PERAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN SOCIAL WELFARE AND PROTECTION DALAM MENYIKAPI ASEAN SOCIAL-CULTURE COMMUNITY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA. PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE AGUSTUS 2015

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

BAB I PENDAHULUAN. 1994: 136 ) mengatakan tujuan dari welfere state ( negara kesejahteraan ) pada hakikatnya

PLEASE BE PATIENT!!!

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran pemuda terhadap ASCC. Pemuda merupakan subyek

BAHAN TAYANG MODUL 5

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

I. PENDAHULUAN. kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat dan. kepada pengangguran yang meluas. Disamping itu harga-harga kebutuhan

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SARASEHAN DALAM RANGKA MEMPERINGATI HUT RI KE-70 TINGKAT KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

PENDIDIKAN PANCASILA

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan proaktif melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

SAMBUTAN GUBERNUR JAWA TIMUR PADA ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-69 PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 SURABAYA, 17 AGUSTUS

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

Modul ke: Fakultas TEKNIK. Program Studi SIPIL.

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

LSM/NGO/ORMAS/OKP ERA MEA

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demokrasi menjadi bagian bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

PEMAHAMAN MAHASISWA TENTANG ASEAN COMMUNITY: STUDI PADA PENGURUS HIMAHI DI KOTA MALANG

DEMOKRASI. Drs. H.M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

Diskusikan secara kelompok, apa akibat apabila Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diubah. Bagaimana sikap kalian terhadap hal ini?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OPINI PUBLIK TERHADAP INTEGRASI ASEAN : MOBILISASI KOGNITIF

BAB VII PENUTUP. ketertarikan terhadap isu ASEAN khususnya bidang sosial budaya. untuk mencapai tujuan bersama.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan Nasional seperti termaksud dalam Pembukaan Undang-undang

FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai ideologi negara. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia. Apa isinya?

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB II LANDASAN PEMBANGUNAN HUKUM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) (Preambule) memuat tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

2. Makna Proklamasi Kemerdekaan

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON PSYCHOTROPIC SUBSTANCES 1971 (KONVENSI PSIKOTROPIKA 1971)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan sebagai salah satu cara untuk. itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

SAMBUTAN KETUA UMUM FKPPI DALAM ACARA RAPIMPUS FKPPI 2014 "POLA PIKIR FKPPI DALAM MENGABDI PADA KEPENTINGAN RAPAT PIMPINAN PUSAT FKPPI 2014

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

PANCASILA. Pancasila Merupakan Bagian Matakuliah Pengembangan Kepribadian. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN PEMBUKAAN ( P r e a m b u l e )

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

TENAGA KERJA ASING (TKA) DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) : PELUANG ATAU ANCAMAN BAGI SDM INDONESIA?

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.

Apakah pancasila sebagai pembangunan sudah diterapkan di Indonesia atau belum?

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dari suatu keadaan dan sifat masyarakat yang tradisional, dengan keadaan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Selasa, 17 November 2009 HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN DEMOKRASI

KATA PENGANTAR. Penulis. iii

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 112/PUU-XIII/2015 Hukuman Mati Untuk Pelaku Tindak Pidana Korupsi

Transkripsi:

