Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial terhadap risiko

KECELAKAAN KERJA DAN ANALISIS PENERAPAN PERATURAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN GALIAN TANAH PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketua umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produk yang akan dihasilkan untuk memenuhi persaingan pasar. Dalam masalah

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-131

BAB IV HASIL DAN ANALISA

MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan Pekerjaan Balok Dan Plat Lantai Pada Gedung 2 Lantai 5 Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN K3 TERHADAP METODE PEMANCANGAN JACK-IN PILE

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (Juli, 2014) ISSN: ( Print)

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

ANALISA SISA MATERIAL KONSTRUKSI DAN PENANGANANNYA PADA PROYEK GEDUNG PENDIDIKAN PROFESI GURU UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (177K)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

VARIASI PENGGUNAAN JENIS MATERIAL BEKISTING PADA PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP BIAYA DAN DURASI PELAKSANAAN PROYEK (194K)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

BAB VII MANAJEMEN RESIKO. Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai

pada tabel 6.1 tentang penyebab kecelakaan akibat tidakan tidak aman ( Unsafe

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING: STUDI KASUS PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6


BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I STANDAR KOMPETENSI

KETERKAITAN KUANTITAS PEKERJAAN DENGAN DURASI DAN TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

CARA PENDEKATAN PERHITUNGAN KUANTITAS PEMBESIAN PADA KOLOM STRUKTUR BETON BERTULANG

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

MODEL PENGUKURAN TINGKAT KESELAMATAN KERJA PENGGUNAAN TOWER CRANE. KATA KUNCI: tower crane, keselamatan kerja, model pengukuran

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

STUDI TENTANG HARGA SATUAN UPAH PADA PROYEK KONSTRUKSI

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

STUDI TENTANG UPAH DAN UPAH LEMBUR TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN WAWANCARA

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. Atlet) Kemayoran Blok D10-3 yang dijalankan oleh Kontraktor WIKA-CAKRA KSO sangatlah

Evaluasi dan Perbaikan pada Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja (SMK3) untuk Menekan Unsafe Behavior pada Pekerja. (Studi Kasus : PT.

KONSTRUKSI PONDASI TAPAK DAN SLOOF PADA STRUKTUR BAWAH RUMAH SEDERHANA SATU LANTAI (171S)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota wisata dan kota pendidikan, d oleh sebab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pekerja dalam penerapan peralatan K3 pada proyek konstruksi. Sesuai dengan Kesadaran Pekerja Akan Peralatan K3

TAHAPAN PELAKSANAAN DAN PERHITUNGAN ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN KOLOM BALOK DAN PLAT LANTAI PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN LAPORAN

Bab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah

Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu

LAPORAN PRAKTIKUM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA INSPEKSI K3

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan atau K3L masih menjadi sesuatu yang

PENGARUH RESOURCE LEVELING TERHADAP ALOKASI TENAGA KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

PERENCANAAN DAN EVALUASI KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN PEMANCANGAN PADA PROYEK X DI SURABAYA

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

Optimasi Tata Letak Fasilitas Menggunakan Metode Multi Objective Function pada Pembangunan Proyek Apartemen Nine Residence Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang. membawa dampak terhadap keadaan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

KAJIAN KESELAMATAN KERJA PEKERJAAN BETON DAN BATA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

DIPLOMA III TEKNIK SIPIL - FTSP STEFANUS HENDY L DIANA WAHYU HAYATI DISUSUN OLEH : DOSEN PEMBIMBING :

EVALUASI PRODUKTIVITAS KERJA STRUKTUR KOLOM, BALOK, DAN PLAT DI PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 6

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

USULAN PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK MEMINIMALKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI DI RUMAH SAKIT LIMIJATI BANDUNG ABSTRAK

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

PERBANDINGAN KOMPOSISI PEKERJA PASANGAN DINDING BATA ANTARA SNI 2008 DENGAN KENYATAAN DI LAPANGAN PADA PROYEK PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah meningkatnya jumlah tenaga kerja di kawasan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terjadinya tindakan tidak aman (unsafe act) di kalangan para pekerja konstruksi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GEDUNG DI KABUPATEN BADUNG

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

Transkripsi:

