editor 14 Desember 2009 Disetujui untuk dipublikasi 19 Pebruari 2010 ABSTRAK PENGARUH DAYA DAN DURASI OPERASI REAKTOR TERHADAP KONSENTRASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

AKTIVITAS EFLUEN TRITIUM DAN C-14 DARI PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

KAJIAN BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN UNTUK CALON PLTN AP1000

PENGARUH IRRADIASI BATU TOPAZ TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN REAKTOR G.A.SIWABESSY. Elisabeth Ratnawati, Kawkab Mustofa, Arif Hidayat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

ANALISIS LIMBAH RESIN DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY TAHUN 2008

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

EV ALUASI KINERJA SISTEI\1 PENCACAH KERLIP CAIR

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

ANALISIS AEROSOL RADIOAKTIF DI BALAI OPERASI RSG GAS

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

PENENTUAN UNSUR-UNSUR PADA ENDAPAN CORROSSION COUPON SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS DENGAN METODE ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

KEANDALAN SISTEM PEMURNIAN TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER RSG GAS

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

UNJUK KERJA PENCUPLIK AKTIF TRITIUM DI UDARA MENGGUNAKAN ABSORBEN SILIKA GEL

PE E TUA SOURCE-TERM TAHU A DI REAKTOR GA. SIWABESSY

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

ANALISIS KUANTITATIF SOURCE-TERM RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 15 MW. Jaja Sukmana, Jonnie Albert Korua, Sinisius Suwarto

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

FISIKA ATOM & RADIASI

ANALISIS KENAIKAN HARGA AKTIVITAS KPK 01 CR001

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

menetapkan olahraga perlu makin ani bagi setiap anggota masyarakat, nasional yaitu memasyarakatkan masyarakat. Tak hanya itu saja

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

EVALUASI KINERJA SISTEM PEMANTAU AKTIVITAS GAMMA PENDINGIN PRIMER RSG-GAS

Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 2012 ISSN

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENGENDALIAN DAERAH KERJA PAPARAN RADIASI GAMMA DI RSG GAS

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

UJI FUNGSI FASILITAS IRADIASI SISTEM RABBIT PNUMATIK REAKTOR RSG GAS MENGGUNAKAN BAHAN ACUAN STANDAR

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

IDENTIFIKASI SOURCE-TERM REAKTOR SERBA GUNA-G.A. SIWABESSY UNTUK KESELAMATAN OPERASIONAL

EVALUASI PEMANFAATAN FASILITAS IRADIASI RSG-GAS PADA TAHUN 2006

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA

PENENTUAN AKTIVITAS TRITIUM DAN KARBON-14 DENGAN METODA PENGUKURAN DUAL LABEL ABSTRACT

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, Rabu, 11 September 2013

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM ABSTRAK

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

PENGUKURAN FAKTOR KOMPENSASI DETEKTOR RENTANG DAYA KNK 50 UNTUK TERAS RSG-GAS. A.Mariatmo, Ir. Edison dan Heri Prijanto

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

PENANGANAN LIMBAH DI RSG-GAS SELAMA LIMA TAHUN PERTAMA OPERASI

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

ID ANALISIS KEANDALAN KOMPONEN DAN SISTEM RSG GAS DENGAN MENGGUNAKAN DATA BASE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS

BAB II RADIASI PENGION

KAJIAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA TITIK PENGUKURAN DI REAKTOR KARTINI SEBAGAI DASAR PENENTUAN KONDISI BATAS OPERASI (KBO)

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

EVALUASI KINERJA DETEKTOR PEMANT AU RADIASI AIR PENDINGIN BAHAN BAKAR BEKAS DI RSG-GAS. Yulius Sumarno, Subiharto, Nazly Kurniawan

DEGRADASI KEMAMPUAN SISTEM PENDINGIN DARURAT KOLAM REAKTOR JNA 10/20/30

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

PENGUKURAN DOSIMETER PERORANGAN PEKERJA RADIASI PUSAT REAKTOR SERBA GUNA TAHUN Yanni Andriani, Elfida Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Transkripsi:

I Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) PENGARUH DAYA DAN DURASI OPERASI REAKTOR TERHADAP KONSENTRASI 3 H DAN 14 C DI AIR SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RSG-GAS Pande Made Udiyani 1), Subiharto 2), dan Nugroho L 2). 1). Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional 2). Pusat Reaktor Serba Guna - Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan Puspiptek Serpong, Gedung 80, Tangerang, 15310 Diterima editor 14 Desember 2009 Disetujui untuk dipublikasi 19 Pebruari 2010 ABSTRAK PENGARUH DAYA DAN DURASI OPERASI REAKTOR TERHADAP KONSENTRASI 3 H DAN 14 C DI AIR SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR RSG-GAS. Telah dilakukan penelitian terhadap pengaruh daya dan durasi operasi reaktor terhadap konsentrasi 3 H dan 14 C dalam air sistem pendingin primer reaktor RSG-GAS. Keberadaan nuklida 3 H dan 14 C di dalam air sistem pendingin primer reaktor RSG-GAS merupakan hasil produk fisi dan aktivasi. Nuklida radioaktif ini mempunyai potensi bahaya radiasi interna dan eksterna, karena mempunyai umur paro yang panjang yaitu 12,26 tahun untuk 3 H dan 5568 tahun untuk 14 C, sehingga mempunyai dampak radiologis yang sangat berarti. Analisis dan pengukuran contoh cuplikan air pendingin primer dilakukan dengan menggunakan alat LSC (Liquid Scintillation Counter). Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh daya dan durasi operasi reaktor terhadap konsentrasi nuklida 3 H dan 14 C dalam air sistem pendingin primer, korelasi konsentrasi kedua nuklida dengan komponen sistem reaktor yang berkaitan dengan penuaan komponen, dan estimasi penerimaan radiasi terhadap pekerja radiasi di reaktor RSG-GAS dalam kaitan dengan keselamatan daerah kerja dan keselamatan personil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya konsentrasi 3 H dan 14 C di air sistem pendingin primer reaktor RSG-GAS sebanding dengan daya yang dibangkitkan dan durasi operasi reaktor. Pertambahan konsentrasi 3 H dan 14 C di kolam reaktor RSG-GAS yang pesat setelah lima tahun pertama operasi reaktor diperkirakan karena intensitas pengoperasian reaktor yang tinggi, dan adanya proses akumulasi nuklida yang mempunyai umur paro yang panjang. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengkaji keselamatan operasi reaktor, keselamatan personil, keselamatan kerja, dan proses penuaan reaktor. Kata kunci : air pendingin primer, 3 H, 14 C, reaktor RSG-GAS ABSTRACT THE INFLUENCE OF REACTOR OPERATION DURATION AND POWER TO CONCENTRATION OF 3 H AND 14 C IN PRIMARY COOLANT SYSTEM WATER RSG-GAS REACTOR. The influence of reactor power and operation duration on concentration of 3 H and 14 C in primary coolant water system RSG-GAS reactor has been studied. The existence of nuclides 3 H and 14 C in primary coolant system RSG-GAS reactor is a result of fission product and activation. These nuclides have potential internal and external radiation hazard, due to long half life i.e. 12,26 years and 5568 years for 3 H and 14 C respectively, so that will have significant radiological impact. Analysis and water sample measurement of the primary coolant system has been done by using LSC (Liquid Scintillation Counter). The objective of this research is to study the influence of reactor power and its operation duration to 3 H and 14 C concentration in coolant system, the correlation of these nuclide concentration with reactor system related to the component ageing, and estimation of receiving RSG-GAS reactor worker radiation for safety in working area and personnel safety. The results showed that 3 H and 14 C concentration in RSG-GAS reactor are proportional to the reactor power and its operation time duration. The fast increasing of 3 H and 14 C concentration in RSG-GAS reactor primary coolant system after the first five years operation might be caused by high intensity of reactor operation, and the accumulation of long half life nuclides. The results of this research can be used to study the reactor operation safety, personnel and working area safety, and also to study the reactor ageing process. Key words: primary water reactor, 3 H, 14 C, RSG-GAS reactor 1

J Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X PENDAHULUAN Reaktor RSG-GAS adalah reaktor riset dengan daya maksimum 30 MW. Dengan semakin dioptimalkannya operasi reaktor berarti akan semakin banyak penelitian yang dilakukan. Pemanfaatan operasi reaktor diataranya adalah irradiasi topaz, irradiasi sampel, produksi isotop, pengujian bahan bakar reaktor dan lain-lain. Selama pengoperasian reaktor maka dihasilkan juga berbagai nuklida radioaktif sebagai hasil aktivasi dan fisi. Nuklida radioaktif yang perlu diperhatikan adalah 3 H dan 14 C, karena kedua nuklida ini mempunyai umur paro yang panjang dan dampak radiologis yang cukup berarti. Umur paro 3 H adalah 12,26 tahun dan mempunyai energi maksimum 18,6 kev sedangkan umur paro 14 C adalah 5568 tahun dengan energi maksimum 456 kev [1,2]. Karena umur paro yang panjang tersebut, maka akan terjadi akumulasi konsentrasi 3 H dan 14 C di dalam air pendingin reaktor, sehingga aktivitasnya akan semakin tinggi sebagai fungsi durasi reaktor beroperasi. Oleh karena itu pengamatan dan pengukuran terhadap kedua unsur tersebut secara berkesinambungan sangat diperlukan karena dapat merupakan petunjuk tentang keadaan operasi reaktor. Sumber-sumber produksi 3 H di kolam reaktor adalah [3]: - Pembelahan bahan bakar tingkat tiga - Reaksi neutron terhadap unsur berilium yang digunakan sebagai reflektor - Reaksi neutron dengan detrium yang terdapat dalam air - Reaksi neutron dengan unsur lithium sebagai impuritas dalam material Sumber-sumber produksi 14 C dalam kolam reaktor adalah : - Reaksi 14 N (n,p) 14 C - Reaksi 16 O (n, 3 He) 14 C - Reaksi 17 O (n, ) 14 C - Reaksi 235 U (n,fissi) 14 C Radionuklida 3 H dan 14 C adalah pemancar beta lemah, sehingga pengukurannya harus lebih spesifik, tidak bisa menggunakan alat pencacah dengan detektor khusus. Alat yang digunakan untuk mencacah 3 H dan 14 C adalah Liquid Scintilation Counter (LSC), yang bekerja berdasarkan proses sintilasi [4]. Bagian dan prinsip kerja alat tersebut adalah detektornya berupa sintilator yang dihubungkan dengan tabung photo multiplier yang berfungsi untuk merubah peristiwa sintilasi dalam bentuk foton menjadi pulsa elektronik yang sebanding dengan tenaga foton. T!"etahui pengaruh daya dan durasi operasi reaktor terhadap konsentrasi nuklida 3 H dan 14 C di air sistem pendingin primer, korelasi konsentrasi kedua nuklida dengan komponen sistem reaktor yang berkaitan dengan penuaan (aging) komponen, dan estimasi penerimaan radiasi terhadap pekerja radiasi di reaktor RSG- GAS dalam kaitan dengan keselamatan daerah kerja dan keselamatan personil. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat digunakannya data hasil penelitian untuk mengkaji keselamatan operasi reaktor, keselamatan personil, keselamatan kerja, dan mengkaji proses penuaan reaktor. Dengan diketahuinya konsentrasi 3 H dan 14 C diharapkan sebagai masukan untuk penelitian aspek keselamatan bagi pekerja radiasi di reaktor, sehingga para pekerja radiasi dapat bekerja secara aman dan aspek keselamatan kerja dapat dipenuhi. 16