PERAN PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN SOCIAL WELFARE AND PROTECTION DALAM MENYIKAPI ASEAN SOCIAL-CULTURE COMMUNITY Anhar Gonggong Staf Pengajar Fakultas Ilmu Administrasi Unika Atmajaya Jakarta Abstract The realization of ASEAN Social Community will soon be implemented. The role of ASEAN leaders is important in which the principle idea of humanity must be configured. Meanwhile, the differences of perspectives and opinions among ASEAN leaders can not be neglected. As a consequence, the key role of government and the statesmanship of the ASEAN leaders are crucial, so that the social welfare among ASEAN community can be achieved. Keywords : Asean, Social-Culture, Community Pendahuluan ASEAN sebagai sebuah organisasi regional telah bertegak-berkembang seperti adanya sekarang, setelah melewati perjalanan 42 tahun, 8 Agustus 1967-8 Agustus 2009. Selama kurun waktu tersebut, ASEAN melangkahkan geraknya dengan dukungan dan kerja keras dari pemerintah negara-negara pendukungnya. Organisasi yang dibangun oleh negara dan bangsa yang memiliki sejumlah perbedaan dari ideologi sampai tingkat kesejahteraan ekonomi, dan lingkungan sosial budaya dalam usianya yang ke 42 tahun itu, terlepas dari masih adanya setuwmpuk permasalahan yang dihadapi, telah berhasil menciptakan proses kehidupan bersama yang semakin berkembang ke arah komunitas yang semakin kuat. Para pemimpin negara-negara anggotanya dalam setiap periode waktu pemerintahannya, telah memberikan dukungan yang memperkuat pondasi bertegaknya organisasi regional ini. Kita semua tahu, ketika ia dibentuk pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand, organisasi ini beranggotakan 5 negara, yaitu Philipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Secara ideologis, kelima negara pendiri ASEAN itu adalah negara anti komunisme. Namun, semua kita juga tahu bahwa walaupun negara-negara pendiri organisasi itu anti komunis, mereka sadar bahwa di antara mereka pun sebenarnya mempunyai perbedaan-perbedaan yang bernilai sensitif yang harus diatasi dengan sebaik-baiknya. Seiring dengan perjalanan waktu, organisasi ini berhasil menyelesaikan pelbagai persoalan dan berhasil menciptakan pelbagai kerja bersama dan menciptakan proyek-proyek dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang sosial dan budaya. Hasil-hasil itu mampu membangun meminjam Prof. Dr. Dorojatun Kuntjoro Jakti berhasil menumbuhkan self confidence (rasa percaya diri) yang semakin besar di kalangan anggotanya (Bashri (ed.), 2003:341). Memang dalam pertambahan usianya itu, lahir kesadaran baru yang menghasilkan kesepakatan bersama yang akan diwujudkan dan dikembangkan 611

Anhar G, Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Social Welfare And Protection 612 bersama. Salah satu wujud dari kesadaran baru di antara pemimpinpemimpin ASEAN itu ialah kesepakatan untuk menciptakan apa yang dikenal dengan ASEAN Community (Komunitas ASEAN). Kesepakatan ini dibuat pada 7 Oktober 2003 melalui Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), dengan memproklamirkan pembentukan komunitas ASEAN yang terdiri dari tiga pilar. Ketiga pilar itu ialah Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community ASCC). Ketiga pilar itu sebenarnya saling terkait dan saling memperkuat untuk memcapai tujuan bersama demi menjamin perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. Karena itu, ketiga pilar pendukung komunitas ASEAN itu menjadi paradigma baru yang akan menggerakkan kerjasama ASEAN menjadi sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat (Luhulima dan Anwar, 2008:5-6). Apa yang menarik dari disepakatinya sebuah bangunan masyarakat ASEAN di masa depan itu? Jawabannya, kesadaran baru yang dibangun di atas rasa percaya diri yang semakin kuat, untuk menciptakan kerjasama yang saling percaya, tanpa mengabaikan kenyataan atas perbedaan yang sensitif di antara mereka yang berbentuk etnik, agama, dan ideologi. Sebagaimana diketahui, dengan masuknya Vietnam, Laos, dan Kamboja, maka berarti pula sikap anti komunis yang ada pada negara-negara pendiri ASEAN telah mencair. Jadi dapat dikatakan bahwa persoalan ideologis bukanlah sesuatu yang tidak dapat dicairkan menuju suatu masyarakat-komunitas ASEAN di masa depan, pada 2015. Dengan disepakatinya agenda untuk menciptakan komunitas ASEAN pada kurun waktu ¼ abad pertama dalam abad ke-21 ini, sebenarnya ada suatu hal yang harus dipikirkan secara jernih oleh pemerintah negara anggota ASEAN. Hal itu ialah terbukanya ruang proses perubahan orientasi, yaitu dari state-oriented ke people-oriented. Tentu hal ini sangat penting, karena walaupun ASEAN telah berusia 42 tahun, organisasi regional ini masih kurang dikenal oleh masyarakatnya sendiri. Menurut peneliti LIPI : Merupakan suatu kenyataan yang serius bahwa kita perlu membahas bagaimana cara menjadikan ASEAN populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda, karena merekalah yang akan mewarisi ASEAN, khususnya apabila menjadi bagian dari komunitas ASEAN. Pendekatan people-oriented harus menjadi bagian dari usaha bersama pemerintah, kelompok bisnis, organisasi non-pemerintah dan masyarakat umum yang dapat ikut berpartisipasi secara serius (Luhulima dan Anwar, 2008:177-178). Dilakukannya perubahan orientasi itu tidaklah berarti bahwa peranan negara akan diperlemah. Sama sekali tidak. Yang hendak dituju dengan perubahan orientasi itu justru untuk lebih memperkokoh posiosi ASEAN sebagai sebuah organisasi yang diciptakan untuk mewujudkan sebuah kerjasama agar cita-cita menciptakan sebuah masyarakat sejahtera dan adil di kawasan ASEAN, secara berangsur, segera terwujud. Sesuai dengan judul yang kita bahas ini, yaitu peran pemerintah dalam mewujudkan social welfare and protection yang dimaksudkan untuk menyikapi ASEAN Social-Culture Community, tentu kita perlu melihat landasan-landasan konstitusional