EVALUASI PERILAKU TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACT) DAN KONDISI TIDAK AMAN (UNSAFE CONDITION) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG RUKO BERTINGKAT DI PALANGKA RAYA (058K) Subrata Aditama Kittie Aidon Uda 1 dan Erik Adi Gunawan 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Palangka Raya Jl.Yos Sudarso Kompl Tunjung Nyaho Palangka Raya Email : subrata_aditama@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Sipil, Laboratorium Komputasi Sipil UNPAR, Jl.Yos Sudarso Palangka Raya ABSTRAK Kecelakaan kerja pada suatu proyek konstruksi sering terjadi. Pada umumnya, kecelakaan kerja diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Berdasarkan statistik di Indonesia yang mengacu pada tulisan Silalahi (1995), 80% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan 20% oleh kondisi tidak aman (Unsafe Condition), sedangkan di Amerika, 85% kecelakaan diakibatkan oleh tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan 15% oleh kondisi tidak aman (Unsafe Condition) (Clough and Sears, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsafe act index dan unsafe condition index yang menentukan tingkat keamanan kondisi lapangan proyek. Penelitian ini juga menghasilkan jenis tindakan tidak aman yang sering dilakukan oleh para pekerja serta kondisi tidak aman yang ada pada suatu proyek. Data penelitian ini didapatkan dari observasi pada proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali, Kota Palangka Raya. Hasil analisa menunjukkan bahwa unsafe act index untuk alat pelindung diri (APD) adalah sebesar 98,4%, unsafe act index tingkah laku (TL) sebesar 62,1% dan unsafe condition sebesar 66,1%. Tindakan tidak aman yang paling banyak dilakukan oleh para pekerja untuk alat pelindung diri (APD) adalah dalam hal penggunaan helm selama proyek berlangsung, sedangkan untuk unsafe act tingkah laku (TL) yang paling sering dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman (unsafe condition) yang sering membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan perlindungan terhadap kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung. Kata kunci: kecelakaan kerja, gedung ruko bertingkat, konstruksi, tindakan tidak aman, kondisi tidak aman, unsafe act index, unsafe condition index. 1. PENDAHULUAN Pada saat ini penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap pekerjaan konstruksi merupakan suatu keharusan bagi perusahaan jika ingin tetap bersaing. Hal ini menjadi sangat penting mengingat bahwa nyawa manusia merupakan suatu hal yang sangat berharga. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dijumpai perusahaan kontraktor yang kurang memperhatikan keselamatan kerja karyawan maupun pekerjanya. Saat ini, pembangunan gedung ruko bertingkat yang ada di Jl. Rajawali kota Palangka Raya termasuk yang paling pesat. Namun, kontraktor yang mendapat proyek pembangunan gedung ruko bertingkat ini seringkali lalai dalam memperhatikan dan mengawasi pekerjaan para pekerja dan karyawannya sehingga mereka sering kali tidak memperhatikan keselamatannya sendiri karena hampir keseluruhan kecelakaan ini disebabkan oleh banyaknya Unsafe Act (tindakan tidak aman) yang dilakukan oleh para pekerja dan karyawan dalam proses kegiatan konstruksi. Hal ini tidak dapat diabaikan mengingat bahwa unsafe act memegang pengaruh yang besar terhadap kecelakaan kerja dibandingkan Unsafe Condition. Walaupun nilai persentase terlihat lebih besar untuk Unsafe Act, bukan berarti Unsafe Condition tidak diperhitungkan. Tetapi justru kedua hal tersebut saling terkait, terutama saat kondisi tidak aman maka akan terjadi tindakan tidak anam. Menyadari betapa pentingnya peninjauan terhadap tindakan tidak aman (Unsafe Act) terhadap kondisi tidak aman (Unsafe Condition) pada proyek konstruksi dewasa ini, maka akan dilakukan penelitian mengenai kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman terhadap para pekerja yang berada di lapangan Tujuan dari penelitian ini adalah mencari Unsafe Act Index dan Unsafe Condition Index secara total pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya serta Menentukan jenis tindakan tidak aman (Unsafe Act) dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition) yang sering dilakukan oleh para pekerja pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 67