#$$% &'&&()'*+ Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) TEORI Sebagai suatu hasil tangkapan neutron oleh isotop Hidrogen berat (Deutrium), yang kelimpahannya rendah di air primer, aktivitas Tritium rendah timbul dalam jangka panjang di air sistem primer. Nilai sebesar 1 mci/m 3 dapat diperoleh untuk menghitung konsentrasi aktivitas yang dihasilkan dari reaksi ini [3]. Laju reaksi pembentukan 3 H dan 14 C dihitung dengan rumus [4]: R N (1) 3 (gr/m ) 23 (2) N Na xna(6,023x10 )atom/mol A A(gr/mol) Aktivitas = R (3) dengan, R = laju reaksi (Ci/m 3 ) = masa jenis (g/m 3 ) A = masa atom (atom/mol) Na = bilangan Avogadro (g/mol) = tampang lintang (cm 2 ) = fluks netron termal (n/cm 2 s) = konstan peluruhan (1/s) Sumber-sumber produksi 3 H di kolam RSG-GAS adalah [3]: 1. Pembelahan bahan bakar tingkat tiga 235 U (n,f) 3 H Tritium dihasilkan di meat bahan bakar melalui fisi termal. Hasilnya 1,22x10-4 atoms/fisi. Sebagai nilai empiris, konsentrasi aktivitas Tritium berjumlah sebesar 1 x 10-3 /m 3. 2. Reaksi neutron dengan unsur lithium sebagai impuritas dalam material 6 Li (n, ) 3 H Pengotor Lithium di dalam teras-al merupakan akibat dari nilai spesifikasi Al. Tritium yang kemudian terbentuk sebagai hasil dari reaksi 6 L(n, ) 3 H dengan neutron termal. Dengan demikian, laju pembentukan Tritium bergantung pada permukaan-al yang ditempatkan di daerah fluks neutron, kerapatan fluks dan daerah recoil. Dengan mengasumsikan Lithium 10 ppm, konsentrasi aktivitas Tritium di pendingin primer dapat mencapai 5 x 10-3 Ci/m 3. 3. Reaksi neutron terhadap unsur berilium yang digunakan sebagai reflektor 9 Be (n, 8 Be) 3 H. Perhitungan ini menggunakan model perhitungan sederhana, yang dengan perhitungan pengaruh sumber menggunakan fraksi lain. Dengan demikian diasumsikan bahwa Tritium dari beryllium memasuki air kolam akibat recoil dan korosi. Nilai rerata laju abrasi materi tersebut adalah sebesar 10-4 g/dm 2 x jam. Laju disintegrasi dan hilangnya dari dari air secara realistis akibat dari penguapan digunakan untuk menghitung aktivitas di air kolam. Menurut model ini, setelah periode operasi yang lama dihasilkan kosentrasi aktivitas ~ 5 x 10-2 Ci/m 3 [3]. 4. Reaksi neutron dengan deutrium ( 2 H) yang terdapat dalam air 2 H (n, ) 3 H Jumlah total Tritium di pendingin primer yang disebabkan oleh sumber-sumber yang berbeda dapat mencapai 7 x 10-2 Ci/m 3. Sumber-sumber produksi 14 C di kolam reaktor RSG-GAS adalah [3]: 1. Reaksi 14 N (n,p) 14 C 2. Reaksi 16 O(n, 3 He,) 14 C 3. Reaksi 17 O(n, ) 14 C 4. Reaksi 235 U (n,fisi) 14 C Konsentrasi aktivitas C-14 di pendingin primer berjumlah 6 x 10-2 Ci/m 3 [3].,-