613 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.7, Juli-Desember 2009 negara kita dalam kaitannya dengan social welfare kesejahteraan sosial itu. Memang di dalam program strategis untuk mewujudkan komunitas ASEAN itu, khususnya komunitas sosial-budaya ASEAN (ASCC), terdapat di dalam blueprintnya sebagai berikut : The primary goal of the ASCC is to contribute realizing an ASEAN Community that is peopleoriented and socially responsible with a view to achieving enduring solidarity and unity among the nations and people of ASEAN by forging a common identity and building a caring and sharing society which is inclusive and harmonious where the wellbeing, livelihood, and welfare of the people are enhanced (ASEAN Secretariate, 2009:67). Untuk mewujudkan tujuan itu, tentu peranan pemerintah masingmasing negara anggota mempunyai posisi penting-strategis. Artinya, kehendak memperkuat kehidupan rakyat dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik merupakan salah satu tugas utama negara melalui pemerintahannya masing-masing. Sebagai bekas wilayah bangsa-bangsa jajahan, kemerdekaan yang telah puluhan tahun direbut kembali, salah satu tujuan utamanya adalah melindungi rakyat, termasuk melindungi rakyat dari keterjerumusan kemiskinan. Dengan demikian, untuk meningkatkan dan memperkuat kesejahteraan rakyat, tidak bisa tidak, peran pemerintah masih sangat besar, termasuk pemerintah Republik Indonesia. Dalam konteks negara Republik Indonesia, peran pemerintah untuk melaksanakan perwujudan social welfare and protection (kesejahteraan sosial) dan programnya itu harus berdasarkan ketentuan konstitusi yang menjadi dasar pegangan kita sebagai bangsa-negara merdeka dan pendiri ASEAN. Keterangan lebih lanjut akan diberikan pada bagian kedua di bawah ini. Peran Pemerintah dalam Mewujudkan Social Welfare and Protection Landasan peran pemerintah kita untuk mewujudkan social welfare and protection di negara kita ini terdapat dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, baik yang dirumuskan di dalam Pembukaan maupun di dalam batang tubuhnya. Di dalam Pembukaan UUD 45 alinea IV disebutkan : untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedang yang berkaitan dengan batang tubuh UUD 45 terdapat di dalam Bab XIV dengan judul Kesejahteraan Sosial yang mengandung dua pasal, yaitu pasal 33 dan pasal 34. Kedua pasal itu memang bermakna tugas pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat dengan menetapkan pengaturan dalam kehidupan perekonomian bangsa. Dalam pasal 33 terkandung peran negara dalam mengatur perekonomian bangsa. Sedang pasal 34 terdapat tugas proteksi, tugas perlindungan yang harus dilakukan oleh negara : :Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Di antara kedua pasal yang terdapat dalam Bab XIV Kesejahteraan Sosial itu, menurut Menteri Sosial Dr. A.M. Tambunan SH adalah : bila dihubungkan dengan pasal 33 UUD tentang penyusunan dan pembangunan perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan, yang dengan pasal 34 UUD merupakan kembar, kakak beradik untuk mewujudkan kesejahteraan sosial. Tegas dan nyata kesejahteraan sosial ini sebagai isi

Anhar G, Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Social Welfare And Protection 614 kemerdekaan tanah air dan bangsa Indonesia yang diperjuangkan selama ini dengan segala pengorbanan, mendapat dasar dan kemutlakan untuk perwujudan dalam UUD 45 karena judul Bab XIV ialah Kesejahteraan Sosial (Tambunan, 1969:116). Selanjutnya, Menteri Sosial menyatakan : Yang akan diwujudkan di bumi dan tanah air Indonesia sebagai isi kemerdekaan, adalah kesejahteraan sosial dari seluruh rakyat secara merata dan meluas, hingga fakir miskin dan anak terlantar akan turut serta menikmatinya, sesudah golongan masyarakat ini disejahterakan dengan pemeliharaan oleh negara (Tambunan, 1969:116). Dari keterangan di atas, yang bersumber dari orang yang bertanggungjawab merealisasikan program kesejahteraan sosial melalui departemen yang dipimimpinnya, tampak bahwa peran pemerintah dalam mewujudkan social welfare and protection adalah bersifat sentral. Namun apa yang tercantum dalam ASCC, persoalan yang menjadi bagian garapannya, demikian banyak, juga livelihood, identitas, pengurangan kemiskinan, persoalan kesenjangan yang terdapat di dalam masyarakat bangsa-bangsa ASEAN. Peran pemerintah dalam mewujudkan social welfare and protection sangat penting, karena peran itu adalah peran konstitusional, dan untuk pelaksanaan peran itu pemerintah telah membentuk lembaga pemerintah. Salah satu di antaranya ialah Departemen Sosial. Tentang tugas Departemen Sosial itu, Menteri Sosial Dr. A.M. Tambunan, SH menyatakan bahwa : Demikianlah, tugas suci dan mulia dibebankan oleh Negara dan rakyat pada Departemen Sosial sebagai salah satu untuk turut serta membangun kesejahteraan sosial dengan usaha-usaha dalam bidang pembangunan sosial sebagai bunyi kata-kata sederhana dalam pasal 34 UUD 45, yang berarti pula bahwa pembangunan sosial itu dilaksanakan untuk melenyapkan kemiskinan, kemelaratan, dan lain-lain, dengan mensejahterakan seluruh rakyat, hingga terwujud kesejahteraan sosial rakyat, secara meluas dan merata. Hidup sejahtera, yaitu hidup dalam keselamatan, tentram dan kemakmuran lahir batin adalah wujud dan isi kesejahteraan sosial, sedang kesejahteraan sosial itu adalah isi esensiil dari kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dan yang sebenarbenarnya akan terwujud nanti dalam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila atau masyarakat kesejahteraan sosial (Tambunan, 1969:117). Tentu selama kemerdekaan dan keberadaan Departemen Sosial, ia telah merealisasikan sejumlah program kerja, seperti rumah jompo (panti wredha), bantuan untuk menciptakan lapangan kerja dengan memberikan mesin jahit kepada sejumlah perempuan tuna wisma, memberikan bantuan darurat pada pelbagai bencana alam; juga memberikan bimbingan kepada pemuda-pemuda, antara lain berupa latihan wirausaha bagi pemuda Karang Taruna, dan lain-lain. Untuk memperkuat kesejahteraan sosial di tengah masyarakat agar makin meluas dan merata, maka pemerintah tidak hanya membebankannya kepada Departemen Sosial, melainkan juga diserahkan kepada beberapa lembaga pemerintah lainnya, seperti Kementerian UKM, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Tenaga Kerja, dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga

615 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3, No.7, Juli-Desember 2009 pemerintah ini lebih berkaitan dengan usaha realisasi dari pasal 33 UUD 45. Artinya, penciptaan kesejahteraan sosial dilakukan melalui kegiatankegiatan pemerintah untuk membantu rakyat memperkuat dirinya agar mereka akan makin sejahtera, dalam arti kesejahteraan ekonomi, yang memang menjadi bagian dari peningkatan kesejahteraan sosial sebagaimana yang tercantum dalam UUD 45, Bab XIV Kesejahteraan Sosial. Peran pemerintah dalam mewujudkan social welfare and protection dalam mensikapi ASCC, haruslah dipandang sebagai usaha untuk menciptakan negara yang kuat, tetapi dalam kerangka bangunan negara yang berpemerintahan demokratis. Selama ini, sebenarnya paling tidak dalam penglihatan saya terjadi suatu pandangan yang keliru tentang negara yang kuat. Kita selalu memandang negatif terhadap jenis negara ini yang selalu digambarkan sebagai membiarkan rakyat untuk menjalani kehidupannya tanpa mendapatkan ruang untuk lebih sejahtera. Pemerintahan negara yang kuat amat sering mengambil hak-hak dasar dari rakyat. Untuk menghindari terciptanya negara kuat yang mengabaikan hakhak dasar rakyat itu, maka negara kuat itu harus ditegakkan dan diperintah di atas prinsip-prinsip demokrasi. Dengan prinsip-prinsip demokrasi yang melandasi bertegaknya negara kuat, rakyat akan mendapat hak-haknya dan dengan demikian justru posisi rakyat akan menjadi lebih kuat di negara kuat yang demokratis. Sejalan dengan itu, amat menarik untuk merenungkan pernyataan Amartya Sen, yang yakin terhadap demokrasi dalam memberantas kemiskinan. Menurutnya, demokrasi bisa memberantas kemiskinan (Sen, 1997). Sedang menurut Francis Fukuyama, dalam menghadapi pelbagai kesulitan dewasa ini, bangsa-bangsa harus berusaha untuk memperkuat negara (Fukuyama, 2005). Sejalan dengan keterangan di atas, sebagai anggota ASEAN yang tidak sekedar anggota, melainkan salah satu dari lima pendiri usaha untuk mewujudkan social welfare and protection dalam kerangka ASCC, pemerintah dan bangsa Indonesia harus menunjukkan suatu penyikapan dalam arti bahwa penguatan social welfare itu merupakan tugas konstitusional yang secara tegas ada dalam Pembukaan dan batang tubuh UUD 45 yang berlaku di negara kita ini. Dalam pandangan Menteri Sosial Dr. A.M. Tambunan, SH, kesejahteraan sosial itu merupakan isi kemerdekan. Jika kita menerima kebenaran dari keterangan di atas, maka peran pemerintah sebagai bagian dari penyikapan terhadap ASCC sebagaimana yang telah dikatakan di atas, adalah bersifat sentral-konstitusional. Karena itu, peran pemerintah dalam merealisasi program-program pembangunan sebagaimana tercantum dalam blueprint ASCC sangat penting dan strategis. Namun, di balik peran sentral-konstitusionalnya itu, pemerintah harus pula membuka ruang partisipasi bagi rakyat sebagi bagian dari tanggung jawabnya, dan juga untuk memperkuat dirinya sendiri, baik secara individual maupun sebagai kelompok yang ada dalam masyarakat. Penutup Keterangan singkat di atas menunjukkan peran sentralkonstitusional pemerintah dalam mewujudkan social welfare and protection. Namun dalam pengertian kerangka memperkuat sebuah negara yang kuat yang bertegak di atas prinsip-prinsip demokratis, kesejahteraan sosial dapat

Anhar G, Peran Pemerintah Dalam Mewujudkan Social Welfare And Protection 616 diwujudkan dalam arti kesejahteraan rakyat yang dibangun tanpa mengorbankan hak-hak rakyat itu sendiri. Justru yang akan terjadi kesejahteraan sosial itu diciptakan oleh rasa tanggung jawab mereka juga. Itulah sebenarnya makna dari peran pemerintah dalam menciptakan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Komunitas ASEAN akan direalisasikan dalam periode 2009-2015, suatu periode waktu yang sebenarnya sangat singkat untuk merealisasikan sebuah tujuan cita-cita besar-kemanusiaan. Namun, pada titik itulah taruhan besar para pemimpin ASEAN untuk menunjukkan bahwa cita-cita besar-kemanusiaan yang mereka miliki bersama akan dapat diwujudkan dengan kesediaan untuk bekerja keras, dengan rasa percaya diri, dengan kejujuran nurani, sebagai pemimpin, walau juga tetap sadar bahwa kerjasama itu tetap berada dalam situasi nyata akan keberadaan perbedaan yang tidak dapat dihilangkan. Justru kenegarawanan pemimpin-pemimpin ASEAN di masa depan itu terletak pada kemampuannya untuk bekerja keras di tengah-tengah perbedaan, keberagaman yang melingkarinya. Dengan itu, cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam rangka komunitas ASEAN dapat dilaksanakan dan yang benar-benar mensejahterakan seluruh warga bangsa-negara ASEAN. Bahan Bacaan : Tambunan, A. M., 1969. Tugas Sosial dalam orde baru : Kumpulan Pidato /Sambutan Menteri Sosial Dr. A.M. Tambunan, SH, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, hal. 116. Sen, Amartya, 1997. Demokrasi Bisa Memberantas Kemiskinan, Mizan, Bandung, passim. Luhulima, CPF.& Dewi Fortuna Anwar, et.al.,2008, Masyarakat Asia Tenggara menuju Komunitas ASEAN 2015, P2P-LIPI-Pustaka Pelajar, Jakarta-Yogyakarta, hal. 5-6. Fukuyama, Francis, 2005. Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21, (penerj. A. Zaini Rofiqi), Gramedia Pustaka Utama & Fredom Institute, Jakarta. Bashri, Yanto (ed.),2003 Mau Kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia : Prisma Pemikiran Prof. Dr. Dorojatun Kuntjoro Jakti, Prenada Media, Jakarta, hal. 341., 2009.,Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015, ASEAN Secretariate. Jakarta, hal. 67. ASEAN Secretariate, 2009, Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015, Jakarta,