2. METODOLOGI PENELITIAN Kawasan Penelitian dan Waktu Penelitian Kawasan penelitian berada padaa Jl. Rajawali Kota Palangka Raya. Waktu penelitiann dilakukan selama tiga bulan dengan pengumpulan data dilakukan pada gedung ruko bertingkat yang memenuhi persyaratan. Pengamatan kalibrasi dilakukan pada tanggal 10 Januari 2012 s.d 5 April 2012. Berikut Gambar Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data Data yang diperoleh adalah dataa dari pengamatan di lapangan dengan lokasi penelitian di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya pada bangunan gedungg ruko bertingkat yang sedang dibangun. Data yang dianalisis adalah data Unsafe Act dan Unsafe Condition yang ada di lokasi proyek selama penelitian berlangsung dengan cara mengisi form pengambilan data sesuai dengan observed item. Observed Item yang maksud di sini adalah semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang akan ditelititi di lapangan. Tidak semua jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang tersebut akan digunakan sebagai Observed Item melainkann jenis-jenis Unsafe Act (alat pelindung diri dan tingkah laku) dan Unsafe Condition yang sering terjadi dan secara objektif dapat dilihat oleh peneliti. Di bawah ini Observed Iteim yang akan digunakan dalam form pengambilan data: Unsafe Act Alat Pelindung Diri Tidak menggunakan atribut perlindungan diri atau menggunakan peralatan yang tidak layak pakai, yaitu: 1. Tidak memakai helm. 2. Tidak memakai sarung tangan. 3. Tidak memakai sepatu boot. Unsafe Act Tingkah Laku Tingkah Laku pekerja di lapangan 1. Melempar. 2. Melompat. 3. Memanjat. 4. Berlari. 5. Merokok. 6. Bergurau. 7. Berdiri. Gambar 1. Lokasi Penelitian yang berbahaya, yaitu: Unsafe Condition 1. House keeping a. Jalan akses yang tidak bersih dan tidak rata. b. Daerah pekerjaan / lantai kerja banyak sampah, sehingga jalannya pekerjaan terhambat. 2. Elektrikal dan Pencahayaan a. Kabel yang terkelupas / terbuka dan terpotong. b. Tidak adanya lampu / penerangan pada area proyek yang gelap. c. Peralatan listrik dalam kondisi yang tidak baik. 3. Scaffolding dan Tangga. a. Pemasangan tangga yang tidak aman (dalam hal sudut kemiringan dan ikatan tangga). b. Scaffolding tidak dibracing dengan baik dan tidak diikat dengan benar. 4. Perlindungan terhadap kecelakaan a. Tidak adanya tanda peringatan dan perlindungan di area bangunan. b. Tidak adanya tanda peringatan penggunaan alat pelindung diri. c. Adanya material pada bangunan yang berbahaya K - 68 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Analisis Data Dari hasil form pengambilan data yang sudah didata peneliti, maka nilai dari Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri dan tingkah laku dapat diambil persentase tiap minggunya selama masa penelitian sehingga dapat dibuat diagram hubungan Unsafe Act Index dengan waktu yang bersangkutan (minggu). Selain itu dikumpulkan juga data-data dari perhitungan form pengambilan data alat pelindung diri dan tingkah laku untuk Unsafe Act. Form pengambilan data yang nantinya dibuatkan dalam bentuk tabel perhitungan dan diagram dalam bentuk persentase sehingga dapat dibandingkan secara keseluruhan dari setiap jenis Unsafe Act yang diteliti, jenis apa yang paling sering dilakukan kemudian masih dipecah lagi menjadi subkategori. Contoh dari alat pelindung diri tersebut yaitu persentase antara helm, boot, dan sarung tangan sendiri untuk tiap minggunya maupun secara total dapat dibandingkan. Untuk Unsafe Condition Index, peneliti membandingkan nilai Unsafe Condition Index dengan waktu penelitian (minggu). Selain itu Unsafe Condition dapat dipecah lagi menjadi subkategori, sehingga dalam Unsafe Condition dapat membandingkan tiap jenis kondisi setiap minggunya. Safe / Unsafe Index Setelah Observed Item ditentukan, maka penelitian akan dilakukan dengan mengisi kolom penilaian Safe / Unsafe yang kemudian setiap kolom akan dijumlahkan sesuai dengan data yang diisi kemudian dicantumkan dengan kolom total. Setelah per kategori ditotal maka keseluruhan total Safe dan Unsafe akan di subtotal yang kemudian akan digunakan sebagai variabel dalam perhitungan Unsafe Act Index. Unsafe Act Index adalah suatu Index pendekatan yang digunakan untuk menghitung sampel dari total pekerja pada suatu proyek di mana total Unsafe Act dibagi dengan total Unsafe Act ditambah dengan total Safe Act yang hasilnya dikali dengan 100% sehingga didapat persentasi yang bervariasi antara 0 100%. Singkatnya, jika Index observasi didapat 60% artinyaa 60 dari 100 unit observasi telah melakukan tindakan tidak aman (Unsafe Act). Tidak jauh beda dengan Unsafe Act, Unsafe Condition juga dapat menghasilkann sebuah Index pendekatan terhadap nilai safety-nya karena prinsip pengambilan sampelnya dilakukan dengan cara dan metode yang sama. Penelitian Unsafe Condition ini mendata jumlah Unsafe Condition yang ada di lapangan / suatu area tertentu dengan memperhitungkan adanya Safe Condition yang terdapat di daerah tersebut. Data Unsafe Condition yang tercatat tersebut, kemudian dioleh dengan metode yang sama dari Unsafe Act, yaitu dengan menggunakan metode Unsafe Condition Index, sehingga menghasilkan nilai Index. Dari nilai Index ini, baru dapat diketahui daerah mana yang memiliki kadar bahaya untuk suatu kondisi proyek. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2. Rumus Unsafe Act Index dan Unsafe Condition Index Proyek ini secara garis besar terdapat 3 jenis pekerjaan yaitu pekerjaan pembesian, pekerjaan formwork dan pekerjaan dinding. Sedangkan pekerjaan mengecor beton dimasukkan ke dalam pekerjaan pembesian dan pekerjaan scaffolding dimasukkan ke dalam pekerjaan formwork. Data observasi selama masa penelitian tersebut dapat dilihat dalam rekapitulasi data selama penelitian. Jumlah data observasi dapat dilihat pada Tabel 1. No 1. 2. 3. Tabel 1 Jumlah Data Observasi Total Jenis Safe Unsafe Total Alat Pelindung Diri 15 942 957 Tingkah Laku 427 701 1128 Kondisi 225 438 663 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 69