./ 023/ 4253678/ 9:3;/ Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X TATA KERJA Alat dan Bahan Yang Digunakan [5,6]: 1. Alat yang digunakan untuk mencacah 3 H dan 14 C adalah pencacah kerlip cair, Liquid Scintillation Counter (LSC) 2. Sintilator digunakan sebagai solven detektor cair adalah ready olv HP, high performance LSC 3. Penampungan cuplikan (sampel) dipakai botol khusus vial berupa poly Q vial Penyiapan pengambilan dan pencacahan Cuplikan 1. Pengambilan cuplikan dilakukan di kolam reaktor dan pipa-pipa pengambilan air pendingin primer di RSG-GAS. Pengambilan cuplikan sesuai dengan peta Gambar 1 dan Gambar 2. 2. Larutan sintilator sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam setiap vial yang sudah disiapkan 3. Cuplikan air cuplikan sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam vial yang sudah dituangkan sintilator 4. Vial ditutup dengan erat, kemudian vial dikocok agar larutam air dan sintilator tercampur merata dan homogen. Disimpan minimal 1 jam, kemudian dilakukan pencacahan selama 1 jam Gambar 1. Peta lokasi pengambilan cuplikan air kolam RSG-GAS 18

<==>?@??AB@CD Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) xyz{ xy }z Layer ƒ Fuel Storage Pool ~}y Chamber pqrst puvrwu (JE01- AP 01/02/03) Heat Exchanger (JE01 BC 01/02) KBE 01 AA 06 (R 0237 ) RPQl POejP geij Isolation Valve ]^_ `a AA 07 SR UVWbX FAK 01 AA 05 (R 0237 ) Water Cooler (QKJ 04) Warm Water Layer System KBE 02 Reactor Pool Purification System, KBE 01 cdnqe fgnh ceijkln Purification System, FAK 01 Mixed Bed YPZN[\N[ Mixed Bed KBE 02 AA 22 SR UVWVX HGKLGM RNOPQ Filter KBE 01 AA 66 (R 0237 ) Resin Filter Resin Filter mn] `a AA 27 SR UVWoX Gambar 2. Peta lokasi pengambilan cuplikan air pendingin RSG-GAS HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian meliputi analisis dan pengukuran terhadap sample air pendingin primer dan air kolam reaktor RSG-GAS. Pengambilan sample air pendingin primer dan air kolam reaktor RSG-GAS mengikuti peta lokasi pengambilan sample seperti Gambar 1 dan 2. Hasil perhitungan yang berdasarkan sumber-sumber 3 H dan 14 C di sistem pendingin air dan kolam RSG-GAS terdapat pada Tabel 1, korelasi konsentrasi 3 H dan 14 C dengan pembangkitan energi dan fluks netron terdapat pada Gambar 3 sampai Gambar 6, dan korelasi dengan durasi operasi reaktor pada Gambar 7 dan Gambar 8. Hasil pencacahan dan analisis Tritium ( 3 H) dan 14 C untuk air pendingin primer RSG-GAS untuk operasi teras 67 terdapat pada Tabel 2 Berdasarkan persamaan (1-3), maka dihitung konsentrasi 3 H dan 14 C berdasarkan data riil operasi RSG-GAS dalam rentang waktu tahun 1999-2009 yang mencakup teras 37 sampai teras 67. Dari data riil pengoperasian reaktor selama rentang waktu 10 tahun dan teras 37 sampai teras 67, rata-rata pembangkitan daya dan durasi operasi untuk setiap teras adalah 500-700 MWD dan fluks neutron ± 2,3 x10 14 n cm -2 s -1. Berdasarkan data tersebut maka dihitung produk 3 H dan 14 C total untuk seluruh sumber produksi yang memungkinkan terjasi di air kolam RSG-GAS berdasarkan SAR (Safety Analysis Report) RSG-GAS untuk setiap teras. Hasil perhitungan terdapat pada Tabel 1. Konsentrasi 3 H dan 14 C dari Tabel 1, menghasilkan produksi untuk setiap teras yang berbeda, dipengaruhi oleh besarnya daya yang dibangkitkan dan durasi operasi reaktor serta fluks netron termal yang dihasilkan untuk setiap operasi reaktor RSG-GAS. EF

ˆ Š ˆ ŒŠ Ž ˆ ˆ Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X Dari Tabel 1, dapat diketahui jumlah total pembentukan 3 H di kolam reaktor dari berbagai sumber untuk pengoperasian reaktor pada teras 37 sampai teras 67 (tahun 1999-2009), untuk kondisi pengoperasian rata-rata 13 MW mencapai 8,779 x 10-3 Ci/m 3, dengan rata-rata untuk setiap teras 0,2926 x 10-3 Ci/m 3. Menurut SAR pembentukan 3 H di kolam reaktor dari berbagai sumber bisa mencapai 7 x 10-2 Ci/m 3 untuk kondisi pengoperaian reaktor sesuai desain dengan energi yang dibangkitkan mencapai 30 MW. Pembentukan 14 C didalam pendingin primer kolam reaktor RSG-GAS dari berbagai sumber untuk kondisi yang sama, mencapai 2,493 x 10-1 Ci/m 3, dengan rata-rata setiap teras menghasilkan 0,8779 x10-2 Ci/m 3 Tabel 1. Hasil perhitungan produksi 3 H dan 14 C di kolam reaktor RSG-GAS pada rentang waktu operasi 1999-2009 Teras rentang waktu Operasi [7] Fluks netron (cm -2 s -1 ) Energi (MWD)[7] TERAS 37 (17/11/99 s/d 14/07/00) 2,2937x10 14 612,690 0,3380x10-3 0,8430x10-2 TERAS 38 (15/07/00 s/d 12/12/00) 2,2884x10 14 611,920 0,2750x10-3 0,8175x10-2 TERAS 39 (13/12/00 s/d 31/03/01) 2,2512x10 14 601,435 0,2400x10-3 0,7366x10-2 TERAS 40 (01/04/01 s/d 06/07/01) 1,8732x10 14 500,380 0,1820x10-3 0,5418x10-2 TERAS 41 (07/07/01 s/d 29/09/01) 1,9191x10 14 512,630 0,1809x10-3 0,5367x10-2 TERAS 42 (30/09/01 s/d 22/01/02) 1,9317x10 14 512,010 0,1808x10-3 0,5364x10-2 TERAS 43 (22/01/02 s/d 06/05/02) 2,3516x10 14 623,290 0,2705x10-3 0,8025x10-2 TERAS 44 (07/05/02 s/d 13/08/02) 2,1813x10 14 582,680 0,2292x10-3 0,6799x10-2 TERAS 45 (17/08/02 s/d 06/02/03) 2,3821x10 14 636,320 0,2826x10-3 0,8383x10-2 TERAS 46 (07/02/03 s/d 06/06/03) 2,1342x10 14 570,100 0,2331x10-3 0,6915x10-2 TERAS 47 (07/06/03 s/d 10/10/03) 2,3166x10 14 618,820 0,2621x10-3 0,7775x10-2 TERAS 48 (04/10/03 s/d 10/02/04) 2,3223x10 14 620,354 0,2630x10-3 0,7801x10-2 TERAS 49 (11/02/04 s/d 11/05/04) 2,3857x10 14 632,338 0,2745x10-3 0,8141x10-2 TERAS 50 (12/05/04 s/d 03/08/04) 2,3868x10 14 637,584 0,2583x10-3 0,8464x10-2 Aktivitas total 3 H Ci/m 3 Aktivitas total 14 C (Ci/m 3 ) TERAS 51 (04/08/04 s/d 09/11/04) 2,3757x10 14 629,671 0,2836x10-3 0,8413x10-2 TERAS 52 (10/11/04 s/d 08/03/05) 2,2945x10 14 608,163 0,2456x10-3 0,7286x10-2 TERAS 54 (08/06/05 s/d 06/09/05) 2,6882x10 14 712,508 0,3739x10-3 1,1091x10-2 TERAS 55 (07/92/05 s/d 20/12/05) 2,4912x10 14 660,300 0,3040x10-3 0,9016x10-2 TERAS 56 (21/12/05 s/d 11/04/06) 2,4189x10 14 641,136 0,2848x10-3 0,8449x10-2 TERAS 57 (12/04/06 s/d 14/07/06) 2,5545x10 14 677,067 0,3202x10-3 0,9497x10-2 TERAS 58 (12/07/06 s/d 07/11/06) 2,6076x10 14 691,139 0,3435x10-3 1,0197x10-2 TERAS 59 (08/11/06 s/d 09/02/07) 2,2624x10 14 599,664 0,2541x10-3 0,7536x10-2 TERAS 60 (11/02/07 s/d 09/05/07 2,3257x10 14 621,263 0,2745x10-3 0,8141x10-2 TERAS 61 (10/05/07 s/d 28/08/07) 2,5731x10 14 682,002 0,3168x10-3 0,9397x10-2 TERAS 62 (29/08/07 s/d 18/12/07) 2,4834x10 14 658,221 0,3057x10-3 0,9067x10-2 TERAS 63 (19/12/07 s/d 25/03/08) 2,4822x10 14 657,921 0,3052x10-3 0,9053x10-2 TERAS 64 (26/03/08 s/d 01/07/08) 2,4079x10 14 638,245 0,2835x10-3 0,8409x10-2 TERAS 65 (02/07/08 s/d 28/10/08) 2,5069x10 14 664,455 0,2951x10-3 0,8752x10-2 TERAS 66 (29/10/08 s/d 18/02/09) 2,4337x10 14 645,060 0,2853x10-3 0,8433x10-2 TERAS 67 (19/02/09 s/d 26/05/09) 2,4874x10 14 659,278 0,2959x10-3 0,8779x10-2 Total 8,779x10-3 2,4393 x10-1 Rata-rata 2,3023 x10 14 0,2926x10-3 0,8131 x10-2 Korelasi antara konsentrasi 3 H dengan daya yang dibangkitkan pada Gambar 3 menghasilkan persamaan korelasi linier dengan daya = 1,026 x 10 6 dan konsentrasi 3 H + 341,98, dengan tingkat korelasi sebesar 86 % 20

š œ Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) Daya (MWD) 900 800 700 600 500 400 300 Ÿ 6 X + 341,98 R 2 = 0,86 200 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 Konsentrasi 3 H (Ci/m 3 ) Gambar 3. Korelasi daya yang dibangkitkan dengan konsentrasi 3 H Korelasi 14 C dengan daya operasi pada Gambar 4, memenuhi persamaan korelasi linier dengan daya = 3,5985 x 10 4 konsentrasi 14 C + 330,44, dengan tingkat korelasi menghasilkan 93,5 % Daya (MWD) 900 800 700 600 500 400 300 ª «4 X + 330,44 R 2 = 0,9348 200 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 Konsentrasi 14 C (Ci/m 3 ) Gambar 4. Korelasi daya yang dibangkitkan dengan konsentrasi 14 C Korelasi antara konsentrasi 3 H dengan fluks netron pada Gambar 5 menghasilkan persamaan korelasi linier : Fluks netron = 3,95 x 10 17, konsentrasi 3 H + 1,26 x 10 14, dengan nilai korelasi sebesar 86,5 %. Sedangkan korelasi konsentrasi 14 C dengan fluks neutron : fluks neutron =1,38 x10 16 dan konsentrasi 14 C + 1,22 x10 14, dengan korelasi 93 % seperti ditunjukkan dalam Gambar 6. ž

±² ³± ²µ ¹²º Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X Fluks netron cm -2 dt -1 2,9E+14 2,7E+14 2,5E+14 2,3E+14 2,1E+14 1,9E+14 1,7E+14» ¼ ½¾ À 17 X + 1x10 14 R 2 = 0,8556 1,5E+14 0,0001 0,0002 0,0003 0,0004 Konsentrasi 3 H (Ci/m 3 ) Gambar 5. Korelasi fluks neutron dengan konsentrasi 3 H 3E+14 Fluks netron (cm -2 dt -1 ) 3E+14 2E+14 2E+14 1E+14 Á  ÃÄÃÅ 16 X + 1x10 14 R 2 = 0,9317 1E+14 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 Konsentrasi 14 C (Ci/m 3 ) Gambar 6. Korelasi fluks neutron dengan konsentrasi 14 C Korelasi antara konsentrasi 3 H dan 14 C dengan durasi operasi menghasilkan korelasi linier yang sangat tinggi, selain karena pengaruh lama operasi, juga karena akumulasi aktivitas umur paro yang panjang. 22

ÆÇÇÈ ÉÊÉÉËÌÊÍÎ Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) Durasi Operasi (bulan) 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 Ñ Ò ÓÔÕÖ -5 X - 0,0004 R 2 = 0,9949 0 0 20 40 60 80 100 120 Konsentrasi total 3 H (Ci/m 3) Gambar 7. Korelasi durasi operasi reaktor dengan konsentrasi 3 H 0,25 Durasi operasi (bulan) 0,2 0,15 0,1 0,05 Ø ÙÚÙÙÛÜÝ Þ ÙÚÙÜßà R 2 = 0,9958 0 0 20 40 60 80 100 120 Konsentrasi total 14C (Ci/m3) Gambar 8. Korelasi durasi operasi reaktor dengan konsentrasi 14 C Pada Gambar 7 menghasilkan persamaan : durasi operasi = 7 x 10-5 dan konsentrasi total 3 H 0,0004, dengan nilai korelasi 99,5 %. Pada Gambar 8 memenuhi persamaan durasi operasi = 0,0021 dan konsentrasi total 14 C - 0,0134 dengan korelasi 99,6 %. Dari Gambar 3 sampai Gambar 8, konsentrasi 3 H dan 14 C bervariasi untuk setiap teras, terdapat korelasi linier yang kuat antara pembentukan 3 H dan 14 C dengan kondisi operasi reaktor untuk setiap teras (daya yang dibangkitkan, fluks neutron, dan durasi operasi reaktor). Korelasi aktivitas sebanding dengan daya yang dibangkitkan, durasi operasi reaktor, dan fluks neutron. Dari Tabel 1 pembentukan 3 H terendah pada operasi reaktor teras 40 dengan kondisi daya yang dibangkitkan 500,380 MWD dan fluks netron 1,8732 x 10 14 n cm -2 s -1, dan pembentukan 3 H tertinggi yaitu 0,3739x10-3 Ci/m 3 pada operasi reaktor teras 54 dengan kondisi energi yag dibangkitkan sebesar 712,5078 MWD. Hal yang sama berlaku pada pembentukan 14 C. ÏÐ

áâ ãäåâ æäçåèéêâ ëìåíâ Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X Tabel 2. Hasil pengukuran 3 H air kolam reaktor RSG pada teras 67 NO Lokasi cuplikan Konsentrasi 3 H Ci/m 3 Konsentrasi 14 C Ci/m 3 1 Kolam Reaktor Tengah 1,0347x10-2 3,2109x10-4 2 Kolam Reaktor Timur 1,1075x10-2 5,3642x10-4 3 Kolam Reaktor Barat 1,1441x10-2 4,4599x10-4 4 KBE 01 CR001 (sebelum filter) 1,1276x10-2 4,8419x10-4 5 KBE 01 CR001 (setelah filter) 1,0723 x10-2 5,1749x10-4 6 KBE 02 1.1125x10-2 5,3769x10-4 7 KBE 02 AA 06 1.1170x10-2 2,7899x10-4 8 FAK 01 (kolam) 1.186x10-2 4.8094x10-4 9 FAK 01 AA 05 1.0678x10-2 4,6355x10-4 10 FAK 01 AA 27 1.0598x10-2 4,9521x10-4 Pengukuran 3 H dan 14 C pada operasi reaktor teras 67, dengan kondisi operasi reaktor untuk pembangkitan daya 659,278 MWD tercantum di Tabel 2. Pengukuran 3 H dan 14 C dilakukan pada posisi yang menginterpretasikan sebagai sumber-sumber penghasil 3 H dan 14 C di reaktor RSG GAS yang meliputi air pendingin primer KBE01 sebelum dan seudah filter pemurnian, air pendingin primer KBE02 yang mewakili sistem lapisan air hangat (warm water layer) sebelum dan sesudah filter pemurnian, air kolam permukaan, air kolam di daerah penyimpanan bahan bakar sementara FAK 01 sebelum dan sesudah pemurnian. Lokasi pengambilan cuplikan sesuai dengan Gambar 1 dan 2. Dari Tabel 2, konsentrasi rata-rata 3 H mencapai 1,1183x10-2 Ci/m 3. Konsentrasi ini mewakili kondisi operasi RSG-GAS sampai teras 67, yang merupakan akumulasi dari 3 H selama reaktor RSG-GAS beroperasi. Sifat akumulasi terjadi karena umur paro dari 3 H cukup panjang yaitu : 12,36 tahun. Dari hasil perhitungan pada Tabel 1, pembentukan 3 H dari berbagai sumber pada kondisi operasi reaktor teras 67 sebesar 0,2959 x 10-3 Ci/m 3, maka kondisi 3 H sebelum teras 67 (teras 1 sampai teras 66) mencapai 1,08871 x 10-2 Ci/m 3. Jumlah total pembentukan 3 H dari teras 37 sampai teras 66 (rentang waktu 1999-2009) yang mencapai 8,4831 x 10-3 Ci/m 3, maka pembentukan 3 H dari teras 1 - teras 36 (rentang waktu 1987-1999) mencapai 0,2699 x 10-3 Ci/m 3. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa konsentrasi 3 H sebelum komisioning RSG-GAS yang diukur pada bulan Juli 1987kondisi 3 H sebesar 0,55 x 10-8 Ci/m 3, dan konsentrasi setelah 5 tahun operasi (tahun 1992 pada teras 12) mencapai 1,9 x 10-6 Ci/m 3 [8]. Dari perjalanan waktu pengoperasian RSG-GAS, pertambahan 3 H sangat tinggi untuk setiap rentang waktu tertentu. Dari data yang terpapar dan sejarah pengoperasian reaktor RSG-GAS, pertambahan 3 H sebanding dengan daya yang dibangkitkan, durasi operasi reaktor, dan kondisi sistem atau peralatan yang terpapar netron menghasilkan 3 H. Selain itu adanya efek akumulasi dari umur paro 3 H yang panjang, juga mempengaruhi konsentrasi 3 H di air kolam RSG-GAS. Kondisi peralatan dan sistem yang menghasikan 3 H juga harus diperhatikan, karena kondisi 3 H dari beryllium memasuki air kolam akibat recoil dan korosi. Nilai rerata laju abrasi materi tersebut adalah sebesar 10-4 g/dm 2 x jam. Laju disintegrasi dan hilangnya dari dari air secara realistis akibat dari penguapan digunakan untuk menghitung aktivitas di air kolam. Menurut model ini, setelah periode operasi yang lama dihasilkan kosentrasi aktivitas 3 H ~ 5 x 10-2 Ci/m 3 [3], padahal jumlah total di pendingin primer yang disebabkan oleh sumber-sumber yang berbeda yang dapat mencapai 7 x 10-2 Ci/m 3. Hal itu berarti 71 % pembentukan 3 H berasal dari beryllium memasuki air kolam akibat rekoil dan korosi. 24

îïïð ñòññóôòõö Pengaruh Daya dan Durasi... (Pande Made Udiyani dkk.) Meskipun konsentrasi 3 H masih di bawah kondisi maksimum yang diijinkan oleh SAR dan BAPETEN, tetapi perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi pembentukan 3 H di reaktor dikaitkan dengan kesiapan operasi reaktor, perencanaaan waktu operasi yang akan datang, sistem pemurnian, sistem lapisan air hangat, dan kondisi peralatan seperti reflektor berrylium. Hal penting yang harus diperhatikan adalah lepasnya 3 H ke udara Balai Operasi Reaktor [9]. Seperti diketahui reaktor RSG-GAS adalah reaktor kolam terbuka, sehingga lepasnya gas-gas radioaktif dari air kolam terlepas ke udara permukaan kolam. Besarnya 3 H yang terlepas dari air kolam ke udara balai operasi RSG-GAS mencapai 17-20 % dalam kondisi lapisan air hangat beroperasi [10]. Jika kondisi saat ini konsentrasi 3 H pada air kolam reaktor 1,1183x10-2 Ci/m 3, maka konsentrasi 3 H yang terlepas ke udara Balai Operasi dalam bentuk HTO (10) mencapai 0,1968 x 10-2 Ci/m 3. Padahal batas maksimum yang diperbolehkan untuk para pekerja radiasi di Balai Operasi RSG-GAS adalah 2,96 x 10-6 Ci/m 3 untuk penyinaran selama 2000 jam/tahun [11] Tritium adalah pemancar beta lemah yang masuk secara interna (imersi, inhalasi, dan ingesi), yang berbahaya bagi manusia. Bentuk Tritium dalam HTO adalah sangat berbahaya dibandingkan berbentuk terikat dengan air. [12,13] Sedangkan konsentrasi terukur rata-rata 14 C di dalam air pendingin primer RSG-GAS saat ini mencapai 4,5128x10-4 Ci/m 3. Sifat akumulasi terjadi karena umur paro dari 14 C sangat panjang yaitu: 5568 tahun. Konsentrasi 14 C hasil perhitungan pada Tabel 1, sebesar 0,8779x10-2 Ci/m 3, konsentrasi 14 C yang terukur masih di bawah laju reaksi pembentukan 14 C. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, dengan konsentrasi 14 C sebelum komisioning RSG-GAS yang diukur pada bulan Juli 1987 sebesar 0,12 x 10-7 Ci/m 3, dan konsentrasi setelah 5 tahun operasi (tahun 1992 pada teras 12) mencapai 0,95 x 10-7 Ci/m 3 [8] maka konsentrasi 14 C terukur saat ini mengalami kenaikan yang tinggi. Konsentrasi 14 C sampai teras 67 tahun 2009 sudah melebihi batas kemungkinan terjadi di reaktor RSG-GAS menurut SAR (6 x 10-7 Ci/m 3 ), tetapi secara radiologis 14 C kurang berbahaya dibandingkan 3 H. KESIMPULAN Besarnya konsentrasi 3 H dan 14 C di air sistem pendingin primer reaktor RSG-GAS berkorelasi linier dengan dengan daya yang dibangkitkan, fluks netron dan durasi operasi reaktor. Besarnya daya yang dibangkitkan sebanding fluks netron yang terjadi di teras reaktor. Pertambahan konsentrasi 3 H dan 14 C di kolam reaktor RSG-GAS setelah lima tahun pertama operasi reaktor karena intensitas pengoperasian reaktor yang tinggi, disamping itu karena adanya proses akumulasi nuklida 3 H dan 14 C yang mempunyai umur paro yang panjang. DAFTAR PUSTAKA 1. Argonne National Laboratory, EVS. Tritium (Hydrogen-3), Human Health Fact Sheet; August 2005 2. Checev, V. P and Egorov, A. G. Search for an optimum approach to the evaluation of data of varying consistency: half-live evaluations for 3H, 35S, 55Fe, 99Mo, and 111In. Appl. Radiat. Isot. 2000; 52: 601-608. 3. BATAN, Multipurpose Reactor GA Siwabessy. Safety Analisis Report Rev.9 2005 ø

ùú ûüýú þüÿýj ú ý ú Vol. 12 No. 1 Pebruari 2010, Hal. 15-26 ISSN 1411 240X 4. Oldenberg O., Rosmussen. Modern Physics for Engineers. New York: Mc. Graw-Hill; 1986. 5. Unterweger, M. P. and Lucas, L. L. Calibration of the national institute of standards and technology tritiated-water standards. Appl. Radiation Isotop 2000; 52: 527-531. 6. Verrezen, V. and Hurtgen, C. A multiple window deconvolution technique for measuring low-energy beta activity in samples contaminated with high-energy beta impurities using liquid scintillation spectrometry. Appl. Rad. and Isotopes 2000; 53: 289-296. 7. PRSG-BATAN. Laporan Operasi RSG-GAS, Serpong; 2009 8. Pande, M.U. Konsentrasi h3 dan c14 pada air sistem pendingin primer rsg-gas selama 5 tahun pertama operasi reaktor. Proseding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. Yogyakarta; 1993 9. National research council. Board on radiation effects research, health risks from exposure to low levels of ionizing radiation: BEIR VII Phase 2. The National Academies Press. Washington DC; 2006. 10. Pande, M.U., Bunawas, Budi R. Pengukuran konsentrasi tritium di udara reaktor Serbaguna G.A. Siwabessy. Proseding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan. Jakarta; 1994. 11. BAPETEN. Ketentuan Keselamatan Kerja. S.K. Ka.BAPETEN no.1. Jakarta; 2003 12. Cardis, E,., et al. Risk of cancer after low doses of ionizing radiation: retrospective cohort study in 15 countries. BMJ. 2005 Jul 9; 331 13. Harrison J.D., Khursheed, A., Lambert, B.E. Uncertainties in dose coefficients for intakes of tritiated water and organically-bound forms of tritium by Members of the Public. Radiat. Prot Dosim 2002; Vol 98 No. 3 pp 299-311. 26