Unsafe Act Index Alat Pelindung Diri (APD) Total Setelah dilakukan penelitian pada suatu proyek, didapatkan data Unsafe Act Index untuk alat pelindung diri 98,4% dan safe Act Index untuk alat pelindung diri sebesar 1,6%. peneliti juga menampilkan persentase perbandingan Unsafe Index dan Safe Act Index alat pelindung diri berdasarkan pekerjaan yang terbagi menjadi 3 (tiga) pekerjaan. Jumlah data observasi alat pelindung diri dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Jumlah Data Observasi Alat Pelindung Diri No Jenis Safe (%) Unsafe (%) Total (%) 1. APD Pembesian 0 (0%) 444 (100%) 444 (100%) 2. APD Formwork 13 (2,7%) 461 (97,3%) 474 (100%) 3. APD Dinding 2 (5,1%) 37 (94,9%) 39 (100%) 4. Alat Pelindung Diri (Total) 15 (1,6%) 942 (98,4%) 957 (100%) Nilai persentase untuk unsafe act alat pelindung diri (APD) mempunyai nilai yang sangat tinggi yaitu 95% - 100%. Dari nilai unsafe act yang yang dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut tergolong rendah untuk alat pelindung diri. Unsafe Act Index Tingkah Laku Total Setelah data diolah lebih lanjut maka didapat nilai Unsafe Act Index tingkah laku sebesar 62,1% di mana nilai tersebut masih lebih tinggi dibandingkan safe Act Index tingkah laku yang bernilai 37,9% saja. Untuk Unsafe Act Index tingkah laku juga dihasilkan persentase tiap pekerjaan yang terbagi menjadi tiga pekerjaan. Jumlah data observasi tingkah laku dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 3 Jumlah Data Observasi Tingkah Laku No. Jenis Safe (%) Unsafe (%) Total (%) 1. TL Pembesian 233 (42,4%) 316 (57,6%) 549 (100%) 2. TL Formwork 181 (33,2%) 364 (66,8%) 545 (100%) 3. TL Dinding 13 (61,9%) 8 (38,1%) 21 (100%) 4. TL (Total) 427 (37,9%) 701 (62,1%) 1128 (100%) Berdasarkan dari hasil di atas, secara total maupun dibagi menurut pekerjaan nilai persentase untuk unsafe act tingkah laku mempunyai nilai yang relatif lebih bervariasi yang berkisar 33% - 67%. Dari nilai unsafe act yang dihasilkan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa proyek tersebut masih tergolong tidak baik untuk aktivitas tingkah laku pekerja di lapangan. Unsafe Condition Index Total Unsafe Condition Index adalah indeks kondisi tidak aman yang ada pada suatu proyek, di mana indeks yang terjadi antara 0% - 100% dan semakin besar indeks maka semakin banyak kondisi tidak aman yang terjadi pada proyek tersebut. Di mana dalam penelitian ini indeks kondisi tidak aman diteliti berdasarkan 4 faktor yang mempengaruhi kondisi tidak aman. Penelitian terhadap kondisi pada proyek pembagunan gedung ruko bertingkat telah dilakukan. Peneliti mengumpulkan data sebanyak 663 data sehingga indeks kondisi tidak aman setelah data diolah mempunyai nilai persentase sebesar 66,1% dan indeks kondisi aman sebesar 33,9%. Di mana nilai indeks kondisi tidak aman lebih tinggi daripada indeks kondisi aman itu sendiri. Jumlah data dan persentase untuk tiap point pengamatan kondisi tidak aman dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Persentase Unsafe Condition No Jenis Kondisi Jumlah Persentase 1 Unsafe House Keeping 170 25,7% 2 Unsafe Elektrikal dan Pencahayaan 52 7,8% 3 Unsafe Scaffold dan Tangga 126 19% 4 Unsafe Perlindungan Terhadap Kecelakaan 90 13,6% 5 Safe Condition 225 33,9% 6 Total 663 100% K - 70 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

4. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Unsafe Act dalam proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa alat pelindung diri (APD) memiliki Unsafe Act Index sebesar 98,4%. Berbeda dengan Unsafe Act tingkah laku yang menghasilkan Unsafe Act Index sebesar 62,1%. Sedangkan untuk Unsafe Condition Index sebesar 66,1%. Dari kedua pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa peluang kecelakaan kerja lebih dipengaruhi oleh faktor Unsafe Act daripada Unsafe Condition. Hal ini membuktikan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Unsafe Act berpengaruh lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja daripada Unsafe Condition. Jenis tindakan tidak aman (Unsafe Act) yang sering dilakukan oleh para pekerja dalam proyek pembangunan gedung ruko bertingkat yang terletak di Jl. Rajawali Kota Palangka Raya, didapat bahwa untuk Unsafe Act alat pelindung diri (APD) para pekerja untuk penggunaan helm sebesar 100%, penggunakan sepatu boot dan sarung tangan hanya digunakan pada saat-saat tertentu seperti pada saat pelaksanaan proses pengecoran. Sedangkan untuk Unsafe Act tingkah laku yang paling sering dilakukan oleh para pekerja adalah memanjat. Jenis kondisi tidak aman (Unsafe Condition) pada suatu proyek konstruksi gedung ruko bertingkat di Jl. Rajawali, Palangka Raya yang sering membahayakan para pekerja adalah house keeping yang tidak baik, tidak adanya peringatan perlindungan terhadap kecelakaan, serta konstruksi tangga yang buruk selama proyek berlangsung. 5. SARAN Pihak kontraktor harus lebih tegas dalam penerapkan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terutama dalam poin alat pelindung diri (APD) dan tingkah laku pekerja yang bekerja/berada di lokasi proyek. Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi salah satu cara agar program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dapat diaplikasikan dalam proyek dengan baik. Faktor house keeping, tangga dan perlindungan terhadap kecelakaan menjadi poin yang harus digarisbawahi untuk menciptakan kondisi yang aman bagi para pekerja maupun masyarakat yang berada di sekitar bangunan. Hal ini dapat diatasi dengan penerapan manajemen yang tepat, baik internal maupun eksternal dalam aplikasi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) selama pelaksanaan proyek. Hasil Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam penelitian berikutnya dengan menambahkan kuesioner kepada para pekerja untuk mengetahui penyebab akan kurangnya kesadaran dalam penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang lebih spesifik. DAFTAR PUSTAKA Alma, Buchari., (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung. Hinze. (1997), Construction safety. Gainesville: University of Florida. Holt, A. (2006), Principles of construction safety. UK: Blackwell Science Ltd. Nunnally. 1998, Construction methods and management. Ohio: Prentice Hall. Oshman.(2009), Workplace injury glossary, Retrieved March 2, 2009 from : http://www.oshmanlaw.com/workplace-injuryglossary/workplace_injury_glossaryu.html Silalahi, B. (1995), Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Jakarta: PPM. Simanjuntak, P.J. (1994), Manajemen keselamatan kerja. Jakarta: Himpunan Pembina Sumber Daya Manusia Indonesia (HIPSMI). Work Cover New South Wales. (2001), Safety meter positive performance measurement tools, Retrieved February 22, 2009 from: http://www.set.ait.ac.th/people/kusumo/aitcem/osh/download/additional Readings/gen safetymeter 977.pdf. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